
1 Korintus 13:4-7 menggambarkan kasih yang sejati dengan 15 atribut. Kita sudah membahasnya sampai atribut kasih ke-4. Sekarang kita akan membahas atribut kasih ke-5, yaitu: Ia (kasih) tidak Sombong.
Orang percaya perlu memahami dosa kesombongan ini, karena Allah tidak saja membenci dosa tapi Dia bahkan melawan orang yang sombong (Lihat Yakobus 4:6). Bahkan Alkitab mengungkapkan kesombongan adalah karakter si Setan sendiri (Yesaya 14:12-14, Yehezkiel 28:14-17), yang berani melawan Allah Sang Pencipta dan mau menyamai Dia.
Dalam Alkitab PB sombong atau arogan berasal dari kata Yunani yang berarti “membusungkan dada“, “mengembang seperti balon” “membanggakan diri.” Dalam bahasa kita ada istilah “besar kepala.” Sombong memiliki arti orang memiliki pandangan yang berlebih tentang diri sendiri.
Sombong adalah masalah sikap hati dan pola pikir yang meninggikan diri sendiri di atas orang lain, menganggap diri lebih baik, lebih berharga, atau lebih berhak daripada orang lain. Dia berpikir tentang terlalu tinggi dan/atau terlalu sering tentang diri sendiri. Sombong adalah dari kecenderungan hati membandingkan dengan orang lain, dan melihat diri lebih penting, lebih unggul, lebih baik dari orang-orang lain.
Ini adalah masalah pengenalan diri. Kesombongan adalah dari pola pikir yang tidak mengenali diri berdasarkan perspektif benar, perspektif Sang Pencipta, sehingga kita melihat diri kita sendiri secara berlebih. Dan ini akan mempengaruhi bagaimana kita melihat dunia dan orang-orang lain. Kesombongan dapat muncul dalam berbagai bentuk, antara lain: merasa lebih baik dari orang lain; haus dan mencari pengakuan; kecenderungan menghakimi orang lain; kalau bersalah menolak untuk meminta maaf, dsb.
Hati yang sombong mudah dilihat pada orang lain, tapi jarang dikenali dalam diri sendiri. Apa tanda-tanda Anda mengidap kesombongan? Anda jarang berpikir tentang Allah karena pikiran disibukkan hal-hal tentang diri sendiri. Di samping, kesombongan dicirikan oleh perbandingan yang tidak sehat, diri dengan orang lain. Membandingkan bisa membuat orang sombong atau rendah diri; tapi juga bisa membuat orang rendah hati tergantung cara pandang seseorang. Dan ciri lain adalah sikap yang super sensitif. Ini membuat orang keras kepala tentang pilihan mereka, defensif ketika orang mengoreksi, dan merasa sangat tidak nyaman ketika ada orang yang tidak sepaham.
Sombong jelas tidak bisa bersama dengan kasih. Kasih tidak fokus pada diri sendiri tapi pada orang lain. Sementara orang sombong sibuk berpikir tentang diri sendiri. Motivasi keduanya berlawanan. Kasih didorong oleh keinginan untuk melayani Allah dan sesama dan memberkati, sedangkan kesombongan didorong oleh keinginan untuk meninggikan diri sendiri. Dan keduanya membawa hasil yang berbeda. Kalau kasih menghasilkan persatuan, kedamaian, dan pertumbuhan, maka kesombongan menghasilkan perpecahan, konflik, dan kehancuran.
Dosa kesombongan membawa kepada dosa lain. Kesombongan menyebabkan orang tidak bisa tunduk pada otoritas seperti keluarga, gereja, bos di tempat kerja dan pemerintah – dan akhirnya kepada sumber segala otoritas Allah sendiri. Kesombongan membuat mereka suka bertengkar dengan orang lain (Amsal 13:10). Dengan mudah orang menghakimi orang lain, hingga menganiayah orang-orang yang lemah (Maz 10:2). Orang sombong tidak mencari Tuhan (Maz 10:4). Orang sombong akan menjadi bodoh (Roma 1:21-22) dengan menolak kebenaran karena ego. Orang sombong akan direndahkan (Amsal 29:23; dan dipermalukan pada waktunya (Amsal 11:2). Kesombongan tidak bisa menutup perbuatan salah yang disembunyikan.
Yohanes mengajarkan bahwa kesombongan hidup bukanlah dari Bapa tapi dari dunia (1 Yohanes 2:15). Tidak heran Allah tidak saja membenci kesombongan, bahkan Dia melawan orang yang sombong (Amsal 16:5). Mereka akan dihukum. Bahkan jika tidak bertobat akan dibinasakan (Amsal 16:18).
Kalau kasih itu tidak sombong, maka kasih adalah rendah hati. Konteks ayat ini adalah jemaat Korintus yang sombong dengan segala perilaku angkuh mereka. Jemaat perlu diingatkan bahwa kasih yang sejati tidak mengutamakan diri sendiri atau merasa superior karena karunia atau status mereka. Kasih yang tidak sombong mempraktekkan kerendahan-hati. Karena itu kita memandang pekerjaan atau pelayanan adalah melayani Tuhan (1 Korintus 4:1). Kita bukan apa-apa, tidak layak ditinggikan. Kita adalah hamba Allah dan selayaknya anda gembira menjadi seorang hamba-Nya.
Injil harusnya menjadikan kita rendah hati. Menolong kita melihat bagaimana Allah memandang kita. Manusia seharusnya mati karena dosa, tidak berdaya, tapi mendapatkan kasih karunia Allah melalui pengorbanan Kristus di kayu salib. Injil menunjukkan bagaimana kerendahan sejati tampak. Yesus memberikan teladan sempurna ‘kasih yang tidak sombong.’ Yesus fokus pada manusia yang Dia kasihi; menjadi hamba dan dengan rendah hati mati di kayu salib untuk menebus kita. Dan Injil membebaskan kita untuk menunjukkan kasih melalui kerendahan hati.
Ayat 1 Korintus 13:4e, “Kasih itu tidak sombong,” mengajak kita untuk meninggalkan kesombongan dan hidup dengan rendah hati dan tidak meninggikan diri di atas orang lain. Bagaimana? Berikut beberapa penerapan praktisnya. Pertama, menyadari semua yang kita miliki adalah pemberian Tuhan, kita gunakan untuk kemuliaan nama-Nya. Kita bersyukur atas segala yang kita terima.
Berikut, kita menghargai orang lain, mendengar pandangan, pendapat, dan perasaan mereka. Mengakui bahwa setiap orang memiliki nilai yang sama di hadapan Tuhan. Selanjutnya ketika menerima kritik, kita perlu melihatnya sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri, bukan sebagai serangan pribadi. Kita belajar ikut bersyukur dan merayakan kesuksesan orang lain tanpa merasa terancam atau iri hati. Kita berdoa meminta kerendahan hati karena hanya Tuhan yang bisa mengubah hati orang.
Kasih sejati itu tidak sombong tapi rendah hati. Kasih sejati tidak meninggikan diri terhadap orang lain, tidak mementingkan diri tapi memandang yang lain lebih utama. Dengan kasih sejati kita bisa melayani orang lain dengan tulus. Mari kita hidup dengan kasih yang sejati, kasih yang rendah hati; terus menolak kesombongan dan berjuang merendahkan diri di hadapan Allah dan sesama. Tuhan Yesus memberkati!