Awasi Bahaya Teknologi

Perkembangan teknologi terus meningkat. Perubahannya berjalan sangat cepat. Dengan teknologi yang semakin canggih, hidup orang pun menjadi semakin dipermudah. Mencari informasi apapun tidak perlu susah-susah, tinggal “klik” saja, informasi yang dibutuhkan sudah tersedia di depan anda. Itulah teknologi. Secanggih-canggihnya teknologi, namun toh tetap memiliki celah negatif juga. Semakin canggih teknologi nyatanya juga membuat semakin lebar pula celah untuk berbuat dosa. Membuat manusia terperosok ke jurang dosa yang ada di mana-nana. Contoh sederhananya adalah aksesibilitas orang terhadap film porno atau blue film. Dulu, yang namanya blue film (BF), hanya bisa dinikmati oleh orang-orang tertentu saja, karena perlu biaya besar untuk membeli alat-alat seperti proyektor untuk bisa menonton BF. Sekarang, BF, bukan saja mudah didapat di mana-mana dan murah dijual dalam kemasan VCD, kini orang bisa mengakses gambar-gambar cabul di internet itu hanya dengan tinggal “klik” saja, kapan dan di mana saja.

Itulah hidup di zaman kekinian dengan kemudahan-kemudahan yang didapat. Sebagian besar dari kita ini adalah pengguna-pengguna atau penikmat teknologi, yang memang cenderung terikat dengan teknologi, sehingga kurang menyadari, atau lebih tepatnya kurang mengkritisi, betapa ada celah bahaya di sana. Betapa dunia dengan segala kemudahan teknologinya sesungguhnya semakin mengerikan, menakutkan. Ini adalah fakta yang tak terhindarkan, yang menjadi ancaman bagi generasi kita semua kini pun nanti, tanpa kecuali, kalau tak coba terus mengkritisi. Untuk itu, kita perlu berhati-hati dan menjalani hidup ini dengan arif dan seksama, jangan seperti orang bebal, yang tidak mengerti bahayanya perubahan zaman. Sebab orang bebal akan terjebak di dalam zaman, bahkan menjadi korban zaman”.

Sejak lama Paulus memperingatkan orang agar bijak menyikapi perubahan zaman. Dalam Efesus 5:15-22, misalnya, dia mewanti-wanti benar agar orang-orang Efesus memerhatikan seksama bagaimana menjalani kehidupan. Tidak hidup seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif. Bebal artinya tidak mampu mengamati diri sendiri. Jadi orang yang disebut bebal tidak pernah belajar dari realita hidup yang pernah dijalaninya. Ia tidak pernah belajar dari apa yang tengah dan pernah terjadi dalam hidupnya. Ia selalu jatuh ke dalam lubang yang sama, kegagalan yang sama.

Orang bebal adalah orang yang getol mengamati peristiwa atau kehidupan di dunia dan kehidupan pribadi orang lain, tetapi sendiri lalai mengamati diri. Ya, umumnya kita adalah pengamat yang baik bagi orang lain, tetapi bukan bagi diri sendiri. Dan ini suatu kecelakaan yang sangat fatal, sebab kita mampu mengatakan kesalahan orang lain tetapi tidak pernah mampu mengoreksi diri sendiri. Kita mampu memprediksi kejatuhan seseorang tapi tak kuasa menghindari kejatuhan diri sendiri. Ini terjadi karena kita tidak mampu mengamati diri. Berbahagia orang yang selalu mengamati diri dengan seksama, karena mereka akan menjadi orang yang: arif, bijak, bukan bebal. Orang arif selalu mengamati dirinya, selalu berhitung tentang dirinya, tetapi orang bebal berjalan semaunya menuju tempat yang dia suka. Akhirnya, kehancuran menjadi bagian orang-orang bebal.

Di suratnya kepada jemaat Eefesus itu Paulus juga menyinggung soal bahaya waktu. Paulus mengingatkan jemaat Efesus agar setiap orang menggunakan waktu itu dengan baik, karena hari-hari ini adalah jahat. Di sini Paulus ingin menggambarkan kepada manusia, kepada orang Kristen, bahwa waktu yang kita jalani adalah satu periode yang jahat. Sekarang dunia makin celaka, orang makin mencintai diri (individualisme), menjadi hamba terhadap uang (materialisme), menjadi garang, merusak segala sesuatu. Mereka hanya berperilaku rohani tetapi tidak mengerti tabiatnya. Yang ada hanya semangat hedonisme, individualisme, materialisme, semangat yang mengerikan. Menurut Paulus, inilah orang-orang di akhir jaman. Itulah bentuk pekerjaan setan yang semakin giat bekerja menyesatkan orang, menjelang kedatangan Yesus kedua kali.

Oleh karena itulah kita perlu bijak di tengah dan menjalani kehidupan. Jangan terjebak dan mati di sana tanpa daya. Jangan bodoh, tetapi mengerti kehendak Tuhan. Melawan segala persoalan yang sedang terjadi di dunia. Kita jangan hanya gemar belajar ilmu yang hebat-hebat saja, tetapi juga harus mengerti kehendak Tuhan. Pengagungan terhadap ilmu pengetahuan menjadi penindasan terhadap keimanan. Tetapi jangan mengangungkan iman lalu menindas ilmu pengetahuan. Dua-duanya mestinya kita miliki.

Berjaga-jaga, sebab saktu DIA datang untuk kedua kalinya kelak, itulah akhir dari semuanya. Dan sekarang kita sedang menunggu DIA. Di kedatanganNya kedua ini Yesus bukan sebagai juru selamat lagi, tetapi sebagai Hakim Yang Agung. Maka tidak ada lagi waktu untuk bermain-main. Kini saatnya serius. Karena kalau DIA datang tapi kita tidak siap, habislah kita semua, karena tidak ada ulangan. Setelah Yesus datang untuk kedua kali, kita tidak lagi bisa mengulangi kedatangan-Nya. Ketika DIA datang, kita tidak bisa mengatakan, “Ampun Tuhan, kemarin saya tidak serius mengikuti-MU, sekarang saya akan serius…” Terlambat!

Mari belajar mengenal dunia, dan mengerti kehendak Tuhan. Dengan mengerti kehendak Tuhan, maka segala ilmu pengetahuan atau kemajuan teknologi yang kita miliki dan nikmati itu adalah sarana semata.

Bagai kuda tangguh nan perkasa yang membawa kita memenangkan pertempuran. Kita adalah penunggang kudanya. Bukan sebaliknya, kita yang ditunggangu teknologi. Bukan pula penunggang kuda biasa, tapi penunggang kuda yang memiliki iman kuat, pengertian akan kehendak Allah yang luar biasa. Sehingga ilmu yang hebat dan teknologi yang maju pesat ditambah iman yang kuat niscaya menjadi alat untuk membereskan berbagai persoalan.

(disarikan oleh Slawi)

Recommended For You

About the Author: Reformata

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *