Membangun Karakter Intelektual

Pada tulisan sebelumnya kita sudah membahas pentingnya karakter intelektual, baik sebagai bagian dari pengembangan kemampuan intelektual mau pun pembangunan karakter moral yang kita kenal dengan ‘character building.’ Perubahan pikiran adalah bagian dalam transformasi pribadi, yang menurut Firman Tuhan, menjadi awal dari perubahan itu (Lihat Roma 12:2). Melalui proses perubahan pikiran, kita berubah dalam sikap kita terhadap berpikir, cara berpikir dan menggunakan hasil-hasil pemikiran itu sehingga ini menggerakkan perubahan diri kita secara utuh.

Sebagai awal, kita tahu, yang bisa mengubah kita adalah Sang Pencipta sendiri. Filipi 2:13 menyatakan: “karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.” Oleh karena itu setiap usaha perubahan pribadi rohani harus melibatkan Tuhan Yesus, karena sebagai orang percaya hanya di dalam relasi dengan Dia saja kita bisa mengalami perubahan itu (Yoh 15:5). Kita perlu menginginkan dan mendoakan perubahan itu – cara berfikir dengan karakternya dan buah-buahnya. Kita harus yakin bahwa hikmat Allah itu lebih berharga dari permata atau apapun (lain) yang kita inginkan (Amsal 3:15). Hikmat itu telah Allah gunakan untuk menciptakan dan mengelolah alam semesta (Amsal 3:19-20). Hikmat itu adalah kehidupan bagi jiwa kita (Amsal 3:22). Ketika kita mencintai hikmat, maka kita akan menghadapi tantangan-tantangan untuk mendapatkannya dengan keikhlasan.

Dallas Willard dalam bukunya ‘Renovation of the Heart’  menekankan pendekatan disiplin rohani untuk mengerjakan transformasi orang percaya. Disiplin rohani adalah aktivitas-aktivitas atau proses-proses yang bersifat pelatihan yang memampukan kita melakukan sesuatu yang kita tidak bisa lakukan. Dengan kemauan sekarang kita tidak bisa mengubah pola-pola pikiran kita sekarang. Namun dengan disiplin-disiplin tertentu, maka pada waktunya dan akan semakin bertambah kemampun kita untuk melakukannya. Karena ini pelatihan kita memerlukan pendekatan-pendekatan yang sistimatis, bukan sekedar mencoba – Spiritual discipline is training not trying.

Disiplin rohani umum yang dasar bagi orang percaya adalah dengan melakukan apa yang dikenal dengan ‘saat teduh’ dimana kita menyediakan waktu secara teratur membaca Firman Tuhan, melakukan meditasi atas bacaan, menerapkan dan berdoa. Dallas menekankan pentingnya mengarahkan kita pada bacaan-bacaan tertentu dalam Alkitab dan menghafalkan ayat-ayat yang penting. Ketika kita melakukannya secara disiplin maka pikiran kita akan diisi dengan terang-Nya dan pikiran kita akan diorientasikan kepada Allah. Kita akan dimampukan berpikir sedemikian rupa sehingga kita bise membedakan kehendak Allah – mengetahui apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan sempurna (Roma 12:2).

Kita memerlukan disiplin rohani yang mengembangkan sifat ‘teachability’ (kemauan dan kerelaan belajar) dalam diri kita. Melauinya kita merindukan untuk menjadi pribadi pembelajar seumur hidup yang terus terbuka untuk belajar dari Tuhan melalui segala cara-Nya yang tidak terbatas itu. Kita berdoa secara teratur agar Tuhan memberikan hati dan kemauan untuk semangat belajar. Setiap belajar sesuatu dari Firman, dari buku, dari orang lain, dari pengalaman hidup. Sebagai bagian dari proses belajar itu kita seyogyanya membuat jurnal, apa yang telah kita belajar dan alami dengan Allah dari hari ke hari.

Kita perlu dengan sengaja membangun kebiasaan mengekspos pikiran kita pada materi-materi yang terseleksi, yang kita ijinkan mengisi pikiran kita, untuk menggantikan pikiran-pikiran lain yang tidak seharusnya ada. Kita bisa memilih buku-buku, tulisan-tulisan, hasil seni, musik, gambar, pemandangan, lukisan, dsb yang membantu kita berpikir sebagai mana Allah kehendaki. Bahan-bahan seperti ini akan menjadi vitamin bagi pikiran kita.

Hal lain yang penting adalah berbagi transformasi pikiran ini dengan orang-orang percaya lain yang memiliki tujuan yang sama. Perubahan pikiran adalah bagian dari perubahan keseluruhan hidup seseorang, dan ini tidak bisa terjadi secara individual, tapi terjadi dalam konteks komunitas. Oleh karena itu kita mencari pribadi-pribadi yang telah atau sedang mengalami transformasi itu. Mereka bisa jadi adalah anggota keluarga kita, anggota jemaat atau persekutuan-persekutuan yang kita ketahui.

Perubahan cara berpikir adalah kunci pada perubahan hidup yang sedang Allah kerjakan dalam hidup orang percaya – menghasilkan karakter dalam tatanan intelek hingga seluruh hidup kita. Oleh karena itu kita harus sangat perhatian dengan perubahan akal budi, agar menjadi orang percaya dengan karakter intelekual yang sehat. Disiplin saat teduh dan sejumlah disiplin lain sebagai langkah iman kita untuk ambil bagian dalam pekerjaan Allah dalam diri kita itu. Tuhan memberkati!

Recommended For You

About the Author: Reformata

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *