
Kita hidup di dunia dimana banyak orang menunjukkan kegembiraannya ketika orang lain gagal atau berbuat kesalahan. Di kalangan Kristen, ketika ada hamba Tuhan jatuh dalam dosa, orang membicarakan dengan semangat. Ketika skandal keuangan atau seks tokoh-tokoh agama terkuak, orang-orang seperti punya bahan menarik untuk berbicara.
Namun kalau kita hidup dengan kasih sejati, maka Paulus menyatakan kita ‘tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.’ Ketika orang lain melakukan apa yang salah dalam pandangan Allah, itu mendukakan mereka yang hatinya dipenuhi kasih Allah.
Kita telah membicarakan sejumlah atribut kasih agape dari Paulus dalam surat 1 Korintus 13:4-7. Dalam definisi itu, kasih dikatakan tidak melakukan sejumlah hal, yaitu cemburu, memegahkan diri, sombong, tidak sopan, mencari keuntungan diri sendiri, pemarah, menyimpan kesalahan orang lain; dan, hati membicarakan apa yang terakhir tidak kasih lakukan, yaitu ‘bersukacita karena ketidakadilan.’ Sebaliknya kasih ‘bersukacita karena kebenaran.’
Berbagai terjemahan menyatakan bahwa kasih tidak bersukacita atas kejahatan, ketidakadilan, atau ketidakbenaran, tetapi sebaliknya bergembira atas kebenaran atau kejujuran. Ayat itu menekankan sifat kasih yang sejati, yaitu tidak mendukung atau menikmati kejahatan, ketidakbenaran, atau ketidakadilan. Kasih bersukacita hanya pada kebenaran, keadilan, dan kejujuran.
Budaya Korintus terkenal dengan ‘pesta pora.’ Mereka mengejar kenikmatan berlebihan terhadap kenikmatan jasmani dan terutama kenikmatan seksual. Masyarakat Korintus adalah penyembah berhala dan banyak melakukan perbuatan amoral seksual. Orang-orang Kristen Korintus yang baru bertobat mengalami kesulitan dalam meninggalkan kebiasaan-kebiasaan lama mereka.
Dikisahkan seorang jemaat terlibat dalam perbuatan amoral yang parah tapi ditoleransi oleh gereja (1 Korintus 5). Jemaat tidak hanya mengabaikan dosa besar yang terjadi di antara mereka, tetapi mereka sombong dan mungkin merasa itu sikap toleran yang baik, dan membanggakan kebebasan mereka. Sikap ini menunjukkan “bersukacita” secara tidak langsung dalam dosa.
Jemaat telah menggunakan kesempatan perjamuan kudus untuk berebut makanan dan minuman (pasal 11). Tanpa sadar mereka bersukacita di atas ketidaknyamanan orang lain. Untuk melawan perbuatan-perbuatan dosa ini, Paulus mengajarkan kasih yang tidak bersukacita dalam perbuatan-perbuatan tidak benar itu, tapi kasih yang besukacita dalam kebenaran.
Kalau kita sungguh-sungguh mengasihi sesama, hati kita tidak akan bersukacita dalam kejahatan. Pertama, itu adalah kejahatan yang dilakukan oleh orang lain. Ada orang mencuri di tempat kerja, anda merasa senang. Ada orang berbohong kepada orang lain, anda merasa lucu. Ada orang nyontek dalam ujian, anda tertawa. Ini bukan kasih.
Kedua, kejahatan yang dilakukan pada orang lain. Kalau kita orang yang mengasihi, kita tidak bergembira ketika sesuatu yang buruk terjadi pada orang lain, sekali pun pada musuh kita, apakah itu kita sendiri yang melakukan atau orang lain. Dalam kisah PL, Yunus mau duduk di bukit di luar Niniwe dan melihat dan menikmati musuh-musuhnya dilumat menjadi debu. Sebaliknya Alkitab juga menceritakan kisah Raja Daud yang menolak untuk bersuka ketika Raja Saul menerima pembalasan, ketika Saul memusuhinya mati. Daud menolak bersukacita dalam kejahatan. Hati Daud sungguh dipenuhi kasih yang sejati.
Kasih adalah kudus. Ketika kasih ada dalam hati kita, maka kita tidak mencintai apa yang jahat – apakah kejahatan itu dilakukan oleh orang lain atau dilakukan kepada orang lain. Kita membenci itu. Oleh karena itu kasih tidak terlibat perbuatan seperti gosip. Gosip bersuka dalam kejahatan. Dan membagikan kesukaan itu. Orang yang mengasihi tidak bergosip – tidak mendengarkan dan menyebarkan. Kita dipanggil hidup kudus, tidak bersukacita dalam kejahatan.
Ada orang yang memberi kesaksian masa lalunya yang buruk dengan bangga. Ini bukan kasih kepada Tuhan. Namun sebenarnya kejahatan masa lalu kita bukan untuk dibanggakan tapi menyadari itu adalah satu penyebab Tuhan Yesus disalib. Kita bersyukur Tuhan menyelamatkan kita dari kejahatan itu.
Sebaliknya kasih bersukacita dengan kebenaran. Ini adalah jalan hidup kasih orang percaya. Kebenaran ini adalah kebenaran Injil. Ini adalah kebenaran yang harus dikerjakan, yang harus dihidupi. Kasih adalah bersuka ketika kebenaran menang dalam hidup kita dan orang lain. Ketika kebaikan keluar dari kebenaran, ketika kebenaran terjadi.
Kasih bersuka ketika hal baik terjadi pada orang lain. Ketika hal-hal baik dilakukan orang. Ketika melihat orang lain berjalan dalam kebenaran. Yohanes menulis kepada Gayus dalam 3 Yohanes, dia sangat bersukacita ketika mendengar kesetiaannya pada kebenaran dan terus berjalan dalam kebenaran. Itulah kesukaan utamanya, yaitu mengetahui anak-anak rohaninya berjalan dalam kebenaran.
Dalam hubungan kerja, kita seharusnya bergembira ketika mendapatkan tim kita melakukan yang baik. Orang tua gembira ketika anaknya melakukan kebaikan, dan memuji mereka ketika mereka melakukannya. Kita ikut bergembira ketika sahabat kita berhasil dan bertumbuh dalam iman.
Kasih bersukacita dengan kebenaran, ketika kebenaran menghasilkan sesuatu yang baik. Dalam terjemahan lain kasih dikatakan bersukacita ‘dengan’ kebenaran. Ini ungkapan yang lebih mempertegas, jangan bersukacita dengan kejahatan tapi bersukacitalah dalam kebenaran. Namun ini juga bisa mencerminkan hubungan. Bergabunglah dengan orang lain dalam bersukacita dalam kebenaran. Ketika sesuatu yang baik terjadi pada orang lain, sekali pun pada musuh anda, anda bisa bersukacita dengan mereka dalam kebenaran. Ketika Bapa itu mendapatkan putra bungsunya kembali, dia memotong hewan dan mengadakan pesta untuk anaknya yang bertobat.
Mari kita periksa sikap hati kita. Kalau kita bersukacita dengan kejahatan, maka ini tidak sesuai dengan kasih yang adalah utama dalam iman kita. Mari bertobat jika hati kita bersuka karena kejahatan. Ajar hati kita bersuka setiap kali kebenaran menang.
Kebenaran adalah untuk dihidupi, sesuatu yang Anda jalani. Kebenaran lebih dari sekedar untuk diketahui. Dalam Alkitab mengetahui dan melakukan tidak bisa dipisahkan. Kebenaran adalah untuk diketahui dan dipraktekkan. Mari kita berdukacita ketika kejahatan terjadi dan bersukacita ketika kebenaran menang. Tuhan Yesus memberkati!