KISAH Natal pertama adalah pusat makna Natal itu sendiri. Natal yang berarti natalis atau peringatan, adalah momentum merenung tiada henti atas kerelaan Yesus Kristus, Allah yang rela menjadi manusia, Sang Mulia yang rela hina, Pencipta dan Pemilik bumi yang rela tak dapat bagian bahkan sebuah bilik kecil sekalipun. Dia menjadi bayi oleh kuasa Roh Kudus, terlahir melalui pasangan sederhana Maria dan Yusuf suaminya. Sang Kudus dibaringkan di palungan bekas pakai, yang jelas tak lagi dibutuhkan domba sebagai tempat makanannya, karena memang telah menyandang status barang tak berguna. Lalu kain lampin yang membungkusnya juga kain murah, yang banyak dibagikan oleh orang Kristen masa kini sebagai hadiah Natal untuk orang susah. Tak ada semarak Natal disana. Tidak pohon natal, lampu natal, apalagi sinterklas yang tak jelas lahir dimana. Natal memang bukan atribut, yang sekarang sering dibuat ribut. Kasihan mereka yang banyak salah menduga karena tak memahami Natal yang sesungguhnya. Tapi yang lebih kasihan lagi adalah orang Kristen yang terikat pada atribut natal itu, dan bisa-bisanya kehilangan sukacita Natal hanya karena semuanya tak ada.
Natal dan Damai, adalah dua kata yang tak bisa terpisah. Ya karena Natal kelahiran Yesus Kristus hanya untuk satu tujuan dengan banyak dampak, yaitu mendamaikan manusia berdosa dengan Allah yang suci. Ujung Natal adalah kematian dan kebangkitan Nya. Dia naik kesurga dan akan datang kembali adalah harapan terbesar orang percaya, yang membuat mereka tangguh menghadapi berbagai kesulitan, bahkan bersukacita dikedukaan. Ya, Yesus Kristus mendamaikan manusia dengan Allah, mendamaikan manusia dengan dirinya sendiri, dan juga mendamaikan dengan sesamanya. Dan tak ketinggalan mendamaikan manusia dengan bumi dan isinya, yang dipercayakan Allah untuk dipelihara bukan dieksploitasi seenaknya. Ya berita Natal adalah damai dibumi bagi yang berkenan kepada Nya. Dinyanyikan oleh paduan suara surga dengan malaikat para anggotanya. Lagu merdu yang meneduhkan hati ini dinyanyikan dipadang rumput, bukan gedung gereja. Tak hadir disana para imam suci karena mereka asyik dengan sejuta mimpi kenikmatan duniawi. Maklum para imam selalu sibuk mengumpulkan kekayaan dan mengatur koalisi dengan orang yang mabuk kekuasaan. Mereka itu pelanggan tetap pengguna jasa agama untuk melegalisasi niat jahatnya. Juga tak ada petinggi negeri yang biasa dan fasih berpidato basa basi soal damai. Jadi Natal itu bukan damai yang diucapkan, tapi damai yang dirasakan oleh gembala yang malam itu penuh sukacita, memuji dan memuliakan Allah.
Jadi jangan salah memahami makna damai Natal. Peringatan Natal memang setahun sekali, tapi semangat Natal setiap kali disetiap hari. Natal bisa saja perayaan untuk semua orang, tapi damai hanya untuk orang yang diperkenan Nya (Lukas 2:14). Kasih Allah dalam pengampunan sungguh besar, tak terbatas, namun siapa yang diampuni Nya terbatas yaitu mereka yang diperkenan Nya. Oleh karena itu kepada setiap orang percaya harus menyadari sepenuhnya, damai bukan barangan dagangan, dan bukan juga ciptaan suasana. Damai itu anugerah yang diberikan Allah kepada manusia ada didalam hati. Damai Natal bukan suasana yang terjadi disekitarnya. Ya damai Natal itu mengalir dari dalam keluar, bukan dari luar masuk kedalam. Tidak ada yang bisa mengambil damai Natal, juga sebaliknya tidak ada yang bisa memberikan damai Natal, kecuali Yesus Kristus Sang Natal, Sang Damai itu sendiri. Karena itu banyak orang bodoh yang berpikir bisa menghilangan damai Natal dengan berbagai gelar kekerasan, namun juga ada orang yang merasa kehilangan damai Natal hanya karena sebuah gangguan. Secara sosial politik ganggu menggangu itu melanggar hukum dan harus ditindak. Tapi secara teologis gangguan hanya alat uji keutuhan damai yang ada didalam hati orang percaya. Toh ribut-ribut sudah sejak dulu, yang berganti hanya pemerannya. Saya malah kuatir jika Natal terlalu meriah, sampai-sampai umat lupa arah, ini yang bahaya. Kadangkala tindakan bodoh yang mengganggu Natal malah jadi berkat tersendiri.
Disisi lain jangan pernah lupa bahwa Natal itu untuk orang yang diperkenan Nya, dan orang yang diperkenan Nya adalah orang yang hidup sesuai kehendak Nya, yaitu; Mereka yang mengasihi Tuhan Allahnya dengan segenap jiwa, segenap hati, dan segenap akal budinya. Mereka juga yang waras dan punya energi untuk mengasihi sesamanya manusia seperti dirinya sendiri. Jadi jika mereka tak punya energi damai Natal, bagaimana bisa mengasihi sesamanya, dan sungguh tak bijak anda mengharapkannya. Tak peduli kita siapa, rohaniawan atau bukan, tapi penting untuk memikirkan apakah sungguh damai Natal ada dan bersemi dihati.
Akhirnya selama masih tinggal dibumi, tak akan pernah ada damai yang sejati, kecuali damai tapi gersang kata Ajibandi penulis lagu yang pernah hit itu. Damai hanya ada bagi orang yang diperkenannya, dan damai itu teruji oleh waktu dalam berbagai situasi. Semoga damai itu ada pada kita.
Selamat memeriksa hati, apakah damai masih disana dan selamat hari Natal. SUP Natal ini saya kirimkan dengan kerendahan hati, semoga sudi untuk membagi, kan Natal bukan untuk sendiri.