Pdt. Bigman Sirait
DALAM edisi lalu kita telah membicarakan tentang Yesus sebagai jalan. Sekarang kita membahas Yesus adalah kebenaran (Yoh 14: 6). Ketika Yesus mengatakan Akulah kebenaran, artinya Dialah Tuhan yang membenarkan. Dalam bahasa Ibrani, kebenaran memakai kata emet mengandung makna kesetiaan, bisa dipercaya, tulus tidak mengecewakan, bisa dipegang, bisa diandalkan.
Socrates, filsuf Yunani, selama hidup bergumul untuk mencari tahu tentang apa itu kebenaran. Waktu itu politisi dan kaum bangsawan sangat berkuasa. Bagi mereka, tidak penting bagaimana cara mendapatkan apa yang diinginkan. Mau kaya? Silakan. Caranya terserah, mau mencuri, korupsi tidak apa-apa. Mereka membuat sebuah pembenaran, padahal tidak benar. Socrates bertanya kepada orang Yunani: Apa itu kebenaran! Tidak ada yang bisa jawab. Tidak ada yang mampu tunjukkan kebenaran.
Ilmu pengetahuan berkembang, tetapi orang tetap saja tidak benar hidupnya. Ternyata tidak ada korelasi antara ilmu dengan kebenaran. Amerika, Eropa (Barat) makin tinggi ilmunya, justru makin tak benar tindakannya. Lesbi, homo, aborsi, dibolehkan. Mereka menabrak nilai-nilai kebenaran justru waktu mereka memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi. Pengetahuan tidak bisa menemukan kebenaran. Ilmu pengetahuan tidak memberikan jawaban. Di politik, apa yang baik bagi dia, itulah kebenaran. Kakak dan adik berkelahi karena sama-sama merasa benar. Padahal berkelahi sama dengan tidak benar.
Apa itu kebenaran, tidak ada yang bisa jawab. Kalau pun ada jawaban, 100 yang bicara, 100 modelnya. 1.000 yang bicara 1.000 definisinya. Bagi orang modern, yang benar adalah yang masuk akal. Dua tambah dua sama dengan empat. Ini benar.Tapi, 5 roti tambah 2 ikan, dimakan lima ribu orang, sisa 12 bakul, itu tidak benar. Maka bagi orang modern, mukjizat omong kosong. Apa itu kebenaran? Makin kabur, makin tidak bisa dimengerti.
Apa kata Alkitab tentang kebenaran? Roma 3: 10 berkata, Tidak ada satu orang pun yang benar. Seorang pun tidak. Semua sudah kehilangan kebenaran Allah. Itu sebab tidak satu pun kita layak bertemu Tuhan. Semua sudah berdosa. Siapa manusia dan kebenaran? Lukas 16: 15 Manusia bisanya cuma membenarkan dirinya. Mereka membenarkan dirinya dengan ibadah, bikin acara ini dan itu, tetapi mereka tetap tidak benar di mata Tuhan. Tetapi mereka benar menurut ukuran agama yang dipakai. Tetapi Allah bilang tidak. Mazmur 52: 5 mengatakan: Manusia lebih mencintai dusta daripada kebenaran. Jadi manusia tidak suka kebenaran, karena sebetulnya manusia gelap, tidak tahu apa itu kebenaran. Maka betul kata Alkitab Di luar Sang kebenaran tidak ada kebenaran
Apa itu kebenaran? Jawaban Yesus baru hebat. Akulah kebenaran. Kalimat ini tidak sembarang. Yesus menjawab pertanyaan yang diajukan manusia ratusan tahun sebelumnya. Yesus adalah jalan ke sorga. Bagaimana mungkin Dia bisa membawa kita ke surga? Karena Dia turun dari sorga ke bumi, kembali ke sorga. Jadi, karena dia turun dari surga dia tahu jalan kembali ke sorga. Oleh karena itu Dia yang turun dari surga Dialah sang kebenaran, maka segala sesuatu itu benar kalau sesuai dengan Dia. Tidak ada yang benar kalau tidak sesuai dengan Dia. Karena itu barang siapa yang percaya kepada Yesus akan selamat, yang tidak percaya akan binasa, karena Dialah kebenaran.
Mestinya ke neraka
Saya sudah menekankan, keselamatan bukan karena kita Kristen. Ada keselamatan karena Yesus yang sudah berkuasa atas dunia. Maka agama tidak menyelamatkan tetapi Kristus menyelamatkan kita. Agama tidak bisa berbuat apa-apa, Yesus berbuat bagi kita. Kristus berkata Akulah kebenaran, yang membenarkan, sehingga manusia berdosa menjadi benar di hadapan Allah Bapa dan bisa mendapat keselamatan. Jadi kita benar bukan karena kita benar. Kita benar karena kita dibenarkan oleh Kristus. Kalau pun kita ke sorga karena benar, itu karena sudah dibenarkan Yesus. Mestinya kita ke neraka, Yesus menggantikan kita. Jadi Dia yang dihukum disalib. Mestinya kita yang mati, tetapi Dia yang mati. Ini kekuatan dalam kekristenan. Mestinya darah kita yang tertumpah, tetapi darah-Nya tertumpah supaya kita benar di dalam percaya kepada Dia. Itu sebab jangan pernah menepuk dada, merasa hebat hanya karena melayani Dia. Apa pun yang kita lakukan, tidak ada apa-apanya dibandingkan Dia yang sudah membenarkan kita. Maka bersyukurlah jika Dia membenarkan kita: Aku kebenaran yang membenarkan engkau, bukan karena engkau layak dibenarkan tetapi karena kasih karunia.
Dalam Yohanes 4, Yesus berkata kepada perempuan Samaria: Akan tiba saatnya orang-rang-orang benar bukan lagi menyembah di gunung atau Yerusalem, tetapi akan menyembah Bapa di dalam roh dan kebenaran. Artinya, orang akan menyembah Allah tidak terikat di Yerusalem, pusat ibadah atau pun gunung-gunung menurut kepercayaan waktu itu. Allah itu roh dia tidak dikurung ruang dan waktu, Dia ada di mana saja, menyertai kita.
Tuhan sudah membenarkan kita maka roh yang ada dalam diri kita jauh lebih besar dari roh yang ada di dunia ini. Kalau kita jatuh ke dalam dosa bukan karena dosanya kuat tetapi kita kurang erat bersekutu dengan Tuhan. Kalau kita diubek-ubek masalah frustrasi, depresi, stres bukan karena persoalannya yang kuat tetapi karena kurang bersekutu dengan Tuhan. Bersama Dia kita kuat menanggung segala perkara, karena dia sudah membenarkan kita, tidak ada lagi yang bisa menghukum kita.
Maka kita perlu merenung: Sudahkah kebenaran menjadi milikku, menguasai seluruh hidupku, dan hidupku kutaruh di tangan-Nya dan berjalan bersama-Nya? Sudahkan Dia menguasai hati dan pikiranku, membawa aku melangkah menuju ke tempat yang Dia mau? Ketika Ia berkata Akulah kebenaran, Ia sudah membenarkan kita sehingga kita yang berdosa menjadi tidak berdosa. Bukan karena kita tidak lagi bikin dosa tetapi karena Dia sudah menanggung semua dosa kita. Maka Dia berkata, Jangan lagi berbuat dosa. Kita boleh bertemu Allah, bersekutu dengan Allah, berdamai dengan Allah karena Yesus sudah membenarkan kita. v
(Diringkas dari CD khotbah oleh Hans P Tan)