Menghindari Kesalahan Rekrutmen

Raymond Lukas

Reformata.com – Rekan pemimpin, kita sudah meliput sekitar 8 topik dari ‘Leadership Gym’ topic. Kali ini kita akan melihat bagaimana kita sebagai pemimpin dapat menghindari atau mengurangi kesalahan dalam melakukan rekrutmen. Kita tahu bahwa salah satu tugas kita sebagai pemimpin adalah melakukan rekrutmen untuk mempekerjakan orang-orang dalam organisasi kita untuk berbagai posisi dari yang tertinggi hingga yang terendah.  Tentunya tugas tersebut bukanlah tugas yang mudah dan sederhana karena kita tidak bisa sembarangan dalam melakukan rekrutmen. Kita tidak bisa mempekerjakan siapa saja yang  mau bekerja untuk kita. Kita harus memilih yang terbaik sehingga kemajuan organisasi kita bisa didukung oleh setiap tenaga yang kita rekrut untuk bekerja di perusahaan kita.
Banyak pemimpin memandang enteng soal rekrutmen ini. Seringkali kita berpikir, kita bisa mempekerjakan siapa saja, baik itu keponakan kita, om kita atau orang yang kita sukai atau yang ingin kita tolong. Tahukah Anda, bahwa salah satu kesalahan terbesar dalam organisasi dan paling sering terjadi adalah mempekerjakan orang yang kurang atau tidak cocok untuk pekerjaan dan untuk organisasi?
Maya adalah pemimpin perusahaan konsultan manajemen yang memiliki cukup banyak klien. Karena didesak tantenya, Maya terpaksa mempekerjakan seorang gadis yang masih tergolong saudara yang hijrah ke Jakarta. ”Ayolah May, kamu harus menolong Sinta ya, dia kan masih tergolong adikmu juga. Dia anak budemu yang di Semarang”. Jadilah Maya mempekerjakan Sinta di kantornya sebagai sekretaris. Pendidikan Sinta memang cukup memadai yaitu lulusan akademi ilmu kesekretarisan di kotanya. Semula Sinta memang menunjukkan sifat penurutnya dan patuh. Namun semakin dia merasa nyaman di kantor itu, sifat aslinya mulai keluar. Sinta mulai bersikap semaunya, bahkan kerap kali mengatur jadwalnya sendiri tanpa memperhatikan urusan kantor sebagai yang utama. Kalau dia merasa lelah karena habis ’dugem’ tidak jarang Sinta datang siang bahkan kerap bolos masuk kantor tanpa memberitahukan terlebih dahulu. Maya kerap menegurnya, dan sewaktu teguran-teguran tersebut diabaikan terpaksa Maya memecat gadis itu dan merasa tidak enak dengan budenya, ibunya Sinta.
Memang tidak mudah mempekerjakan seseorang. Salah memilih, bisa berakhir seperti Sinta. Akibatnya kita sendiri dirugikan karena lelah harus mengatasi situasi tersebut, ditambah rasa nggak enak dengan saudara sendiri. Jadi pesannya adalah: hati-hatilah dalam melakukan rekrutmen, karena kalau salah rekruit akibatnya cukup panjang:
1.Mempengaruhi kinerja organisasi secara bagian atau bahkan secara keseluruhan
2. Kita harus berurusan dengan pekerja yang bersangkutan untuk mekanisme perbaikan atau bahkan kalau perlu memindahkan hingga memecat pegawai yang bersangkutan. Semua proses tersebut akan memakan waktu, tenaga dan pikiran yang cukup banyak.
Nah, bagaimana kita dapat memastikan bahwa kita akan merekrut orang-orang yang terbaik?
Ada beberapa acuan yang perlu kita perhatikan dalam merekrut pegawai, antara lain:
1. Untuk posisi kunci, gunakan beberapa wawancara. Kalau kita hendak merekrut seseorang untuk posisi yang cukup strategis di perusahaan kita, pastikan interview dilakukan oleh beberapa orang dari organisasi kita. Semakin banyak yang menginterview calon, semakin baik. Tetapkan standar interview di perusahaan Anda dan biarkan beberapa tokoh kunci berbicara dengan calon. Minta masing-masing tokoh membuat catatan-catatan tentang calon tersebut sehingga bisa dibandingkan dan diambil kesimpulan tentang calon tersebut.
2. Untuk posisi kunci, lakukan wawancara dalam situasi yang berbeda. Untuk melihat bagaimana calon bereaksi secara sosial, Anda bisa melakukan interveiw di tempat lain selain dikantor Anda. Misalnya interview sambil makan siang, atau makan malan atau bermain golf  atau sambil menonton konser bersama. Dengan demikian Anda bisa mengamati sisi lain dari calon Anda dan mempelajari tentang dia lebih dari sekadar melalui interview formal di kantor. Sehingga dengan demikian Anda akan mengerti lebih baik tentang sentuhan dan ritme calon Anda dan memastikan apakah yang bersangkutan cocok bagi perusahaan Anda.
3. Lakukan wawancara melalui telepon. Untuk beberapa posisi tertentu, Anda mungkin memerlukan interview melalui telepon. Saya ingat sewaktu harus melakukan interview untuk petugas layanan telepon 24 jam. Kami sudah meningkatkan syarat pendidikan para calon yaitu dari sekolah menengah ke sarjana. Kami sudah menemukan para calon yang adalah ’fresh graduate’ dari universitas-universitas terbaik di Indonesia. Namun, kami tetap menyempatkan menelepon mereka dan melakukan wawancara melalui telepon. Banyak yang kami dapatkan, antara lain mempelajari ’telepon manner’ dan ’etiket’; para calon. Sekarang para lulusan interview tersebut rata-rata merupakan para pimpinan call center di Indonesia yang berhasil di bidangnya, yaitu melayani melalui telepon.
4. Untuk posisi kunci, wawancarai isteri/suami dan keluarga. Kemungkinan akan banyak yang menentang cara ini. Apa hubungannya? Mungkin itu pertanyaannya. Nmaun ingat, isteri atau suami adalah pendukung terbesar keberhasilan seseorang. Dukungan positif pasangan dan keluarga akan memberikan hasil yang baik dari pemimpin yang Anda pilih.
5. Untuk posisi kunci, minta bantuan psikolog sesuai industri bisnis Anda. Psikolog dapat membantu Anda menggambarkan calon Anda. Ingat dia bukan membuat keputusan untuk Anda, namun memberikan masukan mengenai calon Anda. Psikolog biasanya memiliki tes-tes tertulis khusus dan wawancara untuk mengetahui aspek terbesar maupun terkecil dari calon Anda.
6. Ingat akan tes ketajaman (ACID Test). Tanyakan kepada diri Anda sendiri bagaimana kalau calon Anda tersebut bekerja untuk kompetitor Anda. Kalau Anda tidak merasa khawatir, maka Anda dapat mencari calon lain yang benar-benar Anda butuhkan.
7. Seusai wawancara, Anda bisa meminta kepada calon untuk menggambarkan tentang pekerjaan yang Anda tawarkan secara tertulis. Anda mungkin akan terkejut akan hasilnya, ternyata dari para interviewer sendiri memberikan gambaran yang salah tentang pekerjaan itu atau para calon mengartikannya dari aspek yang berbeda yang mungkin sangat bertentangan dengan tujuan perusahaan. Telitilah calon Anda dari tulisannya untuk mendapatkan yang terbaik.
8. Terakhir, kesepakatan penting untuk mencegah pertentangan pendapat. Untuk itu buatlah perjanjian tertulis. Para pemimpin, ingatlah kedelapan poin tersebut, niscaya Anda dapat mengurangi banyak kesalahan dalam rekrutmen. v
 
Trisewu Leadership Institute
Founder: Lilis Setyayanti
Co-founders: Jimmy Masrin, Harry Puspito
Moderator: Raymond Lukas
Trisewu Ambassador: Kenny Wirya

Untuk pertanyaan, silakan kirim e-mail ke: seminar@trisewuleadership.com. Kami akan menjawab pertanyaan Anda melalui tulisan/artikel di edisi selanjutnya. Mohon maaf, kami tidak menjawab e-mail satu-persatu.”
 

Recommended For You

About the Author: Reformata

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *