Santa Monika

Santa Monika atau sering disebut Monika, seorang perempuan yang lahir dikota Thagaste, Afrika Utara pada tahun 331 M. Nama Monika kemungkinan diturunkan dari kata latin ‘’Moneo” yang memiliki arti penasehat atau dari kata Yunani ‘’Monos’’ yang berarti satu. Keluarga Monika adalah  keluarga Kristen yang saleh dan taat dalam beribadah. Monika dibesarkan dan diasuh oleh seorang pengasuh perempuan yang memberi pengaruh lebih besar dari pada ibunya sendiri.

Dia dididik secara ketat, keras, dalam hal makan dan minum. Monika menikah pada usia muda dengan seorang laki-laki bernama Patrisius, seorang yang kasar, mudah marah, tidak setia, bahkan seorang pemabuk dan memiliki ekonomi yang tidak memadai. Bahkan dia dikenal sebagai seorang kafir yang tidak percaya Tuhan. Dalam menghadapi suaminya, Monika yang saleh, dengan penuh kesabaran dan kesetiaan selalu berdoa kepada Tuhan agar suaminya mengalami pertobatan serta percaya kepada Tuhan Yesus. Kehidupan Monika dengan  suaminya itu sangat jauh dari kebahagiaan.

Monika memberikan teladan yang baik kepada para ibu yang ada di kota Thagaste. Dia memberi nasehat kepada ibu-ibu yang menghadapi suami yang sedang marah, untuk tetap sabar dan menunggu waktu yang tepat untuk berbicara, serta  taat kepada suami dan tidak bersikap angkuh. Monika juga dikenal sebagai seorang ibu yang bijak dan pendamai dalam setiap perselisihan dengan orang lain. Berkat doa Monika yang tak pernah kunjung putus, Patrisius suaminya itu yang dikenal kasar, pemarah, akhirnya membuka diri dan dibaptis sebelum ia meninggal dunia pada tahun 370.

Dalam pernikahan Monika dan Patrisius mereka dikarunia tiga orang anak yaitu Agustinus, Mavigius, dan Perpentua. Dari ketiga anaknya, Agustinus dikenal sebagai anak yang nakal, suka berbohong dan mencuri,  serta malas dengan memiliki berbagai alasan untuk menghindar dari tugas belajarnya, dia juga seorang yang suka melakukan percabulan. Di sisi yang lain, Agustinus juga dikenal seorang anak yang pandai dan pemberani.

Monika mengalami kesulitan dalam mendidik Agustinus, tetapi Monika tidak pernah meninggalkan anaknya meskipun selalu mengecewakannya,  dan ia tetap setia dan selalu berdoa untuk Agustinus. Bukan hanya berdoa saja, tetapi Monika dengan semangat mengajarkan tentang Kristus kepada anak-anaknya. Inilah kasih sayang seoarang ibu kepada anak-anaknya.

Pada hari minggu paskah tanggal 25 april tahun 387, Monika meneteskan air mata bahagia saat ia menyaksikan bahwa Agustinus telah lahir baru, dan setelah itu mereka kembali ke Afrika. Monika melihat bahwa doa itu memiliki kuasa bisa mengubahkan hidup seseorang, melembutkan hati yang keras, dan memberikan dampak yang baik bagi setiap orang ketika mengalami perjumpaan dengan Tuhan.

Agustinus atau santo Agustinus lahir pada tanggal 13 november 354 M di Tagaste. Dia memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap teologi kekristenan. Bukan hanya itu saja dia juga sebagai penulis yang produktif serta terkenal karena tulisannya dalam buku yang berkaitan dengan pengakuan (confessions), cacatan pribadi mengenai kehidupannya, dan City of God (kota Tuhan),  yang menjadi pegangan umat Kristen setelah penjajahan Roma oleh Visigoth pada tahun 140 M. Agustinus juga sering disebut sebagai Bapak umat Katolik Roma.

Pada saat usia 56 tahun Monika meninggal dunia karena serangan deman yang hebat. Hati Agustinus sangat sedih, dan ia mengenang bagaimana seorang ibu memberikan pengajaran yang luar biasa dalam hidupnya, kebaikan, kesetiaan, yang telah diberikan ibunya.

Sungguh teladan Monika melalui doa dan tagisan tak kujung putus akan didengar oleh Tuhan bahkan ia menjadi  teladan istimewa para ibu dalam membesarkan  dan mendidik anak-anak dalam kesendiriannya tanpa figur seorang ayah. Melalui kehidupannya, Monika menyatakan bahwa Tuhan adalah sumber penolong bagi orang yang terus berharap padaNya.

Monika juga memberikan teladan dalam melalui masa-masa suram hidupnya, ia selalu berdoa kepada Tuhan. Tiada hari terlewati tanpa doa, apa pun yang dilakukan setiap hari selalu diwarnai dengan doa dan doa.

Melalui kisah Monika yang setia, tekun, saleh dan senantiasa berdoa kepada Tuhan,  mengingatkan kita bahwa sikap percaya dan pengharapan kepada Tuhan membuat seseorang tidak mudah putus asa, dapat bertahan dalam menghadap kehidupan yang penuh kesulitan.

Permasalahan demi permasalahan akan selalu datang dalam kehidupan, tetapi ingat kita mempunyai Allah yang senatiasa mendengar setiap seruan dan tangisan kita yang berseru dan berpegang padaNya. Jangan sekali-kali mengandalkan kekuatan manusia, tetapi kekuatan dari ALLAH yang mampu mengubahkan kehidupan seseorang menjadi lebih baik. Melalui ketekunan doa seorang ibu yang berharap kepada Tuhan, dapat mengubah seorang anak yang rusak menjadi seorang tokoh yang hebat dan dipakai Tuhan. Soli Deo Goria.

Recommended For You

About the Author: Idi Supriadi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *