Memiliki Teachable Heart!

"…Untuk siapa pun yang memiliki [hati yang dapat diajar], kepadanya akan diberikan lebih banyak [pengertian]; dan siapa yang tidak memiliki [kerinduan akan kebenaran], bahkan apa yang dia miliki akan diambil darinya.” Markus 4:25 versi AMP

Setiap orang percaya yang sehat adalah pembelajar seumur hidup, karena mereka menjadi murid Kristus tanpa batas waktu, bahkan melampaui waktu di bumi. "…belajarlah pada-Ku,…" (Matius 11:29). Pembelajaran yang tidak sekedar menambah pengetahuan secara kognitif, tapi membawa perubahan; menjadi pribadi yang lebih baik, pemimpin yang lebih baik, menjadi kontributor ke masyarakat yang lebih baik, juga menjadi hamba Tuhan yang lebih baik. Untuk menjadi orang yang demikian, kita perlu mengembangkan sejumlah karakteristik pribadi, tapi dapat dirangkum menjadi pribadi dengan 'teachable heart,' yaitu seseorang yang memiliki 'hati yang dapat diajar' (Markus 4:25).

Dalam Alkitab kita bisa melihat sejumlah pribadi yang memiliki hati seperti itu untuk menjadi teladan kita. Salah satu adalah Musa (lihat Keluaran 18:13-27). Kita teringat kisah, ketika dia sudah membawa orang Israel keluar dari Mesir dan dalam perjalanan di padang gurun, setiap pagi Musa menjadi hakim sepanjang hari. Yitro mengamati dan mengatakan apa yang dia lakukan tidak baik dan menyarankan untuk merekrut sejumlah pemimpin dan mendelegasikan banyak pekerjaan-pekerjaannya yang bisa dikerjakan orang lain. Musa, sang pemimpin besar itu, mengikuti nasehat sang mertua. Dengan memiliki 'teachable heart' Musa mau terus belajar dan Dia menjadi pemimpin yang lebih baik.

Contoh lain yang menarik dari tokoh Perjanjian Baru adalah Apolos (KPR 18:24-26). Dia sudah fasih berbicara dan mahir berbicara soal-soal Kitab Suci. Ketika dia sedang berbicara dengan semangat dan teliti mengajarkan tentang Yesus, pemimpin awam Priskila dan Akwila mendengar ada pemahaman Apolos yang masih kurang. Mereka kemudian membawa Apolos ke rumah mereka dan menjelaskan kepadanya 'Jalan Allah.' Dalam pelayanan berikut di Akhaya dituliskan kalau dia menjadi 'seorang yang sangat berguna bagi orang-orang yang percaya.' Dengan sikap hati mau terus belajar Apolos menjadi pembicara, pelayan dan apologetik yang semakin baik.

Sebelum kisah Apolos, KPR juga menceritakan orang-orang Yahudi di Berea yang hatinya lebih baik daripada mereka yang di Tesalonika, menerima firman dengan kerelaan hati, dan menyelidiki Kitab Suci setiap hari untuk menyelidiki kebenaran (KPR 17:10-15). Banyak di antara mereka yang kemudian menjadi percaya. Tampaknya hati yang mau belajar juga terdapat di antara orang-orang yang belum percaya, dan menolong mereka untuk menjadi percaya. Dengan hati yang mau diajar, menolong orang mengenal dan bertumbuh dalam iman.

Contoh-contoh ini dan banyak tokoh lain di Alkitab menunjukkan ada orang-orang yang memiliki 'teachable heart' atau hati yang bisa diajar. Sebaliknya Alkitab juga banyak berbicara tentang 'orang bodoh' atau 'orang bebal.' Orang ini memiliki hati yang berbeda, yang tidak mau diajar dan jahat. Mereka menolak hikmat dan pengajaran (Amsal 1:7). Karena tidak mau belajar, mereka juga tidak berubah menjadi lebih baik. Banyak tentang orang bodoh, wanita bodoh, anak yang bodoh, pembangun yang bodoh, dsb. Sebaliknya mereka menjadi semakin buruk, semakin jahat. Mereka menolak percaya Tuhan dan hanya berpegang pada pikirannya sendiri. Mereka yang percaya pun berpotensi menjadi bodoh ketika tidak mengembangkan hati yang mau diajar. Kenyataannya kebanyakan orang percaya pun juga tidak belajar sehingga tidak berubah menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. Oleh karena itu penting bagi orang percaya untuk memiliki dan mengembangkan hati yang siap diajar.

Oleh karena berkenaan dengan sikap hati mau belajar, dimulai dari belajar Firman Tuhan, maka kita memulai perjalanan pembelajaran ini melalui 'pertobatan,' yaitu perubahan sikap hati yang diikuti oleh perbuatan. Kita mengatakan, misalnya: "Tuhan Yesus saya minta ampun kalau sudah bersikap bodoh selama ini. Saya mau memiliki hati yang mau diajar dan belajar dari Tuhan. Tolong saya!" Sebagai tindakan iman, kita kemudian menyusun rencana tindakan pribadi untuk belajar.

Belajar yang paling mendasar tentu adalah tentang Firman Tuhan, karena takut Tuhan adalah dasar dari segala hikmat dan pengetahuan (Amsal 1:7). Dengan dasar Firman Tuhan, kita siap untuk belajar hal-hal lain. Pemazmur mengatakan: "Aku lebih berakal budi dari pada semua pengajarku, sebab peringatan-peringatan-Mu kurenungkan. Aku lebih mengerti dari pada orang-orang tua, sebab aku memegang titah-titah-Mu." (Mazmur 119:99-100). Dalam belajar Firman, tidak cukup kita mempelajari dan merenungkan tapi kita wajib mematuhi, karena dari sana terjadi perubahan dalam hidup kita dan berkat Tuhan menyertai (Yakobus 1:25). Mari kita terus melanjutkan perjalanan kita sebagai 'eternal learner,' belajar tentang Yesus, bersama Yesus dan dari Yesus sambil mengingat semua kebenaran adalah kebenaran Allah! Tuhan Yesus memberkati!

Recommended For You

About the Author: Reformata

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *