MENJAHIT SEPREY, Hobi Menjadi Peluang Usaha

Tak ada yang kebetulan ketika seseorang memiliki bakat atau talenta pada dirinya. Ternyata itu dikaruniakan Tuhan untuk menghidupi seseorang melewati kehidupan yang tidak mudah di dunia ini. Kenyataan ini dialami dan dinikmati oleh Lasma Simanjuntak, sosok kelahiran 1961 ini menemukan dirinya menggemari menjahit sebagai hobi yang menyenangkan. Kini, hobi ini beralih menjadi peluang usaha yang berguna bagi hidupnya dan keluarga.

Berawal di tahun 2007, sebagai Ibu rumah tangga dengan seorang puteri bernama Natalia Ivana. Lasma memiliki waktu lowong yang lumayan. Kesadaran ini mendorongnya berpikir untuk dapat mengisi waktu yang ada, agar tidak sia-sia. Pikirannya menjadi terbuka, ketika Lasma pertama kali  mengunjungi pasar baru yang dipenuhi dengan banyak kain dan jahitan yang menarik banyak pengunjung. Inilah titik awal bagi Lasma untuk mengisi peluang ini.

Bermodal kesukaan menjahit sejak muda, memiliki mesin jahit, mendapatkan suplier kain yang murah di Tanah Abang, dan mendapat dukungan suami dan anak, menjadikan Lasma berani untuk memulai. Putaran gaji suami, dari uang belanja harian adalah keberanian awal yang dipakai oleh istri Hotman Tampubolon ini untuk masuk dalam dunia usaha. Dari keberanian dan kemampuan yang dimiliki, akhirnya hadirlah ”Ivana Seprei”. Berlokasi sama dengan tempat tinggalnya di Jalan Ceria Raya blok D.146 No 2, Narogong-Bekasi.

Berkat bakat dan hobi , Lasma menjalani usaha ini dengan penuh sukacita. Menghasilkan aneka  seprei, aneka sarung bantal: cinta, poligami, persegi lantai, hingga hordein. Bagaimana memasarkannya? Mulai dari mulut pelanggan ke teman-teman, kerabat hingga  bisa menyebar ke beberapa wilayah di luar Jakarta. Lasma mengakui sangat terbantu dengan perkembangan teknologi informasi saat ini. Walau tak lepas dari kesulitan, saat menagih kredit dari para pemesan. Itulah lika-liku merintis usaha.

Kualitas jahitan Lasma dapat memberi kepuasan tersendiri, jika mau dibandingkan dengan penjahit modern saat ini. Ukuran yang pas, jahitan yang halus dan rapi, serta kualitas bahan yang dipertaruhkan menjadi brand tersendiri bagi ”Ivana Seprei”. Maka, tantangan yang diakui Lasma adalah pemasaran. Ketika membangun kerjasama selalu gagal karena tekanan harga yang tidak sesuai. Bahan yang bagus namun diminta murah, padahal hasil jerih lelah Lasma sendiri. Situasi ini semakin dirasakan sulit setelah covid hingga saat ini.

Saat lebaran atau natal, itulah kesempatan mendapat tumpukan order. Setiap bulannya, Lasma mendapatkan maksimal 5 seprey, yang cukup untuk memberi pemasukan baginya dan keluarga. Sejujurnya dari hasil usaha ini, Lasma dapat melanjutkan studinya. ”Sungguh inilah berkat Tuhan bagiku”, ungkap putri kelahiran Padang ini, penuh syukur. ”Dijalankan tanpa menyerah, walau tetap ada tantangan yang tak berakhir”, menjadi moto usaha bagi Lasma.

Lingkungan tetangga menjadi pelanggan utama Lasma, yang disyukuri. Keluarga dan sahabat menjadi support utama menjalani usaha ini. ”Bersyukur untuk kebaikan Tuhan, yang tetap menolong dan memberkati hidupku dan suami”, Ungkap Lasma lirih dan penuh haru. Kini, putri tunggalnya telah menikah dan Lasma bersama suami sendiri. Di rumah mereka yang penuh tanaman hijau  serta keramahan berdua, saat menyambut setiap orang yang mengunjungi. Sukses buat ”Ivana Seprei”.

Lidya

Recommended For You

About the Author: Lidya Wattimena

5 Comments

  1. Alangkah bahagianya bila hobi tersalur bahkan menghasilkan pundi2, terus berkarya bunda semangat🙏

Leave a Reply to Lasma Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *