
Oleh Pdt. Bigman Sirait —
Artinya rasa sakit waktu melahirkan itu tidak membuat seorang wanita tidak mau melahir-kan. Karena birahi tetap akan datang, disusul pada kelahiran seterusnya. Dalam Kejadian 3: 16 dikatakan—Firman-Nya kepada perempuan itu: “Susah payahmu waktu mengandung akan Ku-buat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu; namun engkau akan birahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu.
Di sini kita belajar, pertama penyakit memang akibat dari dosa. Karena berdosalah manusia mengenal sakit. Jikalau tidak berdosa, manusia tidak mengenal sakit. Tetapi di masa kini jangan katakan semua penyakit karena dosa. Seakan-akan orang sakit berdosa, dan yang tidak sakit, tidak berdosa. Padahal banyak koruptor, dosanya sangat banyak tetapi tidak sakit. Sementara beberapa orang benar di dalam Alkitab pun menga-lami sakit. Ayub harus menggaruk-garuk kulitnya dan menimbulkan luka. Duri dalam tubuh Paulus tidak bisa dicabut sekalipun dia berdoa kepada Tuhan. Timotius juga harus meminum sedikit anggur supaya penyakit pencernaannya reda.
Bahwa dosa mendatangkan sakit, itu betul. Tetapi di masa kita tidak semua penyakit karena dosa. Penyakit pun bisa dipakai Tuhan untuk menguji dan menum-buhkembangkan iman seseorang. Penyakit bisa menjadi teguran atau hukuman dari Tuhan, tetapi bisa juga karena kelengahan kita. Sudah tahu hujan, biarpun kita rajin berdoa, beriman, kalau main terobos saja, besok pasti demam.
Dosa mengakibatkan merosot dan menurunnya kualitas hidup sehingga manusia yang memiliki sisi kekal, yang seharusnya tidak mengalami ketuaan dan tidak mengalami sakit-penyakit, sekarang mengalami kemerosotan. Umur Adam memang tinggi, namun usia generasi selanjutnya makin pendek. Dunia boleh makin modern, gizi makin baik, tetapi ter-nyata angka mati muda tetap tinggi. Kemajuan pengetahuan tak mem-bereskan semua. Karena teknologi makin tinggi, pola makan dan gaya hidup pun tidak karu-karuan. Jadi kemajuan manusia tidak bisa mencegah apalagi meniadakan sakit-penyakit. Malah jenis penyakit terus bertambah.
Sakit-penyakit akibat daripada dosa, tetapi dalam konteks sekarang kita tidak boleh menga-takan semua orang sakit berdosa. Kenapa? Karena penyakit pun bisa dipakai Tuhan menjadi alat untuk mendidik orang kepercayaan-Nya. Bukan karena berdosa, tetapi bisa dalam rangka petumbuhan iman seperti Ayub. Makin dekat dengan Tuhan, Ayub justru melewati berbagai penyakit. Karena itu yang penting bukan kita sakit atau sehat tetapi beriman atau tidak kepada Tuhan, hidup benar atau tidak, hidup kita sesuai tidak dengan firman Tuhan?
Mempermainkan iman
Seperti diulas di atas, orang benar pun bisa menderita sakit, karena hakekat manusia memang sudah berdosa. Jadi sakit itu sudah masuk, sehingga di dalam kaitan kita hidup benar pun bisa sakit. Coba saja berdoa siang dan malam, tapi tidak makan selama sebulan, apa tidak rontok? Jangan bilang Tuhan kejam, tapi aturlah jam makan. Jika hujan sedang turun, pakailah payung. Jangan bilang, “dalam nama Yesus”, lalu menerobos hujan. Itu na-manya bukan iman, tetapi mempermainkan iman, men-cobai Tuhan. Jadi, kita ha-rus hidup ter-tib sebagai-mana yang Tuhan atur.
Sakit itu sesuatu yang normal, cuma ada yang se-ring sakit-sakitan, ada yang jarang sakit. Itu tergan-tung gizi dan cara hidup. Orang berdosa pun kalau cara hidupnya tertib, olah-raga cukup, makan teratur, hidupnya sehat. Banyak orang yang bukan Kristen umurnya sampai 100 tahun lebih masih sehat. Jadi, jangan menghina diri kita dengan berkata bahwa orang sakit itu berdosa. Itu namanya menghina Paulus, Ayub, Timotius.
Tak perlu sesali datangnya penyakit, tetapi bagaimana hidup benar sehingga sakit dan penyakit menjadi bagian yang harus kita lewati. Kalau ada orang sakit lalu meninggal jangan pula disesali. Tuhan punya banyak cara memanggil orang. Yang penting, yang dipanggil itu beriman atau tidak? Semasa hidup dia bergan-tung pada Tuhan atau tidak? Bila tidak, kita pantas sedih. Jangankan sakit atau mati, dia sembuh pun, kita tetap sedih jika hidupnya tidak benar. Jadi, di tengah pergumulan kita sebagai orang berdosa, dengan seluruh kelemahan tubuh, kita harus bijaksana memelihara kesehatan, supaya dengan tubuh sehat kita bisa mengabdi kepada Tuhan sesuai profesi kita.
Saya harap ini bisa mencerahkan kita sehingga hubungan dengan Tuhan paling penting, bukan apa sakit-penyakit kita. Bagi Saudara yang sedang terbaring sakit, periksa diri baik-baik. Kalau kau beriman pada Tuhan bahagialah sekalipun sakit, karena Tuhan hidup dalam hati. Tetapi kalau sedang sakit dan tidak berhu-bungan baik dengan Tuhan minta ampunlah, karena hidup benar dan beriman itu paling penting. Apa pun penyakitmu, Dia bisa sembuhkan, tetapi hubungan dengan Tuhan, itu yang paling utama. Karena bagi orang beriman, apa pun yang terjadi, sehat atau sakit, semua sama saja. Karena cinta kasih Tuhan lebih dari apa pun untuk memampukan kita menanggung penyakit dan penderitaan apa pun.
(Diringkas dari kaset Khotbah Populer oleh Hans P.Tan)