DALAM Injil Yohanes 4 dikisahkan tentang dialog Yesus dengan seorang perempuan Samaria. Perempuan ini hidup sangat tercela, berpindah-pindah dari satu pria ke pria lain. Tetapi pertemuannya dengan Yesus mengubah seluruh wawasan hidupnya. Ia menemukan kesejatian dari Yesus yang berkata, “Akulah Mesias, yang sedang berkata-kata dengan engkau”.
Pertemuan yang sangat pribadi itu mengubah seluruh wawasan perempuan itu, mengakibatkan dia bukan wanita asusila lagi, tetapi beragama. Asusila artinya tidak punya susila, agama artinya tidak kacau. Perubahan atau lompatan ini sangat luar biasa, dan terjadi dalam sebuah pertemuan/dialog. Ini bisa terjadi karena Kristus punya kuasa yang melintasi kemampuan dan ketidakmampuan manusia. Kristus menyatakan kuasa-Nya membuat si perempuan itu mengenal dan bergantung pada Dia sepenuhnya. Ia menjadi orang percaya, berubah dari orang berdosa menjadi orang benar.
Sebelumnya dikatakan bagaimana Yesus memberikan prinsip baru kepada perempuan Samaria itu. “Selama ini engkau menyembah kepada allah yang tidak kau kenal”. Orang-orang Samaria memang jatuh ke dalam penyembahan berhala, dan itu membutakan mereka, membawa mereka kepada penyembahan yang salah. Mereka mengerti kisah tentang Juru Selamat, tetapi sudah campur aduk dengan keberhalaan.
Yesus memulai dengan kalimat yang luar biasa: “Mengenal Allah yang benar adalah mengenal Dia dalam roh dan kebenaran”. Artinya, Allah itu roh, bukan fisik (benda). Jadi tidak perlu ke gunung mencari Allah. Allah itu roh, kita tak mungkin menjamah atau membuat-Nya menjadi satu wujud yang kepadanya kita menyembah. Dan kebenaran adalah Allah, firman hidup itu, firman yang membenarkan. Maka kebenaran, yaitu firman, berhubungan dengan Dia. Memahami Dia, memahami kebenaran. Dan kebenaran itu adalah Yesus yang berkata, “Akulah jalan, kebenaran dan hidup…”
Pertemuan perempuan Samaria dengan Kristus membawa dia menemukan Allah sejati, Allah yang roh itu. Kita harus menyembah Dia dalam roh dan kebenaran. Dan sekarang Mesias itu ada di depan dia. Karena itu, dia mengalami perubahan yang sangat dahsyat. Sesudah pertemuan yang mengubah hidupnya itu, wanita Samaria itu kembali ke kampungnya, bercerita kepada semua orang tentang apa yang sudah dikerjakan Yesus baginya. Yesus membuka seluruh aib dan dosanya. Dia tak lagi mampu bersembunyi. Kristus tahu seluruh perilaku dan dosa-dosanya. Padahal baru pertama kali itu dia bertemu Kristus. Kuasa Kristus membukakan matanya bahwa dia berhadapan dengan Mesias, anak Allah. Berkat kesaksian perempuan itu, orang Samaria banyak yang jadi percaya.
Kuasa Kristus telah mengubah ketakutan menjadi keberanian yang luar biasa. Wanita yang malu karena hidup sebagai sampah masyarakat, mendadak jadi wanita berani dan luar biasa menyuarakan kebenaran itu. Dia menjelajah kampung, memberitakan tentang apa yang Yesus kerjakan, yakni pengampunan dosa. Satu kampung itu menemui Yesus, mendengar kata-kata-Nya, dan bertobat. Wanita Samaria itu bukan rasul. Dia penginjil yang mengalami pertobatan. Ia bukan calo yang menyuarakan kebenaran tetapi ia sendiri dalam posisi yang tidak benar.
Panggilan dan pertobatan
Penginjil mengalami pertobatan, ini sangat penting. Karena banyak orang menjadi penginjil tetapi pertobatannya diragukan. Orang-orang bertanya-tanya tentang perilakunya yang tidak karuan, gaya hidupnya yang tidak mencerminkan kehidupan orang percaya. Orang mereka-reka, rupanya dia hanya fasih lidah, pintar bicara. Ia minta orang bertobat, tetapi ia sendiri tidak mempunyainya.
Menjadi penginjil harus punya panggilan yang jelas, seperti perempuan Samaria itu. Kristus sudah memanggil dia. Kuasa itu mengubah dan menggugah dia sehingga memiliki keberanian yang luar biasa, bukan karena kemampuan diri tetapi karena kemurahan dan panggilan Allah. Pertobatan harus diikuti panggilan yang aktual. Penginjil diukur dari perkataannya. Perempuan itu tidak berkata-kata tentang diri atau kehebatannya. Tetapi dia berbicara tentang apa yang Yesus perbuat atas dirinya. Kalau sekarang, banyak orang Kristen berbicara tentang dirinya yang hebat, sampai berita tentang Kristus pun tenggelam.
Penginjil bukan hanya diukur dari perkataan, tetapi juga perbuatan. Maka seharusnya setiap orang berkewajiban mengamati mereka yang menyebut diri penginjil atau pendeta, bagaimana perilaku mereka. Yesus sendiri berkata, “Hei orang buta jangan ikut orang buta”. Orang berdosa, orang celaka kau percayakan dirimu pada orang-orang berdosa pula, yang menjadi penginjil atau pendeta hanya untuk perut, bisnis. Bukan Tuhan, tetapi materi yang dia cari. Kau percayakan dirimu pada orang-orang seperti itu, betapa bodohnya kau.
Yesus mengerjakan banyak hal luar biasa dahsyat. Beritakan namanya sungguh luar biasa. Maka perempuan Samaria, yang bukan apa-apa, menjadi “apa-apa”, di tangan Yesus. Yesus tak memanggil dia untuk menjadi rasul, pengkhotbah, dia hanya menceritakan apa yang dialaminya bersama Yesus. Itu tak membuatnya menjadi pemimpin agama. Lain dengan sekarang. Sedikit-sedikit sudah bersaksi ke sana ke mari, dan orang mengenal dia penginjil atau pendeta. Tetapi ketika diuji pemahaman Alkitabnya sangat mengerikan. Timbullah kekacauan. Ini yang disebut experience theology, orang berteologi hanya dari pengalaman, tetapi tidak ada pemahaman tentang firman hidup itu.
Jangan pernah berkata, “Aku hebat dan mampu, maka menjadi penginjil atau pendeta”. Tetapi sebaliknya jangan pernah berkata, “Aku tak mampu karena bodoh…”. Kau hina dirimu, karena kau tak berhak menghina dirimu, karena itu sama saja menghina Allah, seakan-akan Allah tidak mampu mengubah dan memakai engkau dengan cara-Nya. Jangan pernah puji diri, tetapi juga jangan hina diri. Tetapi biarlah Tuhan melakukan apa yang mau dilakukan-Nya terhadapmu. Biarlah engkau menaklukkan dirimu, percaya sungguh pada-Nya, mendengar panggilan-Nya dan berkata-katalah sesuai pimpinan-Nya. Bukan kehendakmu tetapi kehendak Dia, maka Dia akan memakaimu dengan cara luar biasa.
Maka hidup kita akan mengalami perubahan dahsyat dalam perkataan dan perbuatan yang seimbang. Pertobatan dan panggilan yang kuat dalam batin mengakibatkan perubahan-perubahan pada lingkungan, di mana akhirnya orang-orang percaya pada Kristus. Saudara ingin menjadi saluran berkat? Tanya dirimu, sudahkah terima Dia dalam hidupmu? Ceritakanlah kasih-Nya.v (Diringkas dari kaset khotbah oleh Hans P.Tan)