Kasih: Ia Tidak Pemarah

Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. 1 Korintus 13:5c, d.

Kita semua mengalami kemarahan. Perasaaan marah adalah bagian dari kehidupan. Karena itu Alkitab tidak mencoba membuat orang tidak pernah marah, tapi mendorong ‘lambat untuk marah’ (Yak 1:19). Pertanyaan kepada kita dalam pesan ini adalah: Apakah Anda termasuk pemarah? Mudah menjadi marah? Jika demikian, Firman Tuhan menyatakan, masalahnya Anda tidak mengasihi seperti seharusnya, dengan kasih yang ‘tidak pemarah.’

Alkitab banyak berbicara tentang marah sebab ini adalah masalah yang besar, lebih besar daripada yang orang mau akui terjadi dalam diri mereka. Kenyataannya orang terlalu mudah terprovokasi oleh hal-hal kecil dalam diri orang lain. Kalau kita tidak mengasihi dengan kasih yang benar, kita tidak mempraktekkan kasih seperti seharusnya.

Kalau kasih tidak pemarah, orang dengan sumbu pendek, yang dengan mudah marah, tidak menunjukkan kasih sejati. ‘Ia tidak pemarah’ adalah konsisten dengan bentuk positif ‘kasih itu sabar’ (ayat 4). Kesabaran termasuk kemampuan untuk menolerir kelemahan pada orang lain tanpa cepat menampakkan kemarahan.

 

Alkitab mengisahkan bahwa Allah, Yesus dan orang-2 benar seperti Paulus marah dengan marah yang benar. Dalam PL Allah kesal, marah dengan orang Israel yang terus menyembah berhala dan menolak Dia dan hukum-hukum-Nya (Hakim-hakim 2:20). Dalam PB Yesus marah ketika melihat orang berjualan di bait Allah (Matius 21:12). Paulus di Atena rohnya ‘terprovokasi’ melihat banyakkan berhala. KRP 17:16.

Marah ada yang benar ada yang salah. Marah yang salah banyak dari bagaimana kita mengendalikannya. Marah bahkan bisa baik ketika kita menggunakan dengan tepat dan terkendali. Namun marah menjadi dosa ketika kita mengijinkan lepas kendali dan menjadikan orang-orang lain terprovokasi.

Marah itu sendiri bukan dosa tapi dapat dengan cepat membawa kepada perbuatan-2 dosa. Demikian Paulus menulis ke jemaat Efesus: “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu. Efesus 4:26. Ada waktunya kita menjadi marah, tapi kita dipanggil untuk mengekspresikan kemarahan kita dengan cara yang tidak berdosa dan konstruktif. Kasih yang benar akan mengarahkan kita dalam menangani kemarahan dengan tepat.

Ketika ‘kasih itu tidak pemarah’ maka marah disini adalah marah yang tidak benar, marah yang berdosa. Ini adalah marah dengan motivasi yang egois. Mereka tidak marah terhadap dosa tapi marah yang melawan mereka pribadi.

Marah adalah buruk, dosa yang menyalah-gunakan orang-orang lain dan bahkan diri sendiri. Ketika kita mudah terprovokasi, ini menunjukkan kita kurang dalam pengendalian diri dan kurang percaya kepada Tuhan. Ini membawa kita kepada kedengkian dan kepahitan kepada orang lain. Marah dibentuk oleh keraguan, ketakutan dan frustasi tentang harapan-harapan yang tidak terpenuhi. Ia menghancurkan pekerjaan Allah dalam diri kita.

Marah mendorong kita dan orang-orang lain kepada kekerasan: dia merusak hubungan-2 dan komunitas, dan tidak menyelesaikan masalah. Marah bisa membuat persoalan kecil menjadi masalah besar karena masalah harga diri dan luka. Bahkan marah bisa membuat orang betul-2 membunuh orang lain.  Marah menutup pikiran dan hati kita dari Allah dan orang-2 lain, menghalangi kita melihat dan memahami Allah dan perintah-perintah-Nya.

Kasih adalah kebalikan dari mudah marah. Kasih yang berkorban adalah kebalikan mudah tersinggung dan mudah menjadi marah. Ketika kita marah karena orang memperlakukan kita, kita telah tidak sabar dan menuntut cara kita sendiri. Sebaliknya kalau kita mengasihi seseorang, kita akan sabar dan tidak menuntut jalan kita sendiri.

Tidak pemarah’ yang Paulus bicarakan dalam 1 Kor 13:5c itu berkenaan dengan hal-hal yang dilakukan terhadap kita atau menyerang kita secara pribadi. Kasih sejati tidak menjadi marah pada orang-orang lain ketika mereka mengatakan atau melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan kita atau mencegah kita melakukan cara sendiri (1 Petrus 2:21-24). Kasih tidak bereaksi dalam pembelaan diri atau pembalasan.

Dalam kenyataannya, semakin dekat hubungan kita dengan seseorang, semakin kita kenal seseorang, semakin mungkin kita mudah dibuat kesal. Sementara kasih tidak mudah menjadi marah. Oleh karena itu kita harus berjuang untuk hal ini dengan orang-orang yang memiliki hubungan yang dekat dengan kita.

Marah yang kita bicarakan adalah perbuatan dosa, oleh karena itu kita menghadapinya secara rohani. Pertama, kita perlu memahami dengan benar bagaikan Firman Tuhan melihat kemarahan  dan menaati perintah-perintah tentang pengendalian kemarahan itu. Lihat Yak 1:19, Amsal 25:28, dsb. Berikut, kita perlu memahami dampak kemarahan terhadap hubungan – dengan keluarga, sahabat, dsb. Dan kita mempraktekkan kasih sejati dalam segala aspek-aspeknya (1 Kor 13:4-7, dsb.). Mari meneladani Kristus dan menggunakan kesempatan untuk menjadi seperti Dia. Lihat Yesaya 53:7, Yoh 19:8-10. Ketika kita marah yang tidak benar, mari kita bertobat dengan meminta pengampunan Allah dan menyelesaikan dengan para pihak. 1 Yoh 1:9. Tuhan Yesus memberkati!

Recommended For You

About the Author: EV. Harry Puspito

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *