Perubahan Dan Doa

Oleh: Harry Puspito

Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita. 1 Tesalonika 5:23.

Alkitab menggambarkan ketika seseorang menjadi percaya, maka dia, antara lain, mengalami apa yang disebut sebagai pengudusan, baik secara status – artinya Allah melihat orang percaya sudah kudus, maupun secara proses – yaitu sedang dalam proses pengudusan sepanjang hidupnya hingga bertemu dengan Tuhan, muka dengan muka. Dalam proses pengudusan ini orang percaya mengalami tantangan-tantangan dari kedagingan yang masih dipengaruhi dosa, dunia yang dikuasai dosa dan Iblis yang terus berusaha menggagalkan proses pengudusan orang percaya sehingga akhirnya tidak berperanan dalam pembangunan tubuh Kristus dan dunia ini.

Demikian berat tantangan-tantangan yang dihadapi orang percaya dalam perjalanan pengudusannya itu sehingga bisa dibilang kebanyakan orang percaya gagal atau tidak optimal dalam proses Tuhan itu. Contoh-contoh orang yang gagal dalam proses pengudusan banyak kita lihat baik dalam tokoh-tokoh di Alkitab, orang-orang percaya dalam sejarah, mau pun di antara orang-orang Kristen kontemporer dan bahkan yang kita kenal.

Seorang ahli kepemimpinan Kristen menyatakan di antara para pemimpin di Alkitab saja, hanya minoritas, yaitu sekitar satu dari tiga, yang ‘finished well.’ Artinya kebanyakan mereka tidak bisa menyelesaikan perjalanan hidup mereka sebagai pemimpin dengan baik, digagalkan oleh berbagai hal yang menentang pengudusan manusia. Misalnya, Salomo yang memulai karirnya sebagai raja dengan baik, penuh hikmat dan memiliki karya yang luar biasa, namun dalam perjalanan hidupnya bisa sampai memiliki 700 istri dan 300 gundik, dan hatinya beralih kepada allah-allah asing dari para istrinya itu. Di Perjanjian Baru ada nama Demas, teman sekerja Paulus, namun kemudian meninggalkan Paulus karena ‘mencintai dunia ini,’ – yaitu lebih karena kepentingan pribadi daripada ketakutan akan ancaman – dan kemudian tidak pernah kedengaran lagi.

Tidak heran seorang rasul seperti Paulus mendoakan jemaat yang dilayaninya agar pengudusan mereka berhasil dan secara utuh terpelihara hingga kedatangan Yesus kembali. Dia mendoakan agar seluruh aspek dari orang percaya dikuduskan, yaitu roh, jiwa dan tubuh mereka. Jiwa adalah bagian kesadaran diri manusia, termasuk indera, emosi, pikiran dan interaksinya dengan dunia. Roh adalah bagian diri yang menghubungkan kita dengan Allah. Tubuh adalah bagian yang menampilkan diri kita di dunia – bagian yang paling sulit untuk dikuduskan, karena kuatnya pengaruh dosa. Karena kejatuhan dalam dosa, maka tubuh kita bahkan membenci pengudusan. Sementara Tuhan menghendaki pengudusan seluruh aspek hidup kita. Kita sering memilih bagian-bagian, hal-hal yang kita ijinkan dikuduskan Allah, tapi menyimpan bagian-bagian tertentu agar tidak disentuh oleh proses pengudusan Allah. Misalnya, seseorang menolak mengampuni satu orang saja; memelihara satu dosa saja, misal pornografi; terus hidup dalam satu sikap dosa saja seperti menolak pelayanan, mempertanggung-jawabkan talentanya; dsb., dsb.

Sementara hanya orang yang dikuduskan secara seutuhnya yang berkenan kepada Allah dan bisa dipakai oleh Allah. Pengudusan seseorang secara utuh dan terus semakin sempurna di tengah dunia ini sungguh tantangan. Untuk itu kita memerlukan anugerah Allah. Puji Tuhan, Dia menyediakan sarana anugerah itu. Dan salah satu sarana adalah doa yang Allah berkenan mendengar. Dia mendengar doa yang sesuai dengan kehendak-Nya. Pengudusan adalah kehendak Allah bagi orang percaya. Maka ketika orang percaya berdoa untuk pengudusan dirinya atau orang lain, kita bisa yakin Tuhan akan mendengar.

Tidak heran kehidupan doa yang sehat adalah salah satu kunci seseorang bisa ‘finish well.’ Seorang yang bersemangat tidak akan langsung meninggalkan pelayanan tapi dimulai dari kemalasan, sedikit demi sedikit mengalami kemerosotan dan ditarik oleh keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup (1 Yohanes 2:15 – 16) – tiga hal yang mengalihkan perhatian kita dari Allah. Oleh karena itu orang percaya perlu ‘bertekun’ antara lain dalam berdoa (KPR 2:42). Dalam Bahasa Inggris, bertekun diterjemahkan ‘dedicated to’ atau berdedikasi atau mengabdi kepada doa. Doa bukan sesuatu yang sekedarnya tapi menuntut pengorbanan, pengorbanan waktu, tenaga, dana, dsb. Tidak heran Yesus sendiri secara teratur mengawali hari-Nya dengan bersekutu dengan Bapa (Markus 1:35) dan mengajar para murid untuk berdoa. Alkitab bahkan memerintahkan kita agar kita ‘Tetap Berdoa’ (1 Tesalonika 5:17).

Jika kita ma uterus berubah menjadi seperti Kristus, seperti yang dikehendaki Bapa, maka satu kuncinya, adalah kita perlu bertekun dalam doa. Kita berdoa baik secara pribadi mau pun dalam persekutuan dengan sesama orang percaya. Kita berdoa untuk pengudusan seluruh aspek hidup kita sesuai dengan rencana-Nya. Maka Tuhan akan mengaruniakan anugerah pengudusan itu. Dan, kita akan ‘berubah.’ Amin! Tuhan memberkati!

Recommended For You

About the Author: Reformata

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *