
“Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” Matius 5:9
(harry.puspito@yahoo.com)*
Dalam tulisan yang sebelumnya, kita menyimpulkan bahwa menurut Alkitab – buku iman kita – kerajaan ‘shalom’ adalah visi masa depan umat Tuhan, yaitu gambaran mengenai Kerajaan Allah yang akan datang, yang akan terjadi dan pasti terjadi. Dalam Alkitab kata shalom bukan sekedar menggambarkan tidak adanya permusuhan di antara sesama dengan lingkungannya, termasuk dengan Sang Pencipta, tapi memberikan gambaran positif dinamis kehidupan manusia yang seperti Tuhan maksudkan, hidup bersama dalam pimpinan Tuhan. Dengan fakta bahwa setiap orang percaya akan menjadi bagian dari kerajaan shalom Allah itu, maka kita memahami orang percaya dipanggil menjadi pembawa damai atau juru damai.
Di bumi yang sementara ini orang percaya diperintahkan – dilatih – hidup dengan damai terhadap semua orang – ketika hal itu bergantung kepada dia (Roma 12:18). Oleh karena itu kita harus siap menerima perbedaan, mengampuni orang yang bersalah terhadap kita dan sebaliknya minta pengampunan ketika kita membuat kesalahan. Dalam komunitas shalom, berlaku ‘golden rule’ yang menyatakan kita memperlakukan orang lain seperti kita ingin diperlakukan (Mat 7:12) – seperti diperhatikan, disambut dengan ramah, diterima, dihormati, disemangati, ditolong, dsb dari waktu ke waktu. Komunitas shalom digambarkan sebagai satu tubuh dengan satu Roh, menyatu dalam segala hal yang penting – harapan, Tuhan, iman dan baptisan (Ef 4) dalam segala keberbedaannya. Kita memberikan apa yang kita miliki ketika orang lain membutuhkan. Kita menerima dari yang lain ketika kita membutuhkan.
Kalau hidup damai di bumi ini adalah kehendak Allah dan kalau kerajaan ‘shalom’ atau ‘damai’ adalah visi Tuhan bagi orang percaya maka tidak aneh kalau setiap orang percaya dipanggil menjadi pembawa damai atau juru damai (Mat 5:9). Salah satu gelar bagi Juru Selamat yang diberikan kepada dunia adalah Raja Damai (Yes 9:6) dan ini menggambarkan peranan-Nya untuk membawa damai sejati bagi manusia. Damai sejati dimulai ketika manusia berdamai dengan Sang Pencipta. Oleh karena itu misi utama Raja Damai adalah mendamaikan hubungan manusia dengan Allah.
Ketika manusia menerima Raja Damai sebagai Juru Selamatnya, maka dia didamaikan dengan Allah, dan potensial dengan sesama dan lingkungan. Namun umat Allah masih hidup di dunia yang dikuasai dosa, dunia yang tidak damai, dan dalam tubuh yang juga sudah dirusak ‘dosa’, yang melemahkan karakter damai. Dikatakan ‘roh memang penurut, tetapi daging lemah’ (Mat 26:41). Oleh karena itu Tuhan perlu mengerjakan dari dalam diri orang percaya melalui Roh Kudus agar orang percaya memiliki karakter Kristus dengan 9 fiturnya – kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri (Gal 5:22 – 23). Karakter yang adikodrati ini dikerjakan dalam diri seseorang sehingga orang percaya memiliki damai yang melampaui pengertian manusia. Apakah kita sudah memiliki karakter damai itu? Ujiannya adalah ketika kita diperhadapkan dengan konflik yang berat, apakah kita masih bisa berdamai, menyelesaikan konflik secara rohani atau seperti orang-orang yang tidak kenal Tuhan kita membawa konflik kita ke pengadilan, meninggalkan lawan konflik tanpa penyelesaian, putus hubungan? Maka kita masih jauh dari memiliki karakter damai ini, apalagi menjadi juru damai Allah. Apa yang dilakukan oleh ‘pembawa damai’? Kita memiliki teladan Sang Juru Damai, yang memerintahkan kita meneladani-Nya. Alkitab juga memberikan petunjuk bagaimana seharusnya kita hidup dalam damai. Ketika diri-Nya dimusuhi, Dia tidak membalas. Ketika terjadi konflik, Dia tidak mendiamkan tapi menyelesaikan.
Ketika Dia menemukan orang yang membutuhkan pertolongan Dia mengulurkan tangan-Nya. Dan pekerjaan utama-Nya adalah memperdamaikan manusia dengan Sang Pencipta yang telah Dia perjuangkan dalam seluruh masa pelayanan-Nya dengan puncaknya Dia mengorbankan nyawa-Nya di atas kayu salib. Tidak mudah bukan. Itulah sebabnya Allah perlu mengerjakan perubahan itu dalam diri kita melalui karya Roh Kudus. Namun Dia mau kita mengerjakan bagian kita yaitu taat pada kehendak-Nya.
Ketika kita mengerjakan bagian kita, artinya kita hidup dengan iman, beriman bahwa Allah itu ada, Dia adalah Raja, Dia menyelamatkan umat-Nya dan menjadikan bagian dalam kerajaan damai-Nya yang pada suatu waktu akan terwujud. Kita diajar dengan iman berdoa ‘datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga’ (Mat 6:9-13).
Kita diminta dari waktu ke waktu membereskan dosa-dosa kita dan menyerahkan kendali kemauan kita kepada Roh. Kita mengikuti proses pembentukan-Nya dengan setia. Maka niscaya kita dimampukan untuk memenuhi panggilan kita sebagai juru damai dunia.
Amin!