
Pertanyaan:
Shalom Pak Pendeta,
Saya ingin bertanya, bagaimana pandangan Alkitab mengenai Bayi Tabung? Mohon jawabannya
Salam
Riko Simarmata, Jambi
Jawaban:
Teknologi Bayi Tabung mulai trend di dekade 80-an di Indonesia, setelah keberhasilan bayi tabung pertama lahir di dunia dalam diri Louise Brown pada 25 Juli 1978 di Oldham General Hospital, Inggris. Prof. Dr. dr. Sudradji Sumapraja, SpOG (K) didaulat sebagai “Bapak Bayi Tabung Indonesia”. Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita juga mencatat prestasinya dengan kelahiran Nugroho Karyanto sebagai bayi tabung pertama di Indonesia pada tahun 1988.
Awalnya teknologi ini dialamatkan untuk pasangan yang sulit memiliki anak, maka inseminasi buatan ini dilaksanakan melalui pembuahan di dalam tabung yang dikenal dengan IVF (in vitro fertilization: pembuahan di dalam tabung). Singkatnya perjumpaan spermatozoa (lelaki) dan ovum yang matang (perempuan) yang disebut dengan embrio akan terus berkembang setelah ditanamkan dalam rahim seorang ibu. Sebuah proses kehamilan hingga melahirkan anak.
Banyak pihak memanfaatkan teknologi ini dengan ragam motifnya. Lalu mengapa muncul pertanyaan krusial jika teknologi ini mendatangkan kemaslahatan bagi pasangan nikah yang sulit memiliki buah hati dalam rumah tangga mereka?
Pernikahan Kristen sebagai sebuah institusi dibangun TUHAN untuk mewujudkan mandat budaya seperti tertulis dalam Kejadian 1:28 untuk beranakcucu. Selain aspek prokreasi juga ada aspek rekreasi bagi pasangan nikah sampai mereka kembali menjadi debu sebagai kreasi. TUHAN yang merawat keseimbangan untuk mendatangkan kebahagiaan (Kejadian 3:16-18).
Yang pasti aspek rekreasi menjadi hilang ketika teknologi inseminasi buatan ini dilakukan. Manusia ibarat seperangkat mesin robot yang perannya hanya untuk produksi. Sementara aspek etis-moral juga dipertanyakan, semisal: Pertama, ketika terjadinya pertemuan spermatozoa dengan ovum dan berhasil; lalu dipilih yang terbaik (yang kurang baik dibuang) untuk ditanamkan pada rahim untuk bertumbuh kembang. Maka bagi kaum pro-life ekstrim menegaskan bahwa sikap dan perilaku ini identik dengan pembunuhan; meski masih ada perdebatan kapan adanya kehidupan dalam sebuah janin? Kedua, jika spermatozoanya dari donor karena suami tidak potensial, apakah diizinkan karena calon ibu tidak merasa melakukan senggama fisik dengan pendonor sehingga disebut dengan melakukan perzinahan? Ketiga, jika prosedurnya semua okay, namun janin tidak bisa ditanamkan pada rahim sang calon ibu karena isteri tidak potensial, apakah etis anak itu disebut sebagai anak pasangan nikah?
Belum lagi banyaknya pertanyaan berkait dengan mandat budaya (Kejadian 1:28) dan realita pasangan yang ternyata mandul baik salah satu maupun keduanya. Meski ada yang terlahir mandul, namun saat menjelang usia lanjut, mereka memiliki anak-anak karena TUHAN membuka rahim mereka, seperti: Sarah, Hana, Elisabet. Penulis Alkitab hanya menyebutkan kaum wanita sebagai sumber masalah infertilitas sementara kaum pria tidak dianggap sebagai sumber masalah infertilitas. Jadi upaya manusia untuk memiliki keturunan dengan berbagai cara meski “melanggar” tidak terlalu masalah. Karena pasangan nikah yang tidak memiliki anak, “saat itu” dianggap sebagai sebuah aib.
Biaya untuk memiliki anak dari “ darah daging sendiri” melalui bayi tabung selain rumit dan tingkat keberhasilan yang tidak maksimal juga mahal. Belum lagi teknologi bayi tabung yang menyimpan beberapa pelanggaran aspek etis-moral; maka kelompok pro-life menolak teknologi ini dengan ragam argumennya. Mereka lebih suka mengadopsi anak-anak secara hukum dan mengasuh mereka hingga dewasa dan berhasil. Atau mereka mendirikan panti asuhan untuk penjangkauan yang lebih luas demi mewujudkan panggilan mandat budaya.
Lalu bagaimana dengan pasangan nikah yang tetap berminat memanfaatkan teknologi bayi tabung meski rumit dan mahal, bahkan kemungkinan melanggar beberapa kaidah yang tertulis dalam Alkitab meski tidak eksplisit? Beberapa pandangan yang mengizinkan teknologi ini digunakan asalkan, benihnya bukan melalui donor, dan tidak menitipkan janinnya kepada seorang ibu yang bukan pasangannya. Semoga refleksi ini bermanfaat.
Soli Deo Gloria
https://www.morulaivf.co.id/id/blog/proses-bayi-tabung-dan-bayi-tabung-pertama-di-indonesia/#:~:text=Proses%20tersebut%20diinisiasi%20oleh%20Prof,bayi%20tabung%20itu%20sendiri%20terjadi. Baca juga artikel di https://rsabhk.co.id/klinik-melati/pengantar-klinik-bayi-tabung-melati.html#definisi
Jika anda membutuhkan konsultasi teologi,
silakan mengirim pertanyaan ke sekretariat yapama WA: 0811-8888-804
Soli Deo Gloria