Pdt. Bigman Sirait
Reformata.com -Bapak Pendeta yang terhormat, saya ingin menanyakan berbagai hal:
1) Bukankah Tuhan memilih umat-Nya dalam kehendak Dia secara penuh? Namun demikian, adakah peran manusia dalam menerima anugerah keselamatan itu, meskipun sedikit, seperti hanya mengatakan: “Ya”.
2) Apa kebaikan dan keburukan dari ajaran Armianisme dalam kehidupan sehari-hari?
3) Apa kebaikan dan keburukan dari ajaran Calvinisme dalam kehidupan sehari-hari?
4) Apa doktrin dapat mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari.
5) Mana dari kedua ajaran itu yang lebih sesuai dengan Alkitab (yang lebih benar menurut Alkitab).
Vandi Lie
VANDI yang dikasihi Tuhan, isu soal pilihan Tuhan yang berdaulat memang selalu melahirkan pertanyaan, khususnya seputar permasalahan free will. Nah, pemikiran Calvinis maupun Arminis adalah usaha menjelaskan keselamatan di tengah pergolakan isu free will. Bahwa Allah yang me-milih umat di dalam kedaulatan-Nya, adalah fakta yang sangat jelas di dalam Alkitab (Keluaran 33: 19, Yohanes 15: 16, Efe-sus 1: 3-14), dan banyak ayat lagi. Bahkan dalam nyanyian malaikat yang sangat terkenal di Injil Lukas, dalam mewartakan keda-tangan Yesus Kristus yang berbunyi: “Kemu-liaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya (Lukas 2:14).
Jelas, kedatangan Kris-tus hanya bagi manusia yang diperkenan-Nya. Siapa yang diperkenan-Nya adalah misteri bagi kita. Cara untuk mengetahui hanya satu, yaitu dari buahnya, seperti kata Al-kitab, pohon dikenal dari buahnya (Matius 7:15-20). Karena itu ja-ngan heran jika banyak orang Kristen bahkan yang aktivis hingga “hamba Tuhan”, yang hidupnya sungguh berbeda dari kebenaran Alkitab. Mereka tak menunjukkan buah yang seharusnya, bahkan ada yang meninggalkan imannya. Se-mua perilaku ini hanya menun-jukkan bahwa sejatinya mereka bukan orang pilihan. Mereka hanya masuk dalam kelompok panggilan, artinya menjadi beragama Kristen, bahkan tokoh Kristen, namun bukan orang pilihan. Awas jangan tertipu! Karena itu tidak heran jika Tuhan Yesus sendiri berkata, “Ba-nyak yang dipanggil tetapi sedikit yang dipilih (Matius 22:14)”. Pang-gilan bersifat umum, semua orang bisa menjadi orang Kristen, namun pilihan bersifat khusus, yaitu orang yang bisa dikenali dari hidupnya yang berbuah (Galatia 5: 22-23).
Dalam menerima anugerah kese-lamatan apakah ada usaha manu-sia, meskipun sedikit? Paulus dalam kitab Efesus 2: 8-9, dengan tegas mengatakan, tidak ada sedikit pun usaha manusia. Ini sejalan dengan fakta kejatuhan manusia ke dalam dosa yang dengan terang dapat kita ketahui lewat kesaksian Alkitab. Dalam Kejadian 2:16-17, jelas dikatakan supaya manusia jangan melanggar perintah Allah, karena akan berakibat kepada kematian. Dan, kita ketahui ber-sama manusia melanggar perintah Allah, dan jelas akibatnya, yaitu mati, baik rohani maupun jasmani. Mati rohani langsung yaitu terpisah dari Allah. Mati jasmani berproses yaitu dimakan waktu, hingga penurunan terus-menerus kualitas hidup manusia dari ribuan tahun di era Adam, menjadi tinggal tujuh puluhan tahun di era Musa.
Dalam Roma 3: 9-18 dikatakan dengan tegas, “Orang berdosa tidak pernah mencari Allah, dan hidup mereka menuju kebina-saan”. Jadi jelas manusia tidak ber-usaha. Dalam mengatakan “aku percaya kepada Yesus” itu pun anugerah. Manusia berdosa tidak dapat merespon keselamatan dari Allah dengan kemampuan dirinya sendiri. Kemampuan menyadari keberdosaan dan merespon kese-lamatan, itu juga anugerah Allah (Yohanes 16: 8-10, 1 Korintus 12: 3). Jadi oleh anugerah Allah manusia berdosa dimampukan untuk merespon anugerah kese-lamatan. Kesadaran keberdosaan, keputusan percaya, itu pun anu-gerah Allah. Keselamatan berlang-sung paradoks, yaitu kemurahan Allah yang direspon manusia (dengan sepenuhnya pertolongan Roh Kudus). Apa yang dikatakan dalam Yohanes 3: 16 betul, yaitu bahwa hanya dengan percaya Yesus manusia akan selamat (perlu respon), tetapi respon untuk percaya itu sendiri anugerah Allah juga, yaitu peker-jaan Roh Kudus. Di sisi lain, jika ada usaha manusia, sekalipun sedikit, maka itu berarti Yesus Kristus tidak per-nah mampu pada diri-Nya menyela-matkan manusia, karena bergan-tung pada usaha manusia untuk mau percaya (sekalipun hanya untuk mengatakan “ya”). Dan ini berarti keselamatan tidak sepe-nuhnya anugerah, melainkan kerja sama. Ini sangat berbahaya, karena Alkitab tidak pernah mengindikasikan hal itu.
Ketika Tuhan menyatakan se-puluh hukum dengan jelas dikata-kan: “Akulah TUHAN Allahmu (Ke-luaran 20: 2), artinya Allah-lah yang memilih Israel sepenuhnya. Dipilihnya Israel, bukan bangsa yang lain, juga bukan karena Israel lebih baik dari yang lain, bahkan sebaliknya, terkenal kebebalannya. Tapi itu adalah pilihan Allah. Tuhan pilih Yakub, bukan Esau, pilihan Allah bersifat benar dan final (Roma 9).
Bicara kebaikan dan keburukan pikiran Calvinis atau Arminianis, saya lebih suka memakai istilah kede-katan pada kebenaran dan akibat yang bisa muncul. Pemikiran Cal-vinis dan pemikiran Arminianis sama-sama memiliki dasar-dasar Alkitab. Namun jika kita cermati secara keseluruhan, bisa dikatakan pemikiran Calvinis lebih mendekati kebenaran Alkitab. Sementara ekses negatif selalu saja bisa muncul akibat tekanan yang berle-bihan. Orang Calvinis bisa terjebak kepada double predistinasi, yaitu Tuhan memilih menyelamatkan, tapi Tuhan pula yang memilih mem-binasakan. Padahal Alkitab jelas mengatakan manusia telah jatuh ke dalam dosa dan mati (Kejadian 3, Roma 3), namun Tuhan berke-nan memilih di antara yang binasa berdasarkan kedaulatan kasih-Nya, sekalipun Dia tak memiliki kewaji-ban untuk itu. Dalam pemikiran Calvinis sangat terasa kuat arti kasih karunia dan iman. Kesela-matan betul-betul hanya karena kasih Allah yang besar itu dan hanya karena iman yang dikaruniakan-Nya.
Sementara dalam pemikiran Arminianis, yang terasa justru unsur usaha manusianya, yang biasa disebut free will. Ini bisa dipahami, mengingat pergumulan Arminius dengan pemikiran humanisme Erasmus saat itu, yang sangat kuat mempengaruhi pemikiran Ar-minius. Soal apakah doktrin dapat mempengaruhi kehidupan kita se-hari-hari, jelas, ya. Ini dalam pengertian penghayatan penuh, artinya doktin itu bukan sekadar sebuah pengetahuan, tetapi penghayatan dan menjadi keyakinan yang dilakukan.
Artinya Vendi yang dikasihi Tuhan, doktrin akan menjadi pra-suposisi kita memikirkan sebuah tindakan dalam kehidupan ini. Namun jangan heran jika mene-mukan orang yang doktrinnya bagus, tetapi tidak kehidupannya. Ingatlah apa yang dikatakan Tuhan Yesus tentang orang Farisi: “De-ngarkan apa kata mereka (doktrin benar), namun jangan tiru perilaku-nya (kelakuan salah)”.
Semoga jawaban ini boleh men-jadi pencerahan bagi kita semua, sekalipun sangat terbatas meng-ingat ruang yang tersedia. Selamat menggali, Tuhan memberkati.v