Bodoh, Bila Tidak Takut Tuhan

 Pdt. Bigman Sirait

TAKUT akan Tuhan adalah   permulaan pengetahuan.  Kalimat tersebut sangat terkenal dan dikenal hampir semua umat manusia di muka bumi ini.

Ungkapan bijak itu adalah penggalan dari Amsal 1: 7 yang bunyi selengkapnya: “Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan”. Orang pintar selalu menghargai pengetahuan. Orang bodoh tidak akan memper-hatikannya. Orang pintar selalu menikmati didikan, tetapi orang bodoh menghinanya dan mening-galkannya. Istilah “bodoh" di sini bukan berarti IQ-nya rendah.

Moral bukan produk dari sebuah pengetahuan. Ada yang bilang kalau seseorang berpengetahuan rendah dia tidak beradab. Sebaliknya, bila pengetahuannya tinggi, maka dia pasti orang beradab. Benarkah? Nanti dulu. Yang namanya kaum homoseks itu jangan dianggap bodoh. Mereka punya pengetahuan. Yang mengebom orang itu rata-rata punya pengetahuan, makanya dia bisa menciptakan alat peledak canggih, kekuatan untuk menghancurkan banyak orang.

Kerusakan terjadi justru karena pengetahuan. Maka moral tidak sama dengan pengetahuan. Moral menjadi produk tersendiri dalam kepribadian kedewasaan seeseorang. Memang penge-tahuan punya pengaruh, tetapi tidak menentukan. Karena bisa saja seseorang itu bodoh secara intelektual tetapi moralnya bagus. Banyak orang desa yang sederhana dalam pengetahuannya tetapi luar biasa dalam nilai moral. Begitu pula dengan mentalitas dalam daya tahan seseorang dengan kehidupan ini.
Jadi, ketika kita dalam perspektif takut akan Tuhan melakukan pencarian menemukan keindahan keutuhan dalam kehidupan, maka di tengah-tengah kehidupan seperti itulah kita terus mencipta sesuatu untuk bisa memberi kontribusi-kontribusi utuh. Oleh karena itu, marilah kita hidup di dalam terang firman Tuhan itu dalam hidup takut akan Tuhan supaya kita bisa mengerjakan perkara-perkara yang luar biasa untuk kemuliaan Tuhan kita. Hal-hal seperti ini penting dalam kehidupan orang-orang percaya. Sehingga takut akan Tujhan akan memberi kita nilai-nilai ilmu yang cukup. Kalau ilmu yang sangat terbatas hanya bisa melihat yang kasat mata, maka iman bisa menolong kita melihat yang tidak  bisa dilihat dengan mata telanjang. Sesuatu yang menerobos membuat kita menjadi kuat di dalam pengharapan.

Takut akan Tuhan secara bertanggung jawab memberikan kepada manusia masa depan. Karena masa depan adalah apa yang Tuhan percayakan untuk kita kelola. Masa depan itu tidak Tuhan jatuhkan begitu saja. Sungguh tidak fair jika kita malas sekolah namun dalam doa meminta agar kita jadi  direktur. Enggak ada hak kita di situ. Itu doa yang sangat tidak pantas. Kita mestinya malu. Jangan bilang, “yang penting kan beriman”. Iman apa itu? Itu iman yang tidak bisa dipertanggung-jawabkan. Iman harus sesuai dengan kehendak Tuhan. Itu namanya iman yang benar.
Nah, oleh karena itu berpe-ngetahuanlah, karena dengan demikian masa depan ada pada kita, masa depan yang diberikan Tuhan. Jadi Tuhan tidak pernah men-ciptakan kita menjadi boneka dalam dunia ini, atau orang-orang yang putus harapan. Tuhan tidak men-ciptakan kita menjadi pecundang di tengah dunia. Tetapi Tuhan mau kita menjadi orang yang menggarap kehidupan dunia ini. Anda mestinya bangga kalau kita diciptakan seturut gambar dan rupa Allah. Hebat sekali, memangnya siapa kita? Pemazmur dalam Mazmur 8 sampai menjerit dan bertanya, “Siapa manusia sehingga Engkau menciptakannya hampir seperti Allah?”. Dia sangat kagum dengan hakekat dan keberadaan dirinya. Betapa hebatnya kasih dan kuasa Allah itu.

Pengetahuan yang mentok
Oleh karena itu, kebencian kepada pengetahuan yang menciptakan kebodohan itu sama saja kita dengan menghina Tuhan. Artinya kalau tidak ada pengetahuan, kita tidak takut Tuhan. Kalau tidak  takut Tuhan tidak dapat pengetahuan. Dan jangan lupa sekali lagi, pengetahuan yang utuh bukan pengetahuan tentang apa alam semesta ini, tetapi siapa yang menjadikannya.
Maka dari pengetahuan takut akan Tuhan tadi sadarlah kita bahwa bumi ini ada bulat berputar. Yang menjadikan siapa? Tuhan. Maka pengetahuan itu menjadi pengetahuan yang menang satu langkah. Yaitu pengetahuan yang diawali takut akan Tuhan. Tetapi pengetahuan minus takut Tuhan, itu menjadi pengetahuan yang mentok, menyimpan berbagai misteri. 

Orang berkata, ilmu pasti yang paling pasti adalah matematika. Karena 2 + 2 = 4. Tetapi apakah matematika itu betul-betul pasti? Ternyata tidak. Mari kita lihat. Di dalam matematika, setiap pembagi yang berbeda pasti hasilnya beda. Misalnya 100 : 5 = 20, tetapi 100 : 2 jadi 50. Tetapi 100 : 50 jadi 2. Selama pembaginya berubah angka maka berubahlah hasilnya. Tetapi menarik pada bilangan tidak terhingga. Kalau bilangan tak terhingga itu dibagi, berapa pun pembaginya, mau 1 atau 100, atau sejuta, hasilnya tetap sama: tidak terhingga. Kalau begitu, ilmu pasti pun ternyata tidak pasti. Ya, karena ilmu pasti mentok pada angka yang dikenalnya, tetapi ada angka yang tidak dikenalnya, yaitu angka yang tidak terhingga.
Nah, di sini saja kita sudah melihat ilmu pasti kalah set. Jadi yang paling pas iman kan? Maka ke mana pun, apa pun Anda tidak bisa lepas daripada iman itu. Manusia itu sudah diciptakan sebagai makhluk agama dan budaya. Maka potensi harapan atau pengharapan itu ada pada manusia sekalipun dia tidak mengenal Tuhan, termasuk keimanan, tetapi iman bentuk yang lain. Artinya begini, setiap orang mau buka usaha pertama dia yakin dulu usahanya akan maju. Kalau tidak yakin maju, dia tidak bikin usaha. Tetapi waktu dia yakin maju, belum tentu maju kan? Dia yakin berhasil belum tentu berhasil. Tetapi keya-kinannya membuat dia mem-bangun usaha, tetapi bisa gagal. Kenapa dia buka usaha? Karena yakin, iman.

Iman bisa menjadi mirip pada semua orang sehingga semua orang beragama. Tetapi iman kepa-da Kristus itu loh. Ini yang menjadi core of faith kita, Yesus Tuhan. Maka takut akan Tuhan itulah yang mendatangkan pe-ngetahuan bijak yang benar. Maka itu akan memberikan juga kepada kita kontribusi pemikiran kesadaran untuk memeriksa nilai hidup kita, perilaku kita, bagaimana kita seharusnya dalam hidup.

Jadi jangan pernah menghina Alkitab apalagi meremehkannya. Kalau Saudara membaca seluruh pemikiran Alkitab, Anda akan terinspirasi dengan berbagai kemungkinan yang sangat luar biasa. Karena itu kepada Saudara yang selama ini menganggap remeh Alkitab, belajarlah. Takut akan Tuhan adalah titik awal pengetahuan, menimbulkan rangsangan dan tanggung jawab pada kehidupan kita untuik mengaktualisasikan iman percaya kita. Pengejawantahan penge-tahuan juga harus dalam terang firman dan takut Tuhan. Supaya itu teraktualisasi untuk mencapai kemulian bagi nama tuhan. v

(Diringkas dari kaset khotbah oleh Hans P.Tan)

Recommended For You

About the Author: Reformata

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *