Integritas: Fondasi Kepemimpinan Kristen

“Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusannya, tetapi pengkhianat dirusak oleh kecurangannya.” Amsal 11:3

Melalui berbagai media, kita terus saja mendengar berita korupsi dan penyalahgunaan wewenang oleh para pemimpin, baik di pemerintahan, di sektor bisnis, di area penegakan hukum, bahkan di lingkungan gereja dan pelayanan. Lebih parah lagi kita mendengar banyak pelakunya beridentitas Kristen. Kita mendengar dengan prihatin bagaimana seorang pejabat tinggi negara, yang namanya sangat kental dengan makna Kristiani, harus ditangkap oleh KPK bahkan belum satu tahun menjabat. Peristiwa ini menimbulkan pertanyaan yang mendalam: Mengapa fondasi integritas, yang seharusnya kokoh dimiliki para pemimpin – pribadi-pribadi pilihan itu, bisa runtuh begitu mudah?

Kita sedang mengalami kenyataan karakter integritas yang goyah. Memang hidup dengan integritas tidak mudah dan perlu perjuangan. Integritas bukanlah sesuatu yang kita capai satu kali selesai, melainkan sebuah fondasi yang perlu terus dipelihara dari hari ke hari. Ini bukan hanya tentang melakukan hal-hal yang baik di mata orang, tetapi tentang melakukan hal yang benar dengan motivasi yang benar secara konsisten. Ini adalah panggilan untuk hidup secara otentik, hidup yang konsisten sama di depan umum atau di tempat yang tersembunyi.

Kata integritas (integrity) berasal dari kata Latin integritas, yang berarti “keseluruhan” atau “keutuhan.” Kata ini berbicara tentang hidup yang utuh dan tidak terpecah, di mana pikiran, perkataan dan perbuatan kita selaras dengan nilai-nilai yang kita pegang. Sebagai orang Kristen maka pengangan kita adalah kebenaran dalam Alkitab.

Alkitab sendiri tidak menggunakan kata integritas tapi memberikan gambaran yang jelas tentang integritas sebagai salah satu nilai utamanya. Amsal 11:3, misalnya, menyatakan, “Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusannya, tetapi pengkhianat dirusak oleh kecurangannya.” Ayat ini menunjukkan dua hal penting. Pertama, integritas adalah kompas yang berfungsi sebagai petunjuk arah hidup orang percaya. Ini bukan teori etika untuk sekedar dihafal, melainkan sebuah kekuatan pedoman dari dalam yang menuntun jalan hidup dan pengambilan keputusan kita. Dan, sebaliknya kecurangan dan ketidakjujuran tidak hanya merugikan dan merusak orang lain, tetapi pada akhirnya juga menghancurkan diri sendiri.

Seorang pemimpin yang tidak berintegritas mungkin tampak sukses dari luar tetapi dari dalam, ia sebenarnya sedang meletakkan fondasi rumahnya di atas pasir. Sekali waktu apa yang dia bangun akan porak poranda. Bukankah contoh-contoh pemimpin (Kristen) yang karirnya terus menanjak hingga posisi yang sangat tinggi dan kemudian ditangkap KPK mengilustrasikan kebenaran ini.

Teladan integritas kita adalah karakter Kristus sendiri. Yesus adalah teladan sempurna dari integritas—Ia menampilkan kehidupan yang utuh sempurna. Ia tidak pernah mengatakan atau melakukan sesuatu yang tidak selaras dengan kehendak Bapa. “Ia tidak berbuat dosa, dan tipu daya tidak ada dalam mulut-Nya.” 1 Petrus 2:22. Kepemimpinan kita seharusnya mencerminkan Kristus, yang adalah Jalan, Kebenaran, dan Hidup.

Di tengah krisis etika saat ini, kepemimpinan yang dibangun di atas dasar integritas sejati sungguh sangat dibutuhkan. Tanpa fondasi yang kokoh ini, kepemimpinan akan rapuh dan rentan terhadap penyalahgunaan kekuasaan. Integritas bukan pilihan, melainkan pilar utama dari kepemimpinan yang efektif, bermakna dalam jangka panjang. Mengapa? Karena melalui integritas saja pelayanan seorang pemimpin memuliakan Tuhan dan membangun kepercayaan di antara tim—dua hal yang tidak dapat dibeli dengan uang atau diraih dengan kekuasaan. Integritas membuat seorang pemimpin menjadi seperti mercusuar di tengah badai, memberikan harapan dan arah yang jelas bagi mereka yang dipimpinnya.

Lalu bagaimana integritas ini terlihat dalam kehidupan sehari-hari seorang pemimpin? Integritas bukanlah sesuatu yang di dalam hati seseorang saja tapi diwujudkan dalam tindakan-tindakan yang nyata. Seorang pemimpin berintegritas tidak mencari pujian, kekuasaan, atau keuntungan pribadi. Mereka digerakkan oleh iman, kasih dan kerinduan untuk melayani. Mereka rela mengambil keputusan yang sulit, sekali pun itu tidak populer, demi kebaikan yang lebih besar.

Seorang pemimpin berintegritas adalah orang yang sama saat berada di depan banyak orang, di dalam ruang rapat, atau di rumah bersama keluarganya. Tidak ada “kehidupan rahasia” atau standar ganda. Konsistensi ini membangun kepercayaan yang kokoh dan reputasi yang baik, bukan pencitraan sesaat. Pemimpin berintegritas tidak takut mengakui kesalahan. Mereka tidak menyalahkan orang lain, melainkan bertanggung jawab penuh atas tindakan-tindakan mereka. Kerendahan hati seperti ini adalah magnet yang menarik kesetiaan dan rasa hormat dari tim.

Di tengah godaan kekuasaan, integritas sering kali diuji. Seorang pemimpin Kristen harus memiliki keberanian untuk berkata “tidak” kepada praktek-praktek yang tidak etis di lingkungannya, meskipun itu menguntungkan. Bagi mereka, ketaatan pada kebenaran Allah lebih berharga daripada kekuasaan atau kekayaan duniawi.

Integritas sejati bukanlah sesuatu yang dapat kita capai dengan kekuatan moral semata. Menjalankan hidup yang konsisten dan murni di tengah dunia yang penuh godaan adalah hal yang mustahil tanpa kekuatan ilahi. Kita memerlukan kekuatan supranatural yang dianugerahkan Allah, melalui kehadiran Roh Kudus dalam hidup kita.

Bagian kita adalah memelihara dan mengembangkan integritas itu melalui ketaatan dan disiplin rohani. Pemimpin Kristen perlu terus berada dalam persekutuan dengan Kristus melalui doa dan pembacaan Firman secara pribadi maupun dalam persekutuan bersama. Kita perlu meminta Roh Kudus memimpin hidup kita, termasuk ketika kita menjalankan fungsi kepemimpinan kita. Menghadapi tantangan dunia yang jahat ini, kita membutuhkan persekutuan dengan saudara seiman untuk saling menguatkan, mengingatkan dan menjaga akuntabilitas kita.

Sebagai pemimpin Kristiani, panggilan kita jelas, tidak berkhotbah tentang integritas, tetapi membangun gaya hidup berintegritas. Membangun fondasi integritas adalah sebuah proses panjang, dan kita perlu memelihara fondasi itu secara terus-menerus sepanjang kita hidup di dunia yang jahat dan dikuasai oleh dosa ini. Dengan menjadikan integritas sebagai kompas batin kita, kita tidak hanya melayani sesama dengan lebih baik, tetapi terlebih, kita juga menghormati dan memuliakan Sang Pemimpin Sejati kita, Yesus Kristus. Tuhan Yesus memberkati!

Recommended For You

About the Author: EV. Harry Puspito

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *