“…semut, bangsa yang tidak kuat, tetapi yang menyediakan makanannya di musim panas,…” Amsal 30:25
Kita belajar dari semut yang mengumpulkan makanannya pada waktu makanan tersedia untuk penggunaan ke depan. Kalau semut melakukan usaha ini karena instink; kita harus lakukan dengan sengaja. Ini memerlukan pengendalian diri dalam penggunaan dana yang kita dapatkan. Dan ini melawan sifat kedagingan kita yang konsumtif. Sebagai akibatnya kebanyakan orang hidup bisa bertahan beberapa minggu dari kebangkrutan karena tidak memiliki cukup tabungan.
Mengapa banyak orang tidak menabung? Karena kita hidup dalam budaya yang konsumtif, yang tidak mempraktekkan pengendalian diri, seperti yang Tuhan kehendaki (Gal 5:23). Dana darurat kita seyogyanya minimal antara 3 – 6 bulan pendapatan kotor kita, untuk menghadapi situasi darurat yang tidak terduga. Untuk itu kita perlu mengelolah keuangan kita dengan menabung dan menginvestasikan dana penghasilan kita untuk keperluan masa depan kita.
Alkitab sangat mendukung kebiasaan menabung. Amsal 21:20, misalnya, mengatakan: “Harta yang indah dan minyak ada di kediaman orang bijak, tetapi orang yang bebal memboroskannya.” Dalam satu terjemahan bahasa Inggris ayat ini mengatakan: “Orang bijak menabung untuk masa depan, tapi orang bodoh menghabiskan apapun yang dia dapatkan.” Allah menghendaki orang bertanggung-jawab atas hidup masa kini dan masa depan mereka, walau pun mereka juga harus hidup dengan iman kepada Dia.
Dalam kisah Yusuf di Mesir, Allah mengarahkan Yusuf untuk ‘menabung’ panen gandum selama 7 tahun masa produktif untuk kebutuhan 7 tahun masa paceklik yang mendatang (Kejadian 41:35). Seandai ini tidak dilakukan maka bangsa Mesir dan bangsa-bangsa di sekitar Mesir, termasuk keluarga Yusuf, akan mengalami kelaparan, penderitaan dan bisa kematian.
Orang beriman memiliki kewajiban terhadap keluarganya, terutama keluarga dekat yang tinggal serumah (1 Timotius 5:8). Karena itu sikap menabung untuk kebutuhan masa depan dipandang sebagai sikap yang bijaksana (Amsal 21:20; 30:24-25; 6:6-8). Di samping, menabung untuk masa depan menunjukkan penatalayanan berkat Tuhan secara bertanggung-jawab (1 Tim 5:8; 2 Kor 12:14).
Sudah barang tentu, kita juga perlu keseimbangan antara menabung dengan memberi kepada Tuhan, memberi ‘sedekah’ untuk orang yang membutuhkan dan untuk penggunaan-penggunaan pribadi. Semua ini diarahkan oleh Firman Tuhan, dan potensi untuk menjadi tindakan-tindakan iman yang memuliakan nama-Nya (1 Kor 10:31).
Mengapa kita perlu menabung? Dengan menabung kita menyiapkan persediaan untuk kebutuhan masa depan. Seseorang tidak selalu mendapatkan penghasilan setiap waktu. Ada waktunya kita kehilangan pekerjaan; ada waktunya kita tidak bekerja lagi atau pensiun. Seorang petani hanya panen dan mendapatkan hasil pada musimnya. Dia harus pandai mengelolah hasil panennya untuk waktu-waktu dia tidak panen. Seorang pengusaha kadang merugi. Pada waktu seperti itu kita memerlukan dana yang bisa digunakan untuk keperluan-keperluan yang harus dipenuhi.
Tabungan diperlukan untuk pengeluaran-pengeluaran tidak terelakkan, misalnya, biaya untuk pengobatan, kerusakan-kerusakan, tamu yang mendadak datang, dsb. Kita juga akan memerlukan tabungan untuk paling tidak uang muka pembelian barang-barang besar seperti mobil, rumah, dsb. atau pembiayaan-pembiayaan yang besar seperti pendidikan, liburan, dsb.
Menabung itu melawan sifat alami manusia yang cenderung konsumtif. Bahkan manusia modern terbiasa mengeluarkan lebih dari yang dia hasilkan, melalui hutang atau kredit dalam segala bentuk yang perusahaan-perusahaan finansial tawarkan. Karena itu kita perlu membangun disiplin menabung. Kita merencanakan penabungan sebelum merencanakan pengeluaran. Bisa dalam bentuk persentase dari pendapatan. Porsi pendapatan yang kita tabung, bisa berubah dengan bertambahnya pendapatan.
Kita perlu menabung sejak dini, dari masa pendapatan kita berupa uang saku, dari pendapatan kerja pertama kita, hingga terakhir kita mendapatkan penghasilan. Kita menabung sejak dini dan konsisten. Pada jaman modern ini kita tertolong dengan banyaknya jenis layanan pengelolaan dana yang bisa kita manfaatkan. Kita bisa menabung melalui bank dengan jangka waktu tertentu, dalam bentuk yang fleksibel untuk digunakan jika perlu – di luar rekening untuk menaruh dana untuk penggunaan transaksi setiap waktu. Bentuk-bentuk tabungan ini menawarkan bunga yang tetap dan ‘tanpa resiko.’
Jika kita memiliki dana lebih, kita bisa meletakkan sejumlah dana ke dalam bentuk investasi ke usaha-usaha yang membutuhkan modal. Penempatan dana seperti ini punya potensi memberikan ‘return’ (hasil investasi) yang besar, tapi juga ada resiko hasil yang kecil hingga merugi. Sebagai orang percaya kita menghindarkan investasi yang bersifat judi atau spekulasi, tapi investasi yang membawa berkat bagi pihak-pihak terkait, misal untuk pendirian usaha baru, mengembangan usaha, penyediaan perumahan, pengadaan infrastruktur oleh pemerintah, dsb.
Di samping itu, penting bagi kita untuk mengikuti suatu program pensiun. Ada masa-masa dimana kita sudah tidak bisa bekerja dan mendapatkan penghasilan karena faktor usia dan mungkin juga kesehatan. Sementara Tuhan mungkin masih memberikan waktu yang cukup panjang di dunia, misal 10 hingga 20 tahun. Kita akan memerlukan dana pensiun yang besar pada masa-masa ini untuk kehidupan dan segala aktivitas kita.
Mari kita mulai atau terus menabung! Tuhan Yesus memberkati!