Pandangan Alkitab Tentang LGBTQ

Pertanyaan:

Bapak Pdt. Simon, saat ini banyak sekali pandangan tentang LGBTQ di masyarakat termasuk di gereja.  Bagaimana sebenarnya pandangan alkitab tentang LGBTQ? Mohon penjelasannya pak. Terima kasih.

Jawaban:

Dalam kitab Roma 1:18-32, menjelaskan mengapa sikap dan perilaku manusia yang fasik dan lalim itu berujung kepada penghukuman Allah. “Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada kecemaran sesuai dengan keinginan hati mereka, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka” (ayat 24),  ayat ini menggugah batin dan benak untuk mengamati perilaku LGBTQ yang menguasai  seseorang dan bagaimana kita sepatutnya memperlakukan mereka. Beberapa istilah seperti kecemaran, hawa nafsu, persetubuhan yang tidak wajar, mesum, birahi sesama lelaki atau sesama perempuan, begitu akrab dan familiar dalam komunitas LGBTQ. Beberapa catatan perihal persetubuhan inses atau dengan hewan atau dengan sesama jenis kelamin, sudah terjadi ribuan tahun lalu. Sikap & aktivitas seks ini menjadi kekejian bagi Tuhan Allah yang kudus, karena telah menyalahgunakan persetubuhan yang wajar.

Banyak informasi berkenaan dengan topik lesbian, gay, biseksual, transgender, queer yang ditulis baik secara saintifik maupun sekedar bacaan ringan dan populer. Beberapa tulisan perihal definisi dari istilah & konsep LGBTQ juga membantu memahami artikel ini. Tulisan artikel ini bukan untuk mengulang apa yang sudah dijabarkan dengan begitu luas dan detil, sebagaimana para pakar menulis dan awam memahami. Tetapi tulisan ini untuk mengingatkan peran kita sebagai umat Allah agar mereka yang terjebak dalam komunitas LGBTQ, memahami apa yang sedang terjadi  dan berharap kembali hidup normal sebagaimana yang sepatutnya.

Istilah di bawah ini, paling tidak menjelaskan perilaku/aktivitas seksual seseorang perihal gender yang untuk pertama kalinya dipahami sebagai lelaki dan perempuan saat mereka dilahirkan, sekaligus keterkaitan dengan alat kelamin ( seks lelaki diwakili dengan penis dan perempuan dengan vagina). Kecenderungan perempuan lebih menyukai dengan sesamanya disebut lesbian, sedangkan lelaki yangi lebih menyukai dengan sesamanya disebut dengan gay. Perempuan atau lelaki yang lebih menyukai sesama atau lawan jenisnya disebut biseksual. Orang yang identitas gendernya tidak sesuai dengan jenis kelamin yang ditetapkan sejak lahir disebut dengan transgender. Dan orang-orang yang memiliki ketertarikan seksual tidak terbatas pada identitas gender atau orientasi seksual tertentu, mereka disebut dengan queer. Meski pada akhirnya istilah queer ini sering digunakan sebagai naungan dari kelompok homoseksual.

Pada mulanya, Allah menciptakan manusia menurut gambar dan peta-Nya untuk menjadi cermin kemuliaan-Nya dan ambasador kuasa-Nya. Kegagalan manusia untuk mewujudkan rencana & tujuan Allah, disebut dengan dosa yaitu sebuah pelanggaran ataupun pembiaran hukum-Nya. Sikap dan perilaku ini seperti virus yang merusak dan menyebar kepada seluruh generasi manusia di muka bumi. Identitas manusia secara fisik dikenal melalui genitalnya yang dikenal sebagai lelaki dan perempuan agar mereka beranakcucu dan bertambah banyak; memenuhi dan menguasai bumi dengan segala isinya  yang Tuhan ciptakan. Ketika status dan peran disalahgunakan, aktivitas seksual dilakukan hanya sekedar mengejar hasrat dan pemuasannya,  sejatinya Tuhan marah dan akan menghukumnya.

Isu LGBTQ diangkat melulu bukan karena aktivitas seksualnya. Tetapi karena ada perasaan jiwa seseorang, biasa disebut gender disforia yang menimbulkan kecemasan dan kekuatiran karena ia mencintai sesama jenisnya, bahkan ada kejiwaan yang lebih kompleks dalam kelompok transgender, yang pada gilirannya membuat kehidupan tidak produktif. Di sisi lain mereka ingin mewujudkan hasrat sesuai perasan jiwanya yang tidak sesuai norma masyarakat yang berujung penolakan dan penghakiman. Mereka menjadi kelompok minoritas yang ingin hidup normal dan untuk itu mereka membangun komunitas yang disebut dengan LGBTQ ini.

Untuk memahami isu LGBTQ ini kita dapat menolong mereka tanpa harus menolak dan menghakimi lebih dulu. “Biasanya kita sebut dengan wajib menolak dosanya, tetapi tidak berhak menolak para pelakunya.” Bukankah Tuhan Yesus memenangkan banyak pelaku dosa dengan pendekatan yang demikian? Tuhan Yesus selalu berkata: “Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi!.” Tuhan Yesus tidak menghukum dan menghakimi mereka. Sebaliknya Dia memenangkan mereka dengan memerdekakan mereka dari ikatan dosa melalui kekuatan kasih-Nya yang penuh kuasa. Melalui pengampunan Tuhan inilah mereka dapat kembali hidup normal dan sanggup  mengaktualisasi rencana dan tujuan kekal Allah.

Peran kita sebagai Gereja [baca: orang percaya di dalam Kristus] wajib melakukan pendampingan spiritual, psikologis, sosial dan moral kepada kelompok LGBTQ ini sebagaimana Tuhan Yesus telah meneladankannya bagi kita para murid-Nya. Kiranya nama Tuhan Yesus yang penuh kuasa dapat diberitakan untuk memulihkan mereka. Soli Deo Gloria.

Transgender, https://id.wikipedia.org/wiki/Transgender Definisi istilah dan konsep LGBTQ, https://www.aecf.org/blog/lgbtq-definitions

Jika anda membutuhkan konsultasi teologi,
silakan mengirim pertanyaan ke sekretariat yapama WA: 0811-8888-804

Recommended For You

About the Author: Pdt. Simon Stevi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *