
Pertanyaan:
Pak Pendeta, saya mau bertanya:
Seorang penatua yang sudah ditahbiskan untuk masa jabatan lima tahun pelayanan, tapi saat baru berjalan satu tahun, berniat mengundurkan diri. Apakah sikap ini, berdosa dihadapan Tuhan dan sesama?
Alasan Ingin mengundurkan diri, karena menerima tawaran pekerjaan di luar negeri. Akibat dari usaha maupun pekerjaan yang sekarang dilakukan tidak menghasilkan. Sudah mengupayakan cari pekerjaan di kota yang sama, agar tidak meninggalkan pelayanan, namun belum dapat, sedangkan pengeluaran hidup terus berjalan. Terima kasih
Jesi (Samaran)
Jawaban:
Memang situasi dan kondisi yang anda hadapi bukan sesuatu yang dengan mudah dapat diatasi, apalagi mengingat pelayanan anda sebagai penatua adalah perwakilan kepemimpinan dalam sebuah jemaat yang baru saja ditapaki setahun untuk periode waktu 5 tahun ke depan. Baru memenuhi 20% waktu pelayanan membuat perasaan ”guilty” jika ditinggalkan. Perasaan guilty tersebut sesungguhnya lebih bersifat emosional ketimbang rasional. Guilty yang berdosa itu dasarnya adalah hal-hal rasional yang anda tahu dan dengan sengaja melanggarnya!
Apa yang anda hadapi adalah tekanan mental yang real karena beban kebutuhan yang besar, sementara penghasilan atau pemasukan tidak seimbang, meski pindah bekerja di company yang katanya lebih besar dan lebih baik. Jika tawaran bekerja di luar negeri adalah sebuah lompatan yang lebih baik untuk merawat keluarga. Sekaligus tampil sebagai kepala keluarga yang bertanggungjawab; sejatinya diambil, karena semua itu adalah hal yang diperlukan secara kesinambungan untuk merawat kehidupan berkeluarga.
Bukankah seorang penatua yang dihargai jemaat harus juga dihargai di tengah keluarganya? 1Timotius 3:4-5 ”Seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya. Jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah?”
Sementara pelayanan yang anda sedang pikul adalah bagian kepemimpinan yang temporer sifatnya, dan selalu berganti. Anda boleh tidah hadir dalam kepemimpinan tersebut dan dapat digantikan, atau ada penggantinya karena alasan bekerja di luar negeri. Sementara peran anda di tengah keluarga tidak dapat digantikan. Itu semua adalah tanggung jawab anda, secara pribadi sebagai kepala keluarga. Ketika seseorang mengambil sebuah prioritas, secara rasional untuk menjalani penggilan hidup berkeluarga lebih dulu, ketimbang panggilan hidup berjemaat, sejatinya janganlah buru-buru men-judge diri bahwa keputusan itu adalah sebuah tindakan berdosa.
Semoga penjelasan ini bermanfaat, dan anda dapat pekerjaan yang lebih baik. Hasrat untuk tetap melayani pada gilirannya akan mendapatkan jalannnya. Tuhan Yesus memberkatimu.
Jika anda membutuhkan konsultasi teologi,
silakan mengirim pertanyaan ke sekretariat yapama WA: 0811-8888-804