
Raymond Lukas
Reformata.com – PEMIMPIN yang budiman, beberapa minggu lalu kita sudah membahas tentang keunggulan (excellence). Di tahun 2010 ini Anda perlu menjadi unggul untuk meraih visi dan menjalankan misi Anda. Kali ini kita akan membicarakan bagaimana sikap kita sebagai pemimpin di tahun yang baru ini.
Pernahkan Anda memperhatikan seseorang, teman Anda misalnya yang sama-sama mulai bekerja dengan Anda – namun dia melesat bagaikan busur panah dan suatu saat Anda melihatnya dia duduk di puncak organisasi tempat Anda bekerja memegang tampuk kepemimpinan dengan mantapnya? Anda mengkin bertanya, ”Wow, bagaimana dia melakukannya?”
Saya sering melihat itu, seorang teman, waktu saya masuk ke organisasi tersebut hanya menduduki posisi sebagai asisten manajer keuangan – sekarang dia direktur keuangan perusahaan tersebut yang selalu mewakili perusahaan di bidang keuangan. Seorang teman yang lain, masih sangat muda usianya ketika diangkat menjadi direktur operasi sebuah bank besar ternama. Semuanya tidak terjadi secara kebetulan, kalau saya memperhatikan kedua teman tadi memang mereka memilki kelebihan. Semua prestasi gemilang tersebut memang tergantung dari sikap mereka. Intinya, seberapa jauh Anda terbang tergantung dari sikap Anda. Nah, sikap apakah yang dikembangkan kedua teman saya tadi? Kalau saya memperhatikannya maka mereka melakukan dan mengembangkan hal-hal berikut ini:
1. Pertama, mereka bekerja dengan sangat keras, sangat tekun
Mereka tidak membuang waktu mereka dengan percuma, mereka menggunakannya dengan sangat efektif dan efisien. Mereka tidak pernah berhenti bekerja, namun mereka tahu kapan mereka harus bekerja , dan kapan mereka beristirahat.
Anda tahu, banyak orang berhenti mencari pekerjaan segera setelah mereka mendapatkan pekerjaan. Itu bukan cara untuk mencapai tujuan kita dalam kehidupan. Sebuah survei menyatakan sebagai berikut: ‘rata-rata seseorang yang berusia 18 tahun menonton televisi selama 17.000 jam. Mereka mendengarkan musik selama 11.000 jam, dan menonton film selama 2.000 jam dan juga MTV. Itu berarti 30.000 jam hiburan’. Apakah kita menyadari bahwa jumlah tersebut hampir sama dengan jumlah jam yang dibutuhkan untuk menjadi seorang dokter? Kita harus terlibat dalam pekerjaan. Namun, jangan salah mengerti. Saya tidak menentang rekreasi, atau menentang untuk bersenang-senang. Saya tidak menentang untuk bergembira namun saya pikir kita harus melakukannya dengan seimbang.
Jadi, perlu kita ingat bahwa filosofi yang terindah di seluruh dunia tidak akan berguna bila kita tidak melakukan sesuatu. Banyak orang lebih suka berpikir dan ber-filosofi, namun perlu saya ingatkan bahwa kecuali kita melakukan sesuatu, maka tidak akan terjadi apa pun. Dengan kata lain, sukses sangat tergantung pada usaha kita, keringat kita, itu yang saya bicarakan.
2. Mereka tidak pernah berhenti belajar
Mendaparkan gelar dari pendidikan memang penting. Namun itu bukan akhir dari segalanya. Setelah selesai dengan pendidikan, dan kita mulai bekerja – tetaplah belajar dari pekerjaan kita. Intinya kita harus mau terus belajar. Bagaimana kita bisa belajar dan bekerja sekaligus? Untuk itu gunakanlah waktu sebaik-baiknya. Cara sederhana yang bisa kita gunakan antara lain:
a. Bacalah sebuah buku baru dan selesaikan secepatnya. Kita bisa membaca setiap saat, misalnya di saat menunggu, dalam perjalanan ke kantor atau pun istirahat siang hari. Bacalah paling sedikit 20 menit sehari. Jadi kalau kita mulai hari-hari kita dengan membaca, dan mengakhiri hari dengan terus membaca, kita akan mendapatkan sesuatu yang baik, saya yakin kita dapat membaca lebih dari 20 buku setahunnya asalkan membaca menjadi suatu kebiasaan, sebuah rute yang kita jalani setiap hari. Berarti kita sudah mebaca 18 buku lebih banyak dari rata-rata orang dewasa membaca buku dalam setahun.
b. Belajarlan dari pengalaman sendiri atau dari pengalaman orang lain disekitar kita. Saya yakin kita akan banyak mendapatkan sesuatu kalau kita banyak mengamati.
3. Mereka bekerja dengan menggunakan hati
Ada seorang pelompat tinggi pemecah rekor dunia. Seseorang bertanya kepadanya, “Bagaimana Anda melakukannya?” Dia memberi jawaban klasik. Katanya, “Saya melemparkan dahulu hati saya melewati galah, maka bagian tubuh saya yang lain hanya mengikuti hati saya tersebut”.
Ingat, kita menjadi seperti kita saat ini adalah karena apa yang ada dipikiran. Jadi, kita bisa mengubah apa yang kita pedulikan, kita bisa mengubah ketinggian di mana kita berada dengan mengubah apa yang ada di pikiran. Jadi, pikiran adalah pintu menuju hati kita. Kalau kita melibatkan hati kita pada sesuatu, kita akan benar-benar terlibat dan hasilnya pasti luar baisa. Kalau kita memakai hati dalam usaha, kalau kita sungguh mencintai pekerjaan kita, maka itu dapat membuat perbedaan yang sangat berarti dalam pencapaian hasilnya.
4. Mereka menjadikan integritas sebagai pasangan dalam bekerja
Anda senang melihat keluarga yang berhasil? Jadi untuk dapat berhasil dalam pekerjaan kita, maka kita perlu menjadikan integritas sebagai pasangan kita dalam bekerja. Maka, pekerjaan kita akan menjadi harmonis seperti sebuah keluarga bahagia. Jangan biarkan pelanggaran integritas menguasai pekerjaan kita. Karena kalau itu yang terjadi, kita sulit menghasilkan kualitas kerja terbaik karena harus berurusan dengan masalah-masalah yang timbul kemudian karena kurangnya integritas. Misalkan kita memberikan presentasi bisnis untuk mendapatkan partner usaha di bidang permodalan, dan untuk mengesankan performance terbaik perusahaan kita memanipulasi data-data mengenai perusahaan kita – maka sekali data dimanipulasi maka seterusnya kita harus terus memanipulasi data itu agar terlihat tetap baik dan konsisten. Akibatnya, kita terjebak kebohongan terus menerus, dan itu akan menguras enerji yang tidak perlu.
Rekan pemimpin, di tahun baru 2010 ini – kita diminta untuk meningkatkan keunggulan kita dan juga memelihara sikap kita untuk tetap positif dan memiliki integritas penuh dalam bekerja, niscaya kita akan dipercaya melakukan pekerjaan yang lebih besar lagi. Selamat bekerja.v
Trisewu Leadership Institute
Founder: Lilis Setyayanti
Co-founders: Jimmy Masrin, Harry Puspito
Moderator: Raymond Lukas
Trisewu Ambassador: Kenny Wirya
Untuk pertanyaan, silakan kirim e-mail ke: seminar@trisewuleadership.com. Kami akan menjawab pertanyaan Anda melalui tulisan/artikel di edisi selanjutnya. Mohon maaf, kami tidak menjawab e-mail satu-persatu.”