Pilihan judul ini bukan tanpa maksud, karena ini berarti diberi lagi kesempatan hidup dan untuk melayani lagi. Sabtu 16 Februari 2019 saya memimpin seminar menyongsong Pilpres di Gereja Bethany Batam. Minggu melayani kebaktian pagi dan sore. Tak terlalu padat, sebagaimana biasa melayani di Jakarta. Bahkan terbilang lega waktu, karena tempat ibadah dan menginap di hotel yang sama.
Senin pagi melanjutkan perjalanan ke Singapura untuk check-up di hari Selasa nya, dan rencana sesuai jadwal kembali Rabu sore. Rencana bisa dibuat rapi tapi realitanya ada di tangan Tuhan Sang Pencipta hari. Selasa ketika check-up, dokter menganjurkan menginap sehari untuk pemeriksaan tuntas. Atas nama sayang pada kesehatan saya tak pikir panjang untuk memutuskan. Tiket pulang diperpanjang dengan konsekuensi penalti. Tak mengapa, yang penting pemeriksaan tuntas kata hati. Administrasi rawat inap diurus dan segera masuk kamar. Pemeriksaan langsung dimulai melengkapi EKG dan Echo, pemeriksaan CRTD (alat pacu jantung) oleh professional pabrikan, dan beberapa pemeriksaan lain serta darah. Namun pada waktu pemeriksaan, saya mendapat serangan. Alat bekerja dengan baik tapi batere CRTD tak mencukupi untuk menahan serangan. Saya pingsan hampir lima menit dan berbagai upaya dilakukan termasuk dengan alat kejut jantung. Ketika sadar, saya sudah terbaring diranjang ruang ICU. Peristiwa sesaat namun dalam limpahan berkat TUHAN yang Maha.
Satu-dua hari sebelumnya memang saya mengalami beberapa serangan. Dan serangan terakhir ini “untungnya” (kata yang sering dipakai) terjadi di RS. Jika dijalan, taxi, atau tempat lainnya, seperti biasanya, maka judul ini tak berhak memakai kata “hidup lagi”. Memang saya bukan mati, tapi tinggal selangkah lagi. Tapi inilah pemeliharaan Tuhan yang penuh misteri, serangan tetap terjadi sekalipun DIA mudah mencegahnya. Di sisi lain ini menjadi cara Tuhan bertutur kepada saya, bahwa DIA lah pemelihara hidup saya dan pesan penting agar tetap setia menuntaskan pelayanan yang DIA percayakan. Ini peristiwa kelima hampir mati yang saya alami sejak tahun 1999 dengan kasus seputar jantung yang dimulai dengan klep bocor yang terlambat diketahui dan sudah membengkak hampir dua kali lipat. Bawaan lahir atau sejak kanak-kanak jelas dokter. Disisi lain, tahun 2019 ini, Juni adalah grand opening STT Makedonia di lokasi PAUD, SD, SMP, SMA, Makedonia yang sudah 17 tahun berdiri. Juga sertifikat tanah di Papua yang hampir final, yang berarti pembangunan sekolah di Papua dimulai tahun ini sama seperti yang sudah ada di Kalimantan. Ah, indahnya cara Tuhan mengajar saya untuk melayani DIA, bergantung sepenuhnya, percaya pada pemeliharaan NYA dan taat tanpa gugat.
Saya sadar betul, melayani Tuhan bukanlah sekedar ibadah dan memuji tapi bagaimana mengasihi sesama yang justru seringkali kita lalai. Bercerita tentang hebatnya pengalaman iman kita dan bersaksi di berbagai kota, tapi lupa saudara yang didesa atau bahkan dikota yang menderita. Ribuan perkataan mudah meluncur bahkan dalam khotbah tapi sulit menemukan perbuatan benar yang terukur. Semua berlomba untuk terkenal dan duduk di singgasana sampai lupa pesan utama Kristus dalam mengikuti DIA; Sangkal dirimu, pikul salibmu. Upah melayani bukan sekedar sehat, kaya, banyak yang punya tapi binasa. Kesetiaan yang Tuhan mau dan upahnya adalah semakin dipakai oleh NYA, dalam sehat atau sakit, dalam kaya atau miskin, karena kita terikat kepada NYA, bukan fenomena bahagia dunia. Ingat kisah janda miskin (Markus 12:41-44), para rasul dibuat belajar dari tindakannya.
Sakit tak boleh menghambat pelayanan, bahkan rasul Paulus diberi duri agar setia dan rendah hati melayani (1 Korintus 12:1-10). Penyakit pencernaan Timotius yang nampaknya bawaan tak pernah diceritakan sembuh melainkan Paulus sang rasul yang banyak berdoa untuk kesembuhan orang lain menyarankan Timotius anak rohaninya untuk mengkonsumsi sari anggur (1 Timotius 5:23). Apakah itu karena Timotius kurang iman, atau Paulus tak lagi pendoa yang penuh kuasa? Tentu kita punya jawaban jujurnya. Belum lagi kisah Elisa yang dipakai Tuhan menyembuhkan Naaman dari kustanya, dan pelayanannya yang luar biasa tapi justru mati karena sakit penyakit yang dideritanya (2 Raja 13:14). Apakah semua mereka kurang beriman, atau Tuhan tak sayang? Jelas sekali sepuluh orang kusta sembuh tapi hanya satu yang kembali dan menyatakan iman yang sejati (Lukas 17:11-19). Apakah yang sembilan tidak beriman? Tapi yang yang pasti mereka sembuh dan pergi menghadap imam tapi tak pernah kembali menghadap Kristus. Iman yaitu percaya dan melakukan kehendak BAPA dan kesembuhan Illahi tidak sederajat, bahkan mereka yang disertai karunia mujijat kesembuhan ditolak Yesus Kristus (Matius 7:21-23). Orang sehat banyak yang tidak berbuah hidupnya, tapi orang beriman justru dikenal dari buahnya (Galatia 5:22-23 ). Dalam Alkitab tidak dikenal buah kesembuhan. Jangan lupa, setan mudah menirunya tapi selalu gagal mewujudkan kasih dan taat pada Tuhan. 1 Korintus 14:1 mengatakan: “Kejarlah kasih (satu) dan usahakan memperoleh Karunia (banyak), yang salah satunya kesembuhan)”.
Diantara rekan-rekan mungkin ada yang sakit berkepanjangan padahal giat melayani Tuhan. Jangan pernah kecewa karena tidak ada yang salah dalam pemeliharaan Tuhan, hanya saja pengenalan kita akan DIA dalam proses berkembang (1 Korintus 13:11). Bukankah Alkitab telah mengajar kita untuk bersukacita senantiasa (1 Tesalonika 5:16-18)? Tidak hanya dalam suka juga dalam duka. Tidak hanya dikala sakit tapi juga sembuh. Tidak hanya jika kaya, juga di kemiskinan. Sehat, kaya adalah anugerah Allah, tapi sakit dan miskin bukan kutukan NYA. Jangan terjebak disana, melainkan Tuhan mau kita melakukan apa dalam situasi kita, itulah ujian iman. Dalam perumpamaan yang Kristus sampaikan ada orang kaya dan sehat masuk neraka, tapi Lazarus si miskin dan penuh sakit penyakit justru masuk surga (Lukas 16:19-31). Tapi jangan lupa kisah Yusuf Arimatea orang kaya murid Yesus yang menggunakan relasi dan hartanya untuk berbuat terbaik bagi Yesus Kristus Tuhannya (Matius 27:57-60). Memahami kebenaran Alkitab tak bisa hanya sebagian yang cocok dengan pemikiran kita, tapi karena kebenaran adalah total keseluruhan Alkitab. Kita tak mungkin memahami PB jika tidak mengerti PL, dan demikian juga sebaliknya. Semua kitab di PL dan PB saling terikat dan melengkapi penjelasan.
Selamat memuja DIA di dalam duka, bahagia di dalam derita, tersenyum dibanjir air mata. Seperti kata rasul Paulus: “Didalam kelemahanku kuasa Tuhan menjadi nyata, bukan dalam kuatku atau hebatnya imanku” (2 Korintus 12:9). Jika hati anda berontak dan berteriak, “Mana bisa!” Merenunglah; Apakah Kristus hadir dalam Kristen kita. Bersama, kita belajar mendekati dan menyukai kebenaran NYA.
Silahkan nikmati SUP nya. Rasa spesial, asam, manis, pedas, berpadu satu membuat kita jadi sehat rohani. Dan jangan lupa bagikan kesemua jejaring kita agar mereka juga bisa menikmatinya. Oh ya, Senin 25 Februari 2019, pk. 15:00 saya akan dipasang CRTD yang baru. Doa anda bersama saya, senangnya kita bersaudara didalam DIA Yesus Kristus Tuhan.