Belajar dari Semut

Harry Puspito

(harry.puspito@yahoo.com)*

BERDASARKAN poling internet, mayoritas (71%) responden mengatakan bahwa bangsa Amerika  adalah pemalas. Ketika penulis menanya-kan kepada suatu audience bagai-mana dengan bangsa Indonesia, sama saja. Bagaimana dengan diri kita sendiri? Mungkin banyak yang merasa sudah cukup rajin bahkan sudah sangat sibuk dengan berba-gai kegiatan dan tugas.
Kalau kita baca Alkitab, banyak peringatan agar kita tidak malas. Ironisnya Alkitab meminta kita belajar dari semut, walaupun tidak dipimpin, tidak diatur mereka bekerja keras untuk memenuhi ke-butuhannya, bahkan untuk masa depan (Amsal 6: 6-11). Jika begitu banyak peringatan Tuhan tentang kemalasan bisa dipastikan manusia di mana pun pasti punya kecende-rungan malas. Dosa telah merusak manusia, dan satu wujud kerusa-kan ini adalah dalam bentuk kemalasan.

Kalau masih kurang yakin, coba kita selidiki manusia dari berbagai aspek kehidupannya. Dalam kerohanian, kita malas beribadah, berdoa, membaca Alkitab, malas merenungkan Firman Tuhan, malas menerapkan Firman apalagi berpuasa. Kita malas belajar, malas membaca apalagi sekolah ke jenjang yang lebih tinggi walaupun ada kesempatan. Kita malas bergerak dan malas berolahraga. Dalam keluarga kita malas mengatur rumah, malas berkomunikasi, mendidik anak – banyak bapak menyerahkan soal-soal mendidik anak kepada ibu dan malas menyelesaikan konflik.
Ketika kontak dengan sesama kita malas tersenyum, malas menolong orang yang membutuhkan, ma-las menyumbang. Kita malas bekerja keras, malas melayani, malas bersaksi, malas memperjuangkan kebenaran. Untuk kehi-dupan sendiri kita malas menabung, kita malas membereskan hutang-hutang. Bahkan kita ma-las beristrahat dan berekreasi.
Kita malas berpikir, malas berubah, malas membuat rencana dan malas bertindak. Contoh paling gamblang, kita malas melakukan hal-hal ini menanggapi Firman Tuhan dalam ibadah ming-gu. Kita dengar saja – kadang pikiran ke tempat lain, kadang mengan-tuk, kadang lihat handphone, kalau lucu tertawa, selesai kita lupakan. Kebanyakan tidak mencatat, apalagi memikirkan apa aplikasi Firman Tuhan itu dalam kehidupan-nya dalam hari-hari ke depan, apalagi sampai melakukan sesuatu dalam minggu berikut.
Apa sebenarnya kemalasan itu? Menurut kamus, malas berarti tidak sedia bekerja, atau mengerjakan sedikit, atau menunjukkan atau menyebabkan kekurangan energi atau kegiatan. Dalam hubungan dengan Firman Tuhan kemalasan dapat diartikan sebagai kegagalan melakukan perintah-perintah Allah; kegagalan dalam mengasihi Allah dengan segenap hati, pikiran, perasaan dan kekuatan kita. Malas adalah gagal mengerjakan ‘talenta’ yang Tuhan percayakan kepada kita, gagal mengolah sumber daya dan waktu yang Tuhan percayakan kepada kita. Menurut Billy Graham, malas termasuk satu dari tujuh dosa maut. Uniknya, berbeda de-ngan dosa-dosa yang lain – cong-kak, baca selengkapnya da;lam Tabloid Reformata edisi 112

Recommended For You

About the Author: Harry Puspito

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *