Menjadi Lifelong Learner

Dunia mengenal istilah 'lifelong learning' yang umumnya berarti inisiatif seseorang untuk terus belajar dalam rangka mengembangkan dirinya. Dan ini pada umumnya menunjuk pada pembelajaran-pembelajaran di luar institusi pendidikan formal seperti sekolah, sekolah tinggi, universitas, bahkan di luar pelatihan-pelatihan korporasi yang 'wajib' seseorang ikuti. Dengan pembelajaran ini, seseorang berusaha melengkapi diri dengan berbagai pengetahun, kompetensi dan ketrampilan yang dia butuhkan untuk semakin menanjak dalam karir dan tujuan-tujuan karir masa depannya.

Orang Kristen sebenarnya lebih dari apa yang dunia kenal dengan 'lifelong learning' itu. Orang percaya adalah murid Kristus. Yesus mengundang orang percaya untuk terus belajar dari Dia: "Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan." (Matius 11:29). Jelas ini bukan belajar di kelas, tapi dalam kehidupan hari lepas hari bersama dengan Yesus. Kita diundang untuk belajar tentang Dia dan tentang kehidupan yang Allah ciptakan itu.

Amanat Agung memerintahkan kepada para murid dan kita semua untuk ambil bagian dalam menjadikan semua bangsa murid Yesus dan mengajarkan kepada mereka segala sesuatu yang telah Dia perintahkan dalam penyertaan-Nya (Matius 28:18-21). Dan perintah itu tanpa batas waktu atau kelulusan yang menginjikan orang percaya untuk berhenti belajar. Petrus, salah satu murid Yesus langsung, memerintahkan: "Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. Bagi-Nya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya." (2 Petrus 3:18). Untuk menunjukkan keinginan Sang Guru agar para murid-Nya itu belajar tanpa batasan tersirat dalam pada perintah-Nya: "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna." (Matius 5:48).

Tidak heran orang percaya disebut 'murid,' yaitu orang yang belajar – murid yang belajar dari Tuhan Yesus Kristus sebagai Guru terbesarnya, sepanjang hidupnya. Oleh karena itu orang Kristen terus menerus belajar dari Alkitab, yang adalah Firman-Nya. Kita diperintahkan untuk terus bertumbuh dalam 'kasih karunia' dan pengenalan akan Yesus Kristus. Dan Yesus menjadikan gereja sebagai komunitas besar yang terus belajar melalui orang-orang yang dipanggil-Nya untuk tugas itu. Paling tidak setiap minggu ada pelajaran-pelajaran yang Dia sampaikan melalui mimbar ibadah-ibadah minggu. Gereja juga menawarkan pembelajaran-pembelajaran yang mendalam tentang Firman-Nya dan sering juga sains yang relevan. Tidak heran Kekristenan menjadi pendorong timbulnya lembaga-lembaga pendidikan formal dan non formal, termasuk yang menawarkan pendidikan sains. Perguruan-perguruan tinggi terbaik di dunia banyak yang dimulai dari sekolah-sekolah yang semula mengajarkan teologi.

Bahkan di surga, kita tidak bisa berharap bahwa pembelajaran kita akan selesai. Dia akan menyatakan kekayaan anugerahnya tahap demi tahap kepada manusia yang, terbatas kemampuan dan kapasitas belajarnya itu, yang tidak pernah habis. Paulus menuliskan "…supaya pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karunia-Nya yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikan-Nya terhadap kita dalam Kristus Yesus." (Efesus 2:7). Masa yang akan datang bisa menunjuk masa kita bertemu dengan Dia muka dengan muka. Ketika itu pun pemahaman kita akan Allah dan segala anugerah-Nya jauh dari gapaian pemahaman kita. Sehingga orang Kristen tidak sekedar menjadi 'lifelong learner' tapi 'eternal leaners.'

Bagaimana dengan kita? Apakah kita selama ini terus memiliki semangat belajar dan terus belajar? Atau kita sudah tidak ada semangat lagi, apalagi melakukannya – dengan bertambahnya usia kita. Firman Tuhan memperingatkan: "Hai anakku, jangan lagi mendengarkan didikan, kalau engkau menyimpang juga dari perkataan-perkataan yang memberi pengetahuan." (Amsal 19:27) atau dalam terjemahan bahasa Inggrisnya menyatakan: "Stop listening to instruction, my son, and you will stray from the words of knowledge." (Proverbs 19:27). Kalau versi Indonesianya memperingatkan agar kita melakukan apa yang kita pelajari, maka versi Inggrinya memperingatkan kalau kita berhenti belajar, maka kita akan mengalami masalah karena ketidaktahuan kita akan pengetahuan.

Seperti fisik yang terus memerlukan olah raga agar sehat untuk sehat mental spiritual, kita perlu terus belajar. Kunci untuk berhikmat adalah terus menerus belajar. Karena itu mari kita menerima satu anugerah besar Allah ini dengan terus menjadi 'lifelong learner'; bahkan bersiap-siap menjadi 'eternal learner.' Tuhan Yesus memberkati!

Recommended For You

About the Author: Reformata

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *