Raymond Lukas
Reformata.com – PADA edisi bulan lalu kita sudah melihat beberapa ciri pemimpin masa depan yang diharapkan oleh para pengikutnya di seluruh dunia. Jadi ciri-ciri ini merupakan ciri yang universal. Pemimpin masa depan yang dicari adalah pemimpin andalan yang bisa menjawab tantangan jaman.
Beberapa ciri yang sudah disebutkan adalah: 1) Jujur dan terpercaya (integritas); 2 Tulus dan murni; 3) Kompeten dan berkeyakinan; 4) Menatap ke depan dan proaktif (visionary); 5) Positif dan bersemangat
Pertanyaan yang timbul adalah: “Apakah pernah ada pemimpin dengan ciri-ciri di atas selama dunia ini ada?” Sebagai calon-calon pemimpin masa depan ada baiknya, kita sebagai pemimpin melihat referensi di masa lalu dan belajar dari pemimpin masa lalu yang berhasil. Kalau kita melihat referensi dari Alkitab misalnya, maka ada seorang pemimpin yang begitu luar biasa di jamannya. Pemimpin ini bukan berasal dari bangsa di mana dia memimpin, bahkan dia sebenarnya berasal dari kalangan budak di negeri tersebut.
Di kitab Yusuf 41: 37 – 57, dikisahkan tentang pemimpin bangsa Mesir yang bernama Yusuf. Dia anak Yakub keturunan Ishak dan berarti juga keturunan dari Abraham. Sebelumnya, Yusuf dibuang ke sumur oleh saudara-saudaranya karena iri hati, kemudian mereka juga menjual Yusuf ke Mesir untuk dijadikan budak. Di kemudian hari, di Mesir dia malah menjadi kepercayaan raja. Jadi kita lihat, bahwa situasi Yusuf adalah di tingkatan terendah dari kehidupannya. Namun Yusuf menyikapinya secara berbeda. Apa yang membuat Yusuf berhasil sehingga pada akhirnya dia bisa menjadi wakil Firaun di Mesir, di negeri asing tempat perbudakannya?
Apakah Yusuf jujur dan terpercaya? Ya, Yusuf memiliki integritas yang luar biasa. Kita lihat integritas yang tinggi ini sewaktu Yusuf bekerja di rumah Potifar, seorang petinggi istana Firaun – maka Yusuf karena penyertaan Tuhan yang luar biasa menjadi selalu berhasil dalam segala hal yang dikerjakannya. Sehingga Potifar dengan tidak ragu mengangkatnya menjadi kuasa atas segala milik dan kekayaan Potifar. Pastinya dalam segala keberhasilannya, Yusuf menunjukkan standar integritas yang sangat tinggi sehingga dia dipercayai sebagai penguasa atas seluruh harta tuannya. Yusuf juga menolak godaan Ny. Potifar yang menginginkan dia sebagai gigolo. Ini juga merupakan integitas yang tinggi Yusuf kepada Potifar. Selanjutnya kita tahu karena fitnah Ny. Potifar maka Yusuf dipenjarakan. Namun sekali lagi Yusuf menunjukkan sikap dan integritas yang luar biasa sehingga segala pekerjaan di penjara tersebut dipercayakan kepada Yusuf. Luar biasa bukan?
Apakah Yusuf memiliki sifat yang tulus dan murni? Ya, hal ini sudah dibuktikannya sewaktu ia difitnah isteri Potifar dan dipenjarakan. Reaksi Yusuf bukan mengumbar amarah atau pun bersungut-sungut kepada Tuhan, tetapi sebaliknya tetap menunjukan kualitas tingkah laku prima sehingga ia menjadi orang kepercayaan kepala penjara.
Apakah Yusuf kompeten dan berkeyakinan? Pasti, kita bisa melihat pada keberhasilannya dalam bekerja. Penyertaan Tuhan menjadikannya berhasil dalam hal apa pun yang dia kerjakan. Kemampuannya menafsirkan mimpi dengan kompeten dan berkeyakinan membawanya kepada Firaun yang kemudian mempercayakan seluruh negeri kepada Yusuf sebagai perdana menteri. Yusuf memang pelajar yang luar biasa. Dia mau belajar dari kehidupannya dan bersedia serta rela untuk diproses. Yusuf diproses melalui 4 tahapan sehingga dia menjadi seorang yang sangat berhasil. Pertama, Yusuf tidak tahu apa-apa. Dia begitu polosnya sewaktu menceritakan mimpinya kepada saudara-saudaranya. Dia tidak tahu bahwa ceritanya menimbulkan kebencian. Kedua, Yusuf diproses untuk belajar banyak mengenai hubungan, mengenai kehidupan dan mengenai kepemimpinan semasa perbudakannya di Mesir. Proses ini membuatnya menjadi seorang yang berkarakter, terutama dia juga menyadari bahwa Tuhanlah sumber segala berkat dan kekuatan. Ketiga, Yusuf mau terus bertumbuh. Dia mulai mempersiapkan diri dengn baik, menunggu kesempatan terbaik muncul dalam hidupnya. Dan sewaktu kesempatan itu muncul, dimana Firaun memanggilnya – maka, Yusuf melakukan ‘performance’ terbaiknya sehingga dengan kasih karunia Tuhan dia memenangkan hati raja. Keempat, Yusuf menjalankan pemerintahannya dengan kemampuan manajamen yang luar biasa. Bayangkan bagaimana dia memobilisasi penyimpanan makanan selama 7 tahun berkelimpahan, dan bayangkan bagaimana dia memobilisasi distribusi sewaktu masa 7 tahun kelaparan. Luar biasa bukan?
Apakah Yusuf menatap ke depan dan proaktif? Ya, Yusuf sangat visioner. Dia mengetahui makna mimpi Firaun dan memiliki visi bagaimana cara mengumpulkan hasil di masa kelimpahan dan menyalurkannya di masa kelaparan. Hanya orang-orang dengan visi terbaik dapat melaksanakan pekerjaannya dengan hasil terbaik.
Apakah Yusuf positif dan bersemangat? Ya, itu adalah sikap hidup Yusuf. Dia tidak pernah kehilangan semangatnya dalam keadaan apa pun. Yusuf selalu berhasil mengatasi segala tantangan hidupnya, karena dia mengenal Tuhan. Dia tahu Tuhan memberinya visi yang besar melalui mimpi masa remajanya. Dia memegang mimpi tersebut, percaya akan rencana Tuhan dalam hidupnya. Dia juga memelihara hubungan yang erat dengan Tuhan setiap hari. Dia tetap menjadi Yusuf yang bersemangat, rendah hati dan berintegritas. Pada Kejadian 41: 16, Yusuf mengatakan: “Bukan aku, tapi Tuhanlah yang akan memberi jawaban kepada Firaun dengan damai”. Luar biasa, Yusuf jujur dan tidak sombong, bahwa bukan pengetahuannya yang memecahkan mimpi Firaun, namun Tuhan sendiri yang memberi jawaban melalui Yusuf untuk Firaun.
Rekan pemimpin kristiani yang kukasihi, marilah persiapkan dirimu menjadi pemimpin masa depan. Ambillah sikap dan posisi untuk memimpin bangsa ini. Belajar dari kisah Yusuf, miliki kelima sifat dasar yang universal untuk memimpin di mana pun, niscaya, pada waktunya maka akan muncul pemimpin-pemimpin masa depan dari kalangan pengusaha kristiani yang akan membuat perubahan yang besar untuk negeri ini. Tuhan memberkati.v