Cinta Kasih Dalam Penghukuman

Oleh Pdt. Bigman Sirait

Follow Twitter: @bigmansirait

DALAM Kejadian 3: 15 Allah mengatakan, “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini,

Apa yang terjadi di masa kita, menjadi sebuah fakta yang tidak terbantahkan bagaimana cinta kasih Allah dinyatakan dalam hidup manusia. Seluruhnya menjadi aktual, tampak nyata, luar biasa indah. Itulah keselamatan yang bernilai sangat tinggi itu, kita syukuri lebih dari apa pun. Sangat menarik bahwa berita keselamatan atau Injil itu dikumandangkan justru dalam kondisi ketika manusia jatuh ke dalam dosa. Tuhan marah untuk perlawanan dan ketidaktaatan manusia. Tetapi dalam kemarahan atau murka yang berapiapi itu Tuhan tak kehilangan kendali. Tuhan memang menghukum tetapi cinta kasih pun ada dalam diriNya. Dia murka tetapi pengampunan mengikutinya.

Di tengah murka Allah itu muncul pengharapan yang tak terbilang. Sungguh luar biasa kasih Allah, kasih yang dinyatakan ketika manusia belum meminta. Kasih yang dinyatakan ketika manusia belum memikirkannya. Kasih yang dinyatakan mendahului kesadaran manusia akan kebutuhan kasih itu sendiri. Ketika manusia terpuruk akibat dosa, Allah sudah menyatakan kasihNya. Bukankah ini luar biasa? Tetapi sayang, kita tak banyak menjelajah untuk menemukan kesejatian cinta kasih. Tak banyak kita menjelajah untuk menemukan momentum pemberian itu, sehingga akhirnya kita sering kurang menghargai makna pengampunan yang dikerjakan Tuhan, penebusan dosa dengan darah yang tertumpah. Kita tak lagi mampu menikmati kasih di balik segala yang sudah dilakukanNya. Kasih yang melampaui akal dan pikiran, kasih yang melampaui logika, kasih yang tak terbatas itu.

Jadi, janji Allah akan keselamatan dinyatakan bukan karena manusia menyadari dosa. Janji keselamatan tidak dinyatakan ketika kita berkata, “Tuhan ampuni aku”. Justru janji itu dinyatakan bersamaan dengan penghukuman yang diberikan kepada manusia. Maka janji dan hukuman datang bersamaan. Orang menyebutkan berkat dan kasih tak bisa diabaikan dalam keadilan Allah. Allah yang adil akan memberkati, tetapi Allah yang adil juga akan menghukum. Ia memberkati orang yang taat, Ia menghukum orang yang salah. Itu tuntutan keadilan yang harus dipenuhi. Dan keadilan itu diwarnai oleh kesucian yang tak terhindarkan. Maka kesucian Allah mewujudkan keadilan. Keadilan mendatangkan dua titik: penghukuman dan pengampunan.

Menjadi hebat lagi adalah penghukuman diberikan ketika manusia itu didapati bersalah. Pengampunan diberikan ketika manusia belum menyadari apa yang dilakukan serta akibatnya. Bukankah ini sebuah paradoks yang sangat luar biasa di dalam tindakan Allah yang menghukum dan mengampuni? Sebuah tindakan luar biasa yang dikerjakan Allah bagi umat manusia. Jangan berpikir janji itu berkumandang hanya di Golgota. Nun jauh di sana, di Taman Eden, Ia sudah menyatakan janji menyelamatkan manusia. Itu sebab seharusnya manusia mampu mensyukuri apa yang sudah dikerjakan Allah, yaitu dengan memberi seluruh diri menjadi sebuah pengabdian yang aktual di dalam kehidupan seharihari. Tetapi sayang sekali, manusia justru kehilangan jati diri, dan akhirnya tak mampu menghargai diri. Karena itulah kalau kita berkata sudah menerima Tuhan Yesus dan janji Allah, maka seharusnyalah hidup kita berpadanan pada Injil itu, menjadi seperti apa yang dikehendakiNya.

Oleh karena itu, belajarlah menghitung dosa yang tidak sedikit itu. Dosa kita yang ditebus itu melimpah dan mematikan, tetapi diberiNya kita kehidupan oleh kemurahan yang luar biasa. Karena itu belajarlah menghargai kasihNya. Ia melewati apa yang kita bisa pikirkan itu dengan hidup mensyukuri anugerahNya, melakukan apa yang dikehendakiNya. Artinya kejatuhan pada dosa dan saat yang bersamaan ada pengharapan yang luar biasa Allah berikan. Seharusnya kejatuhan itu tak berlarutlarut menghancurkan kalau manusia takut dan taat pada perintah Tuhan.

Hidup takut Tuhan

Kalau saudara tidak takut Tuhan, jangan pernah bermimpi akan hidup bahagia. Karena kebahagiaan hanya ada dalam takut akan Allah. Kalau kita mengalami kesusahan, kegetiran, mencekam menghabiskan hidupmu, jangan gentar dan takut. Kalau Dia menyelamatkan, apalagi melepaskan kita dari kesusahan hidup.

Karena itu syukurilah pengampunan yang diberikan. Bangunlah dari berbagai kesulitan. Jangan hitung berapa banyak kita berdoa, tetapi bagaimana kita melakoni hidup yang Tuhan ajarkan. Itulah pengharapanNya, maka kerjakan itu. Ia sudah memberikan. Iman itu muncul dari kesadaran keselamatan yang diberikan Tuhan, penghargaan terhadap anugerah keselamatan yang diberikan Tuhan mengaplikasikan tindakan dalam kehidupan yang aktual.

Betapa menyenangkan dan menggairahkan ikut Tuhan. Bangunlah dari kesesakan dan kemarahanmu kepada Tuhan. Kalau kita memang adalah orang yang sudah diselamatkan, pegang janji Tuhan, berjalan pada jalanNya, kita akan kuat dan tersenyum melewati masamasa sulit. Kita akan tersenyum melewati masamasa kritis bahkan penyakit. Kita akan tersenyum jika dompet tipis. Kita bisa tersenyum menghadapi kepahitan dan kegetiran hidup, bukan karena hebat dan kuat, tetapi karena Tuhan memampukan. Kita mampu karena pertolongan Roh Kudus.

Karena itu percayalah pada Tuhan dan jangan lari dari janji itu. Pegang janji itu dengan hidup takut akan Dia, bukan mengumbar hawa nafsu. Biarlah kiranya nama Tuhan dipermuliakan lewat hidup kita.

 

 

 

 

 

 

Recommended For You

About the Author: Reformata

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *