Bagaimana Memberi Motivasi untuk Mencapai Prestasi Puncak?

J. Clement Stone, seorang pro motor dari Positive Mental Attitude (PMA) mengatakan: “Everyone who achieves success in a great venture solves each problem as they came to it. They helped themselves. And they were helped through powers known and unknown to them at the time they set out on their voyage. They keep going regardless of the obstacles they met.”  Beliau juga mengatakan  “There’s a very little difference between people, but the little difference makes a big difference.”
Dari kedua pernyataan Mr Stone di atas kita dapat menyimak bahwa orang-orang yang bisa mencapai prestasi puncak adalah orang-orang biasa atau orang kebanyakan namun mereka memiliki sedikit perbedaan dengan rekan-rekannya di mana mereka umumnya adalah orang-orang yang optimis menghadapi tantangan hidupnya, mereka yang menolong diri mereka sendiri dengan kekuatan yang mereka upayakan dan tidak pernah berhenti untuk mencapai tujuannya walaupun mereka menghadapi banyak tantangan atau rintangan.
Nah, bagaimanakah kita bisa menjadi orang kebanyakan yang memiliki sedikit perbedaaan dengan orang lain, namun perbedaan tersebut bisa membuat perbedaan yang sangat besar? Menarik kalau kita menyimak apa yang dikatakan seorang peak performer kelas dunia yaitu Warren Buffet, pemilik Berkshire Hathaway yang berhasil mentransformasi perusahaan tekstil tersebut. Dia mengatakan, “We simply attempt to be fearful when others are greedy, and greedy when others are fearful”. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa Warren Buffet berbeda dalam mengambil kesempatan-kesempat-an investasinya. Dia tidak mengikuti arus tetapi sangat peka dalam melakukan investasi terutama menyangkut soal waktu. Dia sangat  tahu kapan harus maju dan kapan harus menunggu sehingga investasi yang dilakukannya sering-kali menghasilkan hasil yang optimal. Mr Buffet sangat tahu ’season’ di mana dia harus berinvestasi. Kemampuan membedakan kesem-patan inilah yang banyak kali diasahnya dalam banyak kesem-patan berinvestasi sehingga dia menjadi sangat terlatih.
Sebagai profesional, di masa krisis ekonomi yang melanda dunia dan imbasnya mulai dirasakan di Indonesia, maka kita dapat berlatih untuk meningkatkan kemampuan kita mengelola sumber daya untuk mencapai perstasi puncak. Salah satu sumber daya yang perlu diprioritaskan untuk dilatih adalah diri kita sendiri. Untuk itu kita bisa melihat beberapa hal sehingga kita bisa meningkatkan prestasi kita menuju prestasi puncak. Hal-hal apakah yang perlu kita amati?
Pertama, kita bisa mengevaluasi kinerja kita di masa lalu. Perhatikan prestasi apakah yang sudah kita capai di waktu-waktu yang lalu dan bagaimana kita mencapainya? Perhatikan apa yang menjadi kekuatan utama kita dan apa kelemahan-kelemahan yang seringkali membuat kita frustasi. Misalnya kita memiliki kekuatan bernegosiasi, maka teruslah asah kemampuan itu dan sebanyak mungkin tempatkan diri kita dalam kesempatan bernegosiasi yang akan membawa perusahaan kita atau usaha kita lebih optimal mencapai hasil negosiasi yang diperlukan.  Dengan menjadi negosiator yang ulung dan hasil optimal, maka pada setiap kesempatan negosiasi yang besar, perusahaan akan selalu memerlukan ketrampilan Anda tersebut. Sebaiknya, lihat juga kekurangan utama kita, Misalnya kita sulit mengendalikan negative stress kita, maka sebaiknya kita mulai mempelajari apa penyebab stress negative tersebut.Misalnya apakah karena kita sering mengalami sakit kepala yang berkepanjangan, maka kita harus mencari penyebab sakit kepala tersebut. Mungkin karena kita seringkali bekerja terlalu lama tanpa cukup istirahat atau kita kurang olahraga? Setelah tahu penyebabnya segera buat program plan untuk mengatasi stres yang negatif tersebut sehingga ham-batan mencapai prestasi puncak dapat kita hilangkan satu persatu.
Kedua,  kita perlu melihat ke depan dengan lebih optimis. Seorang yang mencapai prestasi puncak memiliki harapan-harapan yang tinggi. Mereka mampu memvisualisasikan visi mereka dengan sangat jelas, mereka mengukur dan memantau hasil pencapaian mereka. Mereka juga memiliki motivasi yang  kuat dan mengetahui dengan jelas mengapa mereka menginginkan sesuatu. Dengan kemampuan ini, lebih mudah bagi kita untuk mencapai prestasi puncak karena kita memiliki gambaran yang jelas tentang tujuan-tujuan kita sehingga seluruh gerakan tubuh dan pikiran kita menuju pada tujuan-tujuan tersebut.
Ketiga, untuk mencapai prestasi puncak kita perlu mengubah diri kita dari kebiasaan-kebiasaan yang menghambat kita untuk mencapai sesuatu. Misalnya, seringkali kita menuntut hanya satu jawaban yang benar (ultimate) atas segala persoalan. Kita malas untuk melihat alternatif-alternatif di mana kemungkinan besar alternatif yang ada lebih baik dari jawaban yang kita anggap benar. Misalnya, kalau kalau kita menggambar sebuah titik di papan tulis dan menanyakannya kepada anak-anak balita mereka akan memberikan jawaban yang berbeda-beda. Ada yang mengatakan itu seekor semut kecil, ada yang mengatakan itu sebuah jarum pentul dilihat dari atas, bahkan mungkin ada yang mengatakan itu sebuah tiang listrik dilihat dari atas langit. Jawaban yang dipandang benar mungkin akan langsung Anda dapatkan kalau Anda bertanya pada murid sekolah menengah, mereka langsung akan mengatakan bahwa itu adalah sebuah titik di papan tulis. Jadi seorang anak kecil akan lebih melihat titik tersebut dari berbagai segi sesuai imajinasi mereka. Jawaban anak-anak tersebut bukanlah salah, mereka hanya melihat dari sudut pandang yang berbeda. Jadi mulailah berpikir secara terbuka dalam melihat setiap tantangan yang Anda hadapi sehingga Anda mampu memberikan jawaban yang akan mencapai puncak prestasi.
Selanjutnya seringkali kita juga membatasi diri kita dengan alasan ’praktis’ dan ’logis’. Kita hanya mau melakukan sesuatu sepanjang hal itu praktis dan logis menurut kacamata kita, dan hal itu seringkali menghambat kita menjadi kreatif. Hal lain yang juga sering dilakukan adalah mengikuti aturan yang baku dan kaku. Untuk mencapai prestasi puncak sering kali kita harus mengubah aturan untuk hal yang lebih baik.  Terakhir, seringkali kita tidak mau  atau enggan berbuat kesalahan. Berbuat salah adalah hal yang tabu dan sering orang mendapat sanksi karena hal ini. Saya tidak berbicara bahwa kita harus melawan hukum di sini, namun kita juga perlu mengambil risiko yang terhitung dan kalau kemudian hal tersebut ternyata kurang tepat, kita bisa memper-baikinya, belajar dari kesalahan tersebut dan tidak mengulanginya kembali.
Rekan pembaca dan pemimpin yang budiman, jadi galilah terus kemampuan Anda untuk mencapai prestasi puncak dengan belajar dari pengalaman masa lalu, optimis dalam melihat masa depan dan mau mengubah diri untuk menjadi lebih baik dan kreatif dalam melakukan sesuatu. Niscaya, Anda akan mencapai prestasi puncak Anda setiap saat.v

Recommended For You

About the Author: Reformata

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *