Pemimpin Kristiani, Pemimpin Beracun

Raymond Lukas

 Reformata.com – AKHIR-akhir ini lagu “Keong Racun” menjadi populer kembali setelah dua remaja perempuan, Sinta dan Jojo menyanyikannya secara ‘lip sync’ dan mengunduh video mereka ke situs jejaring sosial ‘You Tube’.  Kontan, video tersebut langsung jadi pembicaraan dan kedua remaja tersebut langsung ngetop.
Keong racun sendiri adalah sejenis binatang yang tinggal di dalam kerang. Keberadaan keong racun itu sendiri dalam lingkungan tempatnya berada biasanya terekspose oleh segala jenis cairan dan bermacam-macam zat-zat lainnya dari lingkungan sekitar tempat tinggalnya, dengan de-mikian tidak tertutup kemungkinan akan juga menyerap zat-zat racun dari lingkungannya. Oleh sebab itu keong jenis ini sering disebut keong racun.
Lirik lagu ‘Keong Racun’ sendiri menunjukkan cercaan terhadap seseorang yang dinilai kurang memiliki empati dan sopan santun terhadap perempuan atau orang lain yang lebih lemah dari dia sendiri. Orang ini dinilai benar-benar tidak memiliki sopan santun, suka meremehkan orang lain dan suka menghalalkan segala macam cara untuk mencapai tujuannya pribadi.
Dalam kepemimpinan, seringkali kita juga menemukan tokoh yang biasa dikenal sebagai ’Pemimpin Beracun’ atau ’Toxic Leader’. Sebutan ‘Pemimpin Beracun’ sering kali ditujukan kepada para pemimpin yang  manipulatif, suka mengeksploitasi, tidak jujur, suka menyerang secara verbal maupun  secara psikologis, tidak bertanggung jawab, tidak memiliki rasa penyesalan / rasa bersalah, dan memiliki ilusi / fantasi sendiri tentang sesuatu.
Tidak ada seorang pun yang langsung menjadi ‘Pemimpin Beracun’ atau terinspirasi menjadi ‘pemimpin beracun’. Biasanya, racun tersebut tumbuh di dalam diri kita, merupakan sesuatu yang dibangun / dibiasakan sehingga menjadi suatu karakter tersendiri. ‘Pemimpin Beracun’ tersebut  biasanya dikelilingi oleh pihak-pihak lain yang merupakan loyalis ‘beracun’ dan mereka akan membantai siapa pun yang tidak mengikuti aturan mereka. 
Bagaimanakah seseorang dapat menjadi ‘Pemimpin Beracun’?

Popularitas dan kekuasaan memberikan pengaruh stimulasi kepada ‘Pemimpin Beracun’.
Kekuasaan dan popularitas yang sangat besar akan membuat seorang pemimpin terperangkap dalam kepopuleran yang dimilikinya. Seorang ‘Pemimpin Beracun’ pada mulanya ingin mengubah dunia. Pada awalnya mereka melakukan hal itu. Namun kemudian keberhasilan dan ketenaran menguasai pikiran mereka. Ketenaran yang terus bertambah dan pengikut yang semakin mendukung keinginan mereka membuat ilusi mereka semakin besar, sehingga mereka mulai menghalalkan banyak cara untuk mencapai tujuannya.
Arogansi bahwa dia tidak mungkin berbuat kesalahan.
Seringkali ’Pemimpin Beracun’ merasakan bahwa dia berdiri di panggung pertunjukan khusus di mana semua mata tertuju pada dirinya.  Orang-orang lain di sekelilingnya  dianggap kurang berperan dan tidak terlihat. Mereka merasa bahwa merekalah orang-orang yang sangat ’spesial’ dan tidak dapat disentuh. ’Pemimpin Beracun” saling mendukung de-ngan pengikutnya di mana para pengikut juga merasa bahwa sang pemimpin tidak dapat berbuat salah. Kalaupun mereka melakukan kesalahan, hal itu dapat ditutupi atau di justifikasi. “Tidak ada manusia yang sempurna” itulah alasan mereka.
Situasi krisis menguatkan keper-cayaan dan kekuatan ’Pemimpin Beracun’.
Dalam keadaan krisis, biasanya pemimpin jenis ini sangat cekatan mengambil kesempatan yang ada. Dengan alasan untuk ’menyelamat-kan’ maka semua cara bisa dihalalkan untuk mencapai tujuan. “It’s survival…” kata mereka. Sehingga, banyak pemimpin jenis ini suka menciptakan keadaan krisis tetap ada di lingkungan mereka. Pemimpin jenis ini berani mengambil tindakan yang paling ekstrim termasuk menghadapi semua konsekuensinya.
Kelemahan yang tidak terdeteksi.
Seringkali kelemahan pemimpin-pemimpin jenis ini sulit terlihat karena pribadi mereka yang dominan dan gaya komunikasi mereka yang luar biasa. Sehingga kelemahan mereka tertutupi oleh kekuatan yang ada. Pemimpin jenis ini sangat disukai, mereka menunjukkan bahwa mereka menghargai loyalitas dan persa-habatan.  Mereka memiliki kualitas seorang ’aktor’ dalam men-dapatkan dukungan bawahan sehingga mereka mudah mem-permainkan orang lain. Intele-gensia emosi mereka sangatlah luar biasa, memampukan mereka membaca dan mengetahui emosi bawahan atau rekan mereka dengan sangat jelas. Akibatnya mereka bisa memanipulasi orang dengan mudahnya. Dengan demikan mereka mampu menyingkirkan penghambat mereka dan memberikan penghargaan kepada pihak yang loyal kepada mereka. 
Penting bagi pengusaha kristiani untuk juga melihat apakah jenis pemimpin macam ini ada di perusahaan mereka? Selanjutnya bagaimanakah mencegah ’Pemimpin Beracun’ ada didalam perusahaan kita? Alkitab mnegajarkan kita untuk menjadi rendah hati. Ada kalimat yang  mengatakan “kalau kita rendah hati, kita akan menghormati orang lain. Kalau kita kehilangan kemanusiaan dan karakter, kita kehilangan diri kita sendiri’.
Langkah-langkah yang dapat diambil untuk tidak menjadi ’Pemimpin Beracun’ adalah:
1)    Selalu mengevaluasi diri sendiri: apakah saya ’Pemimpin beracun’ atau ’Pengikut Beracun’;
2) Menjadi realistis: apakah hal-hal yang buruk yang sudah terjadi? Sering kali ’Pemimpin beracun’ memaksa kita untuk berkompromi melakukan hal-hal yang buruk. Kita harus lihat akibatnya dan bersiap untuk kehilangan manfaat yang diberikan ’Pemimpin Beracun’ karena kita menolak keinginannya;
3) Menjadi pemimpin yang berani – apakah saya siap melakukan yang benar? Seringkali kita harus mengambil langkah berseberangan dengan ’Pemimpin Beracun’ untuk melakukan yang terbaik bagi dia dan perusahaan kita;
4) Selalu bersikap rendah hati. Dengan kerendahan hati kita akan menghormati orang lain dan mencegah kita menjadi ’beracun’.
Pemimpin kristiani, saya yakin dengan kerendahan hati yang diajarkan Kristus kita bisa menjadi terang dan garam bagi perusahaan dan lingkungan kita.v

 

Untuk pertanyaan, silakan kirim e-mail ke: seminar@trisewuleadership.com. Kami akan menjawab pertanyaan Anda melalui tulisan/artikel di edisi selanjutnya. Mohon maaf, kami tidak menjawab e-mail satu-persatu.”

Trisewu Leadership Institute
Founder: Lilis Setyayanti
Co-founders: Jimmy Masrin, Harry Puspito
Moderator: Raymond Lukas
Trisewu Ambassador: Kenny Wirya

 

Recommended For You

About the Author: Reformata

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *