Ardo Ryan Dwitanto, SE, MSM*
SUATU kali saya mendengar seorang Kristen mengatakan bahwa dia sudah memberi-kan sepuluh persen dari pendapa-tannya kepada TUHAN dan sisanya adalah bagian dia. Hal ini kedenga-ran seperti TUHAN adalah penagih pajak. Kebanyakan orang melihat harta yang diperoleh adalah miliknya dan diperoleh karena usahanya.
SUATU kali saya mendengar seorang Kristen mengatakan bahwa dia sudah memberi-kan sepuluh persen dari pendapa-tannya kepada TUHAN dan sisanya adalah bagian dia. Hal ini kedenga-ran seperti TUHAN adalah penagih pajak. Kebanyakan orang melihat harta yang diperoleh adalah miliknya dan diperoleh karena usahanya.
Hal ini tidak sesuai dengan peng-ajaran Alkitab. TUHAN adalah yang empunya semua sumber daya, seperti tanah, talenta, dan harta. TUHAN adalah pencipta seluruh alam semesta ini, termasuk bumi dan segala isinya. Dalam Kejadian 1:25, TUHAN menciptakan manu-sia menurut gambar dan rupa-Nya supaya manusia dapat berkuasa atas seluruh bumi dan segala bina-tang yang ada di dalamnya. Bagai-mana hal ini dapat terjadi kalau TUHAN bukanlah pemilik dari bumi ini dan segala isinya? Karena TU-HAN adalah pemilik bumi dan segala isinya, maka Dia memberikan man-dat kepada manusia untuk ber-kuasa atas bumi dan segala isinya.
Selain itu, Amsal 10: 22 menga-takan bahwa kekayaan datangnya dari TUHAN, bukan, dari susah payah. Ayub di dalam penderitaan-nya yang sangat mengatakan bahwa TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil (Ayub 1:21). Salomo dapat memiliki hik-mat yang paling luar biasa, bahkan melampaui seluruh orang bijak di segala jaman, karena TUHAN yang memberikannya. Bahkan bukan saja hikmat, TUHAN juga membe-rikan kekayaan dan kemuliaan (I Raja-raja 3:12-13)
Jadi, jelas bahwa TUHAN adalah yang empunya bumi dan segala isinya dan Dia ingin agar manusia menjadi perpanjangan tangan-NYA untuk berkuasa atas bumi dan se-gala isinya karena manusia dicip-takan serupa dengan gambar dan rupa TUHAN (Kejadian 1:26).
Menjadi perpanjangan tangan TUHAN, ini yang dikenal sebagai penatalayan (stewardship). Ma-nusia adalah penatalayan TUHAN dan TUHAN adalah Tuan. Karena itu, seorang penatalayan harus dapat mengolah bumi dan segala isinya untuk kepentingan dari Sang Tuan, yaitu TUHAN.
Selain itu, Amsal 10: 22 menga-takan bahwa kekayaan datangnya dari TUHAN, bukan, dari susah payah. Ayub di dalam penderitaan-nya yang sangat mengatakan bahwa TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil (Ayub 1:21). Salomo dapat memiliki hik-mat yang paling luar biasa, bahkan melampaui seluruh orang bijak di segala jaman, karena TUHAN yang memberikannya. Bahkan bukan saja hikmat, TUHAN juga membe-rikan kekayaan dan kemuliaan (I Raja-raja 3:12-13)
Jadi, jelas bahwa TUHAN adalah yang empunya bumi dan segala isinya dan Dia ingin agar manusia menjadi perpanjangan tangan-NYA untuk berkuasa atas bumi dan se-gala isinya karena manusia dicip-takan serupa dengan gambar dan rupa TUHAN (Kejadian 1:26).
Menjadi perpanjangan tangan TUHAN, ini yang dikenal sebagai penatalayan (stewardship). Ma-nusia adalah penatalayan TUHAN dan TUHAN adalah Tuan. Karena itu, seorang penatalayan harus dapat mengolah bumi dan segala isinya untuk kepentingan dari Sang Tuan, yaitu TUHAN.
Penerapan dari konsep penatalayanan
Lalu bagaimana konsep penata-layanan ini diterapkan terhadap kita. Pertama, kita harus percaya bahwa segala sumber daya yang ada pada kita, seperti uang, bakat, hikmat, waktu, kepintaran, dan harta, adalah kepunyaan TUHAN yang diberikan kepada kita. Pastor Benny Ho dalam bukunya: “Managing Money God’s Way” (2008), mengatakan: “We have a stewardship responsibility to manage all the above faithfully and wisely, according to the will of the Mas-ter…the true measure of godly success is no longer based on the amount of wealth that we can accumulate, but rather how faithful we have been administering with wisdom what God has entrusted to us.” simak selanjutnya dalam REFORMATA edisi 109