Pdt. Em. Dr. Andar Ismail, Teolog sekaligus Penulis Handal Indonesia

Andar Ismail dikenal dengan 33 Seri Selamat, yang setiap serinya dibatasi dengan 33 bab. Semuanya ditulisnya dalam bahasa populer, singkat, namun mengandung refleksi yang dalam, untuk memahami hal-hal teologis dengan mudah. Semua rangkaian tulisan populer dan  indah ini, memberkati banyak orang, tak hanya dari kalangan Kristen.

Angka 33 menjadi angka inspirasi dari 33 tahun kehidupan Yesus di dunia, yang memberi nilai bagi keselamatan manusia. Andar begitu tertarik dan tersentuh dalam memaknai usia yang begitu muda, namun Yesus telah melakukan banyak hal mulia di dunia ini. Muda namun berdampak, sehingga bagi Andar, untuk menjawab panggilannya menyampaikan kasih Tuhan, semoga 33 seri Selamat ini sungguh bisa menolong banyak pembaca untuk bertumbuh dalam Tuhan.

Rangkaian tulisan singkat, menjadi tekad dan harapan Andar untuk menolong banyak pembaca dapat memahami dengan mudah sesuatu yang sulit.  Mengingat masa studinya, seringkali tidak bisa memahami ceramah ataupun khotbah serta catatan kuliah dari pengajar-pengajarnya yang ia anggap terlalu bertele-tele. “Jadi saya menulis, terdorong oleh keinginan untuk menjelaskan sesuatu yang susah secara mudah, tidak panjang lebar tetapi singkat-singkat. Tidak membosankan tapi memikat, kalau perlu ada humornya,” tandas Andar bagi Validnews.

Kehadiran Andar dengan karya tulisannya mewarnai karya sastra di Indonesia, bahkan menjadi sosok inspirasi tokoh Kristen di Indonesia. Menjangkau banyak orang melalui tulisannya, untuk dapat memahami ajaran atau dogma kristen, eksposisi Alkitab, cerita tentang Yesus atau tokoh-tokoh Alkitab, sejarah gereja, biografi tokoh-tokoh Kristen, komentar tentang buku atau seni, anekdot lucu, dan refleksi pribadi.

Berbagai pemikiran dan dialog dengan diri sendiri, bahkan kerap dirundung berbagai hal yang mengakibatkan dirinya jatuh ke dalam titik terendah dalam hidupnya. “Putus asa, patah semangat. Setelah saya menulis, saya belajar, kadang dalam kelelahan itu saya berpikir, ada gunanya tidak ya saya capek-capek begini? dihargai atau tidak? berguna atau tidak? Sering itu melintas di pikiran,” ungkap Andar jujur.  Di balik putus asa yang dihadapinya, Andar tetap berkomitmen untuk menjawab panggilannya menyampaikan kasih Tuhan melalui karya-karyanya.

Dibalik torehan karya Andar yang memberkati banyak orang, ternyata proses hidup sulit dialami dan dihidupinya.

MASA SULIT DI MASA KECIL

Perbuatan tangan Tuhan yang ajaib sulit dilihat dan disadari manusia, sehingga seringkali manusia melupakan Tuhan. Kehidupan yang miskin dan sulit, seakan menjepit manusia dalam lingkaran penderitaan tanpa adanya pengharapan. Namun tidak bagi seorang Andar Ismail. Sejak sang ayah, Siem Gie Tat sakit maka kehidupan mereka begitu sulit. Tan Kie Nio, ibunda Andar berjualan kue demi menopang hidup keluarga. Andar kecil menjajahkan jualan dari rumah ke rumah. Tak hanya itu, sejak pukul 4 pagi, Andar sudah menemani ibunya, untuk berjualan di pasar. Di waktu liburan,  akan dipakai Andar untuk mencuci piring atau perlengkapan dapur, di sebuah rumah makan. Berjualan koran, itupun dilakoninya dengan semangat. Andar menjadi pejuang hidup, penuh harapan, walau kesulitan terus menerpah hidupnya dan keluarga.

Dibalik kesulitan yang dialami Andar dan keluarga, dimana keadilan Allah? Melalui gereja, tangan kasih agungNya merangkul dan memerhatikan hidup mereka. Andar menjadi begitu erat dengan gereja, sejak usia 4 tahun sudah mengikuti Sekolah Minggu yang mempertemukan Andar dengan sosok Guru Sekolah Minggu yang menginspirasi: ”Saya juga mau menjadi pencerita Alkitab,” mimpi Andar saat itu. Di sekolah SD Kristen, pertama kali Andar mengecap pendidikan, berada di belakang GKI Kebonjati. Singkat kata, Andar tumbuh dan besar di gereja. “Entah sengaja atau tidak, ibu menanam saya di pelataran gereja. Saya merupakan benih kecil yang ditanam, di situ saya bertumbuh. Dari anak diakoni menjadi pendeta, dari murid sekolah minggu menjadi dosen teologi, dan dari bocah yang belum bisa membaca jadi penulis buku,” tulisnya penuh makna.

Semangat membaca bahkan tertarik pada buku-buku teologi telah diminati Andar sejak kecil. Inilah yang mendorongnya hampir setiap hari mengunjungi toko buku Badan Penerbit Kristen (BPK) di Jalan Pasir Kaliki, Bandung. Lantai di sudut ruang menjadi tempat favorit bagi Andar untuk membaca, lantaran tidak memiliki uang untuk membeli buku.

Tuhan merangkai kehidupan seseorang dalam rencana agungNya, yang pastinya untuk memuliakan DIA. Seburuk dan peliknya hari ini, namun dalam rangkaian tuntunanNya akan nyata terlihat, Tangan Ajaib itu menggenggam dan membentuk ciptaanNya menjadi semakin indah. Inilah yang dilakukan Tuhan kepada seorang penulis dan teolog terkenal di Indonesia, Andar Ismail. Ia lahir dengan nama Siem Hong An pada 27 Januari 1940 di Bandung, Jawa Barat.

PENULIS KABAR BAIK

Terlihat anak usia 3 tahun, tiap hari selama berjam-jam, menghabiskan waktu bermain seorang diri dengan daun kering dan patahan ranting yang berserakan di halaman rumahnya yang sempit. Sambil mulai bercerita dengan imajinasinya yang kreatif, menjadi lawan bicara dalam hayalnya. Dia bermain bersama teman bermain imajinernya. Itulah Andar sejak kecilnya. Walau belum bisa membaca dan menulis, namun sudah pandai mengarang cerita. Sang ibu pun tetap mendengarkan semua cerita-cerita dari Andar, tanpa sadar bahwa ini menjadi titik awal si kecil Andar untuk mengembangkan ketajaman konsentrasi, kemampuan berimajinasi, dan kebebasan berekspresi.

Andar bertumbuh dalam kehidupan keluarga yang sulit, itupun cara Tuhan  menuntunnya agar pantang menyerah. Langkah-langkah penuh semangat, berlari menemui pelanggan. Dengan tatapan ceriah, penuh harapan sore, anak kelas 4 SD itu memandang pelanggan yang menantinya, untuk menerima koran dari tangannya: “Wah, saya jadi orang penting karena mengantar koran. Kalau orang yang mengantar koran saja penting, karena ditunggu orang, apalagi yang menulis di koran,” Sejak saat itu, Andar penjual koran, ingin menjadi seorang penulis.

Mendapatkan apresiasi dari guru dan teman-teman sekelas seusai membacakan cerita yang ditulisnya. Pengakuan itulah yang menjadi suntikan semangat bagi Andar untuk berkreasi dan tetap mengembangkan potensinya dalam mengarang serta menulis.

Tidak ada yang menyangka sebelumnya, kelak hal-hal tersebut menjadi modal besar bagi Andar untuk menjadi penulis. Puluhan tahun kemudian, kekayaan imajinasi dan kemampuan bertutur yang sudah terlatih sedari kecil membuahkan karya Seri Selamat yang mampu membuka pikiran dan menumbuhkan iman banyak pembacanya.

Keputusan Andar Ismail untuk menjadi penulis, kemudian terwujud setelah ia menempuh pendidikan teologi dan menjadi pendeta. Ia mulai menulis secara serius dan menerbitkan buku-buku yang populer, termasuk seri “Selamat” yang terdiri dari 33 Seri.  Andar Ismail meninggal dunia pada 25 Agustus 2024 dalam usia 84 tahun, meninggalkan Istrinya Constance (Stans) Budihalim, seorang guru Sekolah Minggu dan kedua anaknya: Atikah dan Syarif,  serta warisan karya yang bermanfaat bagi banyak orang.

(Kompilasi berbagai sumber)

Recommended For You

About the Author: Lidya Wattimena

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *