Ketika Ahok Menggugat Cerai

Gugatan cerai Ahok kepada istrinya bagaikan petir di siang bolong. Mengejutkan semua orang. Bermula dari beredarnya WA yang tidak jelas, hingga berita dianggap update ketika media besar nasional memberitakannya. Namun tetap saja berseliweran berita di WA yang saling info dan bantah, bahwa berita ini hoax. Maklum di negeri kita ini hoax masih sangat disukai. Saya tak percaya pada bagian pertama, berita portal, dan masih coba berusaha tidak yakin dengan berita media nasional. Mendapat banyak pertanyaan akan kepastian, saya masih menjawab belum jelas kebenarannya. Akhirnya konfirmasi langsung dengan pengacaranya, dan berita itu betul. Lemas juga rasanya. Harapan bahwa itu hanya isu tak terwujud. Ahok bukan keluarga saya, hubungan darah atau pertalian pun tak ada, tapi memang dia idola dalam kepemimpinan berintegritas. Setelah Jokowi, Ahok memuaskan dahaga kita akan kepemimpinan yang jujur dan berpihak pada rakyat. Seperti yang pernah saya tulis tentang Ahok, dia mengganggu rejeki tak sah banyak orang, sehingga tak heran banyak yang ingin menjatuhkan dia. Apalagi cara dia bicara apa adanya, jauh dari diplomasi dan citra, membuat banyak yang tak suka, khususnya mereka yang terbiasa dengan basa-basi, sehingga tak jelas lagi antara selera dan kebenaran.

Nikmati Menu: #SUP — SUMPAH PEMUDA PRIBUMI

Berbagai ulasan media dimunculkan, mulai dari ide cerai ala Thaksin PM Thailand untuk menyelamatkan hartanya. Isu politis untuk keamanan keluarga dari ancaman. Hingga isu perceraian karena adanya perselingkuhan istri. Lengkap dengan data selingkuhannya yang katanya kader parpol. Apakah isu ini benar, atau mana yang benar? Jelas sebagai orang luar kita tidak tahu pasti. Kita hanya tahu apa yang diberi tahu oleh keluarga atau pengacara resmi. Namun rasa ingin tahu seperti tak terbendung, sehingga berbagai isu dan analisa semakin liar. Apalagi di kalangan umat Kristen, semua mendadak menjadi teolog dalam berkomentar. Maklum, memang paling mudah mengadili orang lain karena kita seringkali gagal mengadili diri sendiri. Di sisi lain, hal ini bisa dipahami sebagai runtuhnya kepercayaan atas sang idola, Ahok sebagai pemimpin berintegritas. Ini yang repot, karena semua urusan campur aduk. Data prestasi, fakta, emosi, dan rasa, tak lagi berbatas. Yang pasti Ahok tidak lagi punya privilege, dia didudukan sebagai pesakitan dalam menjalani kesakitannya atas realita keluarga yang harus dijalaninya. Jika dulu Ahok didemo supaya dihukum dengan tuduhan penistanaan agama, kini dia didemo karena gugatan perceraian. Saya menyadari kesedihan dan kesendirian Ahok. Saya yakin dia tidak minta dipahami, tapi tentu juga tidak diadili. Apakah gugatan cerai ini salah atau benar, itu hal lain lagi. Yang pasti adalah, bahwa kita tidak tahu apa masalah yang pasti.

Nikmati Menu: #SUP — AIR MATA DUKA ATAS VONIS AHOK

Perceraian sejatinya menimpa banyak keluarga Kristen, bukan hanya umat, tapi juga pendeta. Ada banyak pendeta yang cerai hidup, bahkan menikah lagi. Ada juga yang punya istri gelap. Pendeta yang seharusnya menjadi model pernikahan. Tidak hanya di dalam, tapi juga di luar negeri. Mereka dikategorikan pendeta hebat karena pelayanannya penuh mujizat dan hidup suci karena selalu berkomunikasi langsung dengan surga. Juga tak ketinggalan pemimpin agama lainnya, yang cerai, dan juga ada yang menambah istrinya. Berbagai alasan disampaikan. Tapi yang pasti perceraian mereka tidak segeger Ahok yang notabene hanya jemaat biasa. Dia bukan pendeta. Masalahnya Ahok telah menjadi pesona kepemimpinan yang luar biasa, dipuja tak hanya di Jakarta, tapi Indonesia, bahkan dunia. Sementara para pendeta hanya jadi pergunjingan di kalangan umat saja, dan biasanya umat menelan mentah-mentah kata-kata sakti; Jangan mengusik hamba Tuhan yang diurapi. Ah, miris ya! Kemunafikan umat beragama, kemunafikan gereja! Lalu apakah karena fakta ini perceraian dibenarkan? Jelas tidak boleh! Kekacauan hidup pemimpin agama bukanlah alasan kekacauan kehidupan pribadi. Patokan kehidupan kita adalah mutlak kebenaran Firman Tuhan sepenuhnya.

Nikmati Menu: #SUP — AHOK, PENJARA DAN FENOMENA

Kembali kepada Ahok, apa yang dihadapi keluarganya patut mendapat dukungan doa umat. Kiranya keluarga Ahok dan Vero dapat dipulihkan. Yang dekat dengan mereka, dan bisa berbicara, jadilah sahabatnya. Jangan seperti sahabat Ayub yang hanya mampu menggugat. Dan semua itu akan tampak dalam proses hukum yang sudah dan akan berjalan. Umat perlu tenang dan menjadikannya bahan perenungan tentang kondisi keluarga masing-masing. Belajar bijak bersikap dan tidak reaktif. Dosa tetap dosa, itu tak bisa ditawar! Tapi menolong orang yang jatuh ke dalam kesalahan itu panggilan umat. Bukan membenamkan mereka dengan berbagai hujatan, kecuali terbukti mereka menikmati perjalanan dosanya.

Nikmati Menu: #SUP — AIR MATA DUKA ATAS VONIS AHOK

Ahok dan Vero memang telah diformat oleh media sebagai pasangan sempurna, bukan berproses menjadi sempurna. Alkitab mengajarkan umat bahwa penebusan Kristus itu sempurna, dan kita dipanggil untuk berproses menjadi sempurna, yaitu hidup sesuai kehendak Nya. Media tentu saja berbeda, mereka perlu tokoh, dan keduanya Ahok dan Vero didudukkan sebagai tokoh inspiratif dalam bidangnya sebagai pemimpin Jakarta. Wajar jika banyak warga yang jatuh cinta dan berharap banyak atasnya. Media tak sepenuhnya salah, tapi pembaca yang seringkali tidak realistis dalam memahami relatita yang ada. Karena itu Ahok dan Vero yang naik panggung oleh media, kini juga terpuruk oleh media. Inilah wajah sejati industri media. Mudah memberi harapan tapi juga mudah mengambilnya. Apalagi media yang sejak awal sudah menjadi oposisi. Karena itu menjadi media yang menyuarakan kebenaran dan keadilan yang sesungguhnya tidaklah mudah. Kebanyakan yang imitasinya.

Nikmati Menu: #SUP — AHOK DAN KETAKUTAN

Ahok dan Vero adalah anak manusia biasa yang memiliki 1001 kelebihan dan kekurangan secara bersamaan, jadi perlu realistis memahaminya. Untuk menolong kita; Cobalah pahami diri sendiri? Apakah kita lebih banyak berkarya atau hanya bicara? Mereka anak jamannya, jaman now, jaman dunia maya, di mana semua berita cepat melejit dan tiba pada kita tanpa filter. Bahkan hoax atau bukan saja nalar kita sering gagal paham. Berita diteruskan atau berhenti pada kita, kita juga tak cukup bijak. Bagaimana mungkin kita menjadi pemegang palu keadilan.

Nikmati Menu: #SUP — ANAK BANGSA DAN PILKADA

Ahok dan Vero, doaku pada kalian kawan seiman, kiranya kuat dan benar dalam menghadapi dan menyelesaikan persoalan yang ada. Tak mudah, bukan berarti tak bisa, karena Tuhan maha kuasa dalam menolong kita yang memohon kepada-Nya. Semua kita yang cinta mereka mari kita doakan bersama agar keluarga mereka lolos dari persoalan yang menghadang. Oh ya, kawanku Ahok, jika anda maju lagi dalam Pilkada DKI atau kemungkinan yang lebih tinggi aku tetap memilih mu. Engkau telah membuktikan kelas kepemimpinan yang berintegritas. Ketika menjadi gubernur DKI, tim professional yang kamu bentuk, dengan fair kamu biayai dengan anggaran gubernur, tapi sekarang masuk APBD. Dulu mudah bertemu denganmu sebagai gubernur, sekarang hanya sebatas camat. Membereskan lingkungan pasar, dan banyak lagi kenangan. Ah, tapi itu masa lalu, masa yang akan datang aku yakin kamu akan menjadi pemimpin yang lebih baik dan bersinar lagi. Pasti kamu belajar banyak dari perjalanan penjara dan masalah keluarga. Sementara kami yang diluar penjara, dan sementara ini keluarga kami baik saja, mungkin hanya belajar banyak berkomentar. Soal berkeluarga, dengan apa yang terjadi pada kalian, dengan rendah hati aku akan terus belajar realita berkeluarga yang memang tidak sederhana.

Tak mudah membuat SUP ini, karena sulit untuk memilih bumbu, tapi biarlah kita semua mampu menikmati paduan rasa pahit, manis, asin, pedas. Toh hidup ini sama, kita tak bisa sekedar memilih apa yang kita suka, tapi harus mampu menikmati semuanya. Tuhan menolong kita agar tak tergelincir di hidup berkeluarga.

Selamat menikmati SUP yang kubuat dalam kedukaan yang mendalam.

#SUP by: Bigman Sirait www.twitter.com/bigmansirait

Recommended For You

About the Author: Reformata

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *