Pemulihan Dalam Keluarga

Dalam sebulan terakhir ada dua kejadian yang diduga melibatkan pendeta. Yang pertama terjadi di kota Blitar dan yang kedua di Sidoarjo. Kasus pertama diduga dilakukan seorang pendeta yang diberitakan merupakan salah satu pendeta terkaya di kota tersebut. Pendeta senior ini dilaporkan telah melakukan kasus pencabulan kepada anak-anak perempuan dari sopir pribadinya. Kasus ini sudah dilaporkan ke Bareskrim Polri.

Kasus yang kedua juga melibatkan pendeta yang melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Dalam video yang viral tersebut, terlihat seorang pria memukuli istrinya dengan disaksikan oleh kedua anaknya. Pria tersebut memukuli istrinya sambil berteriak-teriak. Tidak puas memukuli hanya dengan tangan kosong, ia lantas mengambil pipa besi dan memukulkannya kepada istrinya, Anak perempuannya yang mencoba melindungi ibunya juga tidak luput terkena pukulan.

Pendeta ini juga merupakan seorang pengacara, dosen ilmu hukum, dan juga politisi. Diberitakan bahwa si istri sudah mengalami KDRT sepanjang pernikahannya sekitar 20 tahun terakhir. Pihak istri sudah melaporkan kasus ini ke kepolisian. Uniknya, hanya dalam hitungan hari, si pendeta juga melaporkan istrinya dengan tuduhan yang sama. Kedua kasus ini masih bergulir.

Yang perlu dicermati adalah bagaimana dosa telah begitu merasuk dan merusak dunia, dimulai dari keluarga Adam dan Hawa berpotensi menjadi keluarga yang sempurna. Namun akhirnya gagal sempurna karena dosa yang dilakukan mereka (Kejadian 3). Kerusakan demi kerusakan terus terjadi dalam keluarga. Terjadi pembunuhan terhadap Habel (baca: adik) oleh Kain (baca: abang). Lot ditiduri oleh kedua anak perempuannya (Kejadian 19:30-38). Ruben meniduri gundik ayahnya (Kejadian 35:22).

Absalom bahkan meniduri lebih dari satu gundik Daud, ayahnya, sekaligus (2 Samuel 16:21-23). Hubungan mertua dan menantu juga menjadi rusak, seperti kisah Yehuda dan Tamar (Kejadian 38). Di bagian lain dituliskan tentang Amnon, anak Daud, memperkosa adik tirinya, Tamar (2 Samuel 13:1-22). Absalom, abang dari Tamar, merencanakan dan memerintahkan pembunuhan atas Amnon (2 Samuel 13:23-39).

Dari contoh-contoh di atas, dapat dilihat bahwa orang yang berpendidikan tinggi, berkedudukan terhormat, berharta banyak, belum tentu memiliki keluarga yang baik. Termasuk orang yang berstatus hamba Tuhan, yang tentu banyak tahu firman Tuhan dan bahkan aktif dalam pelayanan kerohanian. Itu semua tidak otomatis membuat keluarga menjadi bahagia.

Dalam perspektif Kristiani, pemulihan keluarga dapat terjadi di dalam dan melalui Yesus Kristus. Setiap pribadi di dalam keluarga, terutama orangtua, harus sudah lahir baru (2 Korintus 5:17). Orang yang lahir baru mendapat pemulihan status yang terjadi satu kali. Selanjutnya, orang yang sudah mendapat status ciptaan baru tersebut akan mengalami proses pembaruan yang terus menerus (Kolose 3:10). Pembaruan ini terjadi sepanjang usia.

Pemulihan keluarga memerlukan upaya yang disengaja. Tentu itu pula yang menjadi kehendak Sang Pencipta. Tiap orang bertanggung jawab kepada keluarganya. Tahapan dalam pemulihan dimulai dengan pertobatan. Melalui pertobatan sejati, akan ada pengampunan dari Tuhan (1 Yohanes 1:9). Jika bersalah, harus mengakuinya dan berupaya tidak mengulanginya. Berikutnya diperlukan pengampunan antara sesama anggota keluarga. Tuhan mengajarkan agar setiap orang mengampuni sesamanya (Matius 6:14-15). Melalui pengampunan maka relasi dapat dipulihkan. Tanpa pengampunan, tidak ada pemulihan. Setelah itu, diperlukan re-komitmen untuk menjaga kondisi keluarga semakin hari semakin baik.

Dengan memperhatikan berbagai kisah di atas, harus diingat bahwa dosa membawa konsekwensi yang mengikutinya. Dosa memang dapat diampuni, tetapi dampak negatif seringkali tidak hilang. Dosa perzinahan Daud diampuni Tuhan, tetapi keluarga Daud akhirnya luar biasa berantakan. Ini berarti tidak semua keluarga dipulihkan seperti kondisi awal mula. Karena itu setiap orang Kristen harus mengerjakan bagiannya untuk menjadi keluarga yang diperkenan oleh Tuhan. Kerjakan bagian Anda, maka Tuhan juga mengerjakan bagian-Nya.

Kiranya SUP ini menjadi menu spesial hidangan keluarga. Paling pas dinikmati bersama keluarga yang dikasihi. Tambah mantap kalau dibagikan kepada kolega dan handai tolan. Kiranya setiap keluarga mengalami pemulihan dan semakin diperkenan Tuhan. Soli Deo Gloria!

Recommended For You

About the Author: Pdt. Gelen Marpaung

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *