Ardo Ryan Dwitanto, SE, MSM*
Ketika saya mengikuti ibadah tutup tahun 2008 di gereja, pendeta yang berkhotbah saat itu mengutip sebuah lagu soundtrack dari sebuah film nasio-nal yang sangat terkenal, Laskar Pelangi. Beberapa kata dalam syair lagu itu yang ditekankan oleh pen-deta tersebut adalah: “Mimpi ada-lah kunci untuk kita menaklukkan dunia…”
Saya yakin banyak orang familiar dengan lagu ini. Bahkan, saya sering mendengar dari beberapa orang yang saya temui menyan-dungkan lagu tersebut.
Pendeta tersebut mengguna-kan kata-kata tersebut untuk me-ngajak para jemaat yang hadir pada saat itu untuk memasuki tahun baru 2009 dengan sebuah mimpi. Selanjutnya, saya bertanya dalam diri, “Apa mimpi saya di tahun 2009”.
Ada suatu talk show lokal yang pernah saya saksikan di salah satu televisi swasta nasional menjelang tahun baru mengundang paranormal ternama untuk memaparkan kejadian-kejadian apa yang akan terjadi di tahun 2009. Menariknya, paranormal tersebut menyebutkan bahwa tahun 2009 tidak akan lepas dari berbagai krisis, baik krisis ekonomi maupun bencana alam. Hal yang sama juga disampaikan oleh beberapa pengamat ekonomi
Paparan mereka tersebut me-nimbulkan rasa khawatir dan takut di beberapa kalangan, bahkan ada beberapa konglomerat yang akhir-nya bunuh diri untuk menghindari krisis yang lebih hebat lagi. Selain itu, horor “krisis global” dan “ben-cana alam” ini membuat banyak orang takut untuk bermimpi untuk tahun 2009. “Apakah mimpi di tahun 2009” menjadi pertanyaan yang sangat sulit dijawab oleh mereka.
Kenyataannya setiap manusia didorong untuk bertahan hidup oleh dua hal. Pertama adalah keta-kutan. Kedua adalah mimpi. Saya pernah melihat suatu komedi di televisi yang mengisahkan seorang buta sedang berjalan perlahan-lahan. Di tengah perjalanan, orang buta tersebut mendengar suara ke-ramaian orang berlari ke arahnya sambil berteriak ada sapi menga-muk mengejar mereka. Serentak orang buta yang berjalan perlahan tersebut melompat dan langsung berlari kencang bersama orang-orang tersebut.
Tentu orang buta tersebut ada-lah orang buta palsu. Namun, ko-medi tersebut merupakan gam-baran dari kenyataan bahwa ada orang-orang yang melakukan se-suatu yang luar biasa karena dia takut. Takut kehilangan pekerjaan, takut kelaparan, takut karirnya mandek, takut tidak lulus ujian, takut miskin.
Saya pernah bertanya kepada beberapa mahasiswa saya mengapa mereka belajar hingga begadang, mengapa mereka aktif bertanya dan menjawab pertanyaan-perta-nyaan yang saya ajukan di dalam kelas, dan mengapa mereka rela datang ke kuliah meskipun fisik mereka tidak fit. Saya terkejut se-kali mereka menjawab bahwa me-reka melakukan itu semua ujung-ujungnya untuk mendapatkan nilai yang baik. Sekilas kedengarannya memang wajar, namun setelah saya hayati mereka melakukan itu semua karena mereka takut tidak lulus.
Bagaimanapun juga, tidak sedikit juga orang-orang yang saya temu-kan mempunyai visi yang jelas dan visi tersebut yang membuat mereka melakukan hal-hal yang luar biasa. Thomas Alfa Edison terkenal se-bagai penemu bohlam lampu. Se-belum dia menemukan bohlam lam-pu, dia telah melakukan begitu ba-nyak percobaan. Kegagalan demi kegagalan dia hadapi dengan satu keyakinan bahwa dia akan berhasil menemukan bohlam lampu. Itulah yang membuatnya bertahan de-ngan luar biasa melalui percobaan demi percobaan dan akhirnya berhasil.
Selain itu, seorang pemuda kulit hitam yang hidup di Afrika Selatan. Negara ini pernah menganut suatu politik yang mengijinkan diskrimi-nasi warna kulit. Kulit putih me-nempati kelas atas, sedangkan kulit hitam kelas rendahan. Pemuda ter-sebut berjuang untuk penyeta-raan hak kulit hitam dengan kulit putih atau penghapusan diskrimi-nasi. Lalu, pemuda itu ditangkap dan dipenjara dalam waktu yang lama karena perjuangannya terse-but. Beberapa lama setelah keluar dari penjara, dia menjadi presiden berkulit hitam yang pertama di Afri-ka Selatan dan bukti dari pengha-pusan diskriminasi terhadap kulit hitam. Siapa orang ini? Dia adalah Nelson Mandela. Apa yang mem-buat dia bertahan di penjara dalam waktu lama? Impian bahwa suatu saat nanti tidak ada lagi diskriminasi terhadap kulit hitam.
Contoh terakhir yang berikut ini saya paparkan adalah Tuhan Yesus. Apa yang membuat Yesus mempu-nyai suatu passion (hasrat) yang begitu luar biasa, sehingga mem-buat aktor ternama Hollywod, Mel Gibson, terdorong untuk mem-buat film “The Passion of the Christ”? Apa yang membuat Yesus bertahan menanggung siksaan yang begitu luar biasa sampai be-nar-benar meneteskan darah yang terakhir di atas kayu salib? (Pene-litian pada kain kafan Turin, yang dipercaya sebagai pembungkus je-nazah Yesus, menunjukkan bahwa kadar sel darah merah Yesus ketika wafat adalah nol, suatu kondisi yang tidak mungkin bagi seorang manusia untuk bertahan hidup). Saya yakin itu semua karena visi yang ada pada Yesus bahwa ma-nusia akan bebas dari perbudakan dosa dan kembali mempunyai hu-bungan dengan Tuhan Allah, seperti waktu di Taman Firdaus.
Bagaimana dengan Saudara? Apa yang membuat Saudara melangkah di tahun 2009 ini? Apa yang men-dorong Saudara? Ketakutan? Atau sebuah mimpi? Firman Tuhan dalam Yeremia 29:11, mengatakan demi-kian: “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaKu mengenai kamu, demikian-lah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.” (versi Terjemahan Baru).
Indah bukan? Tuhan tidak ingin kita takut akan masa depan kita. Dia ingin kita berjalan dari waktu ke waktu dengan suatu visi, yaitu rancangan damai sejahtera dan hari depan yang penuh harapan. Krisis boleh datang, namun janji Tuhan ini tidak akan pernah pudar. Selamat Tahun Baru 2009!v
Ardo Ryan Dwitanto
Dosen UPH