Pdt. Bigman Sirait—JIKA berbicara tentang Kana, yang ada dalam pikiran kita tentu “air menjadi anggur”. Dalam Yohanes 2: 1-11 ditulis: Pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada di situ. Yesus dan murid-murid-Nya diundang juga ke perkawinan itu. ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepada-Nya,
“Mereka kehabisan anggur”. Kata Yesus kepadanya, “Mau apakah engkau dari pada-Ku, Ibu? Saat-Ku belum tiba….”
Kita melihat bahwa kehadiran Yesus di pesta perkawinan di Kana itu penting. Ada beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dari kehadiran Yesus itu. Pertama, Yesus peduli pada budaya. Sementara pada masa kini ada banyak ajaran yang cenderung “aneh”. Misalnya ada orang yang tidak mau menghadiri upacara pemakaman dengan alasan itu acara orang duniawi. Yesus saja care pada suatu pesta. Dan itu memang salah satu tradisi pada masa itu di Israel.
Yang kedua, kehadiran Yesus penting karena rupanya kerabat dengan mempelai. Berarti Yesus pun serius memperhatikan masalah kekerabatan. Dia hadir dengan Maria, ibu-Nya. Bagaimana kita tahu kalau mereka itu kerabat dekat? Karena Maria bisa masuk ke dapur. Di dapur dia memperhatikan apa yang kurang, dan tahu kalau persediaan anggur makin sedikit, sementara pesta masih panjang. Jika anggur habis, maka itu aib besar bagi keluarga mempelai.
Lalu Maria menyampaikan tentang kurangnya anggur itu kepada Yesus. Namun sa-ngat menarik ke-tika Yesus berkata, “Waktu-Ku belum tiba”. Itu kalimat yang sering Dia pakai sehingga me-nimbulkan perta-nyaan, sekaligus menjadi karak-teristik Injil Yoha-nes. Dalam Injil Yohanes, selalu kita akan menemukan kata-kata Yesus, “Saat-Ku belum tiba”. Misalnya Dia mengatakan kepada murid-murid-Nya “Jangan memberitahu pada orang lain, karena waktu-Ku belum tiba”.
Hal itu berarti, pertama, Dia melaksanakan sesuatu bukan berdasarkan order orang. Kedua, kita juga melihat itu mengacu kepada titik-titik di mana Dia menyatakan kebenaran secara terbuka dan tertutup. Tetapi yang ketiga, Dia juga mengacu pada titik akhir dari perjalanan-Nya di dunia ini. Artinya Dia mempunyai waktu yang spesial dalam menggarap seluruh pekerjaan itu. Yesus juga ingin mengingatkan bahwa Maria adalah ibu dalam kedagingan-Nya. Dan Dia harus memanggilnya “ibu”, tetapi tidak sama dengan ibu yang bisa mengatur-Nya, karena Yesus adalah juru selamat dunia. Ketika Yesus berumur 12 tahun Dia ditahbiskan menjadi anak Taurat. Dia dicari-cari orang tua-Nya. Ketika ketemu, ibu-Nya bertanya, “Ke mana saja Kau?” Yesus menjawab, “Aku harus ada di rumah Bapa-Ku”. Tentu saja Yusuf menyimpan dalam hati, dan Maria pun tidak berkomentar atas jawaban Yesus itu. Mereka tahu apa yang Dia maksud.
Di sisi lain, Maria sadar betul bahwa dirinya adalah ibu yang membesarkan Yesus, tetapi sekaligus Dia Tuhan yang harus dia sembah. Complicated, tidak sederhana. Kadang-kadang Maria juga meleset. Tetapi yang menarik, Maria selalu memperhatikan dan penuh ketaatan, sehingga dia tidak berdebat dengan Yesus. Dan ketika Yesus mengatakan kalimat itu: “waktu-Ku belum tiba”, Maria hanya mengatakan kepada pelayan-pelayan, “Apa yang Dia katakan, lakukan saja”. Kenapa Maria bisa memberi instruksi kepada para pelayan? Sekali lagi, karena dia kera-bat dekat mempelai.
Pesta terus berlang-sung. Para tamu ba-hagia, sementara di dapur sedang terjadi krisis. Kalau saja ang-gur habis, itu sangat memalukan. Lalu Ye-sus menyuruh para pelayan menciduk air pembasuh kaki, dan diberikan kepada pe-mimpin pesta. (Dalam adat Yahudi, kalau mau masuk ke rumah kaki harus bersih). Dan ketika pemimpin pesta mencicipi “air” itu, dia kaget karena itu anggur yang sangat enak. Semua orang pun kaget karena anggur itu sangat enak. Tamu-tamu memuji mempelai.
Tanda
Mari kita bikin perbandingan. Di depan terdengar hiruk pikuk-penuh kebahagiaan, sementara di dapur melapateka sedang mengintai (jika anggur benar-benar habis). Tetapi kemudian datang pertolongan dari dapur, dan tamu-tamu di depan tidak tahu itu. Tetapi Yesus sudah melakukan sesuatu yang luar biasa: mengubah air jadi anggur. Kapan air berubah menjadi anggur? Tidak ada yang tahu. Pelayan hanya menciduk air dan membawanya ke depan. Tidak jelas kapan dan bagaimana air itu berubah jadi anggur. Kalau ini berbicara tentang mukjizat—air jadi anggur—Yesus pasti menunjukkan-nya, seperti waktu Dia membuat orang lumpuh berjalan, menyem-buhkan mata orang buta, dan sebagainya.
Jadi dalam pesta di Kana itu, pesan yang ingin disampaikan bukan mukjizat, di mana air berubah menjadi anggur. Yohanes lebih suka mengatakan itu sebagai “tanda”. Dan tanda jauh lebih besar dari mukjizat. Mukjizat cuma satu bagian, tetapi tanda itu bisa lebih banyak dan lebih luas. Tanda Yesus hadir, bisa saja air jadi anggur, atau orang sedih jadi tertawa, atau suasana yang muram menjadi hangat. Tanda lebih besar, lebih luas, sebab menunjukkan kalau Dia hadir.
Nah, kehadiran Yesus di pesta Kana jauh lebih penting daripada air menjadi anggur itu. Waktu Yesus ada di situ jauh lebih penting dari mukjizat yang selalu diimpikan banyak orang. Ingat, tidak ada yang tahu kalau persediaan anggur sudah habis. Mereka juga tidak tahu kalau air pembasuh kaki telah berubah menjadi anggur. Hanya Yesus yang tahu. Apa massages yang bisa kita ambil? Yaitu Yesus hadir dalam sebuah pesta perkawinan, dan pesta itu selamat dari kekacauan. Tanda kehadiran Yesus adalah bahwa pesta yang terancam kacau berubah menjadi bahagia. Di mana Yesus hadir, kekacauan segera berubah menjadi kebahagiaan.q
(Diringkas dari kaset khotbah oleh Hans P.Tan)