Raymond Lukas
Dalam dunia marketplace di mana kita bekerja secara professional, pemimpin merupakan tokoh yang menjadi panutan di banyak organisasi. Mungkin pertanyaan sederhana yang sering kita dengar misalnya: “Eh, tadi Boss bilang apa sih? Soalnya gue pengen tahu apa yang Bos sampaikan, supaya gue ke depannya enggak salah langkah…”. Seringkali kita mendengar pernyataan semacam itu dari teman-teman di lingkungan kerja kita. Jadi, memang Bos menjadi panutan yang sangat dekat dengan keseharian para professional.
Sayangnya, banyak Bos bersikap acuh-tak-acuh terhadap posisi dan perhatian seperti itu. Seringkali Bos bersikap seenaknya. Diminta menjadi panutan, malahan banyak yang memberikan contoh jelek. Seharusnya seorang atasan/bos bisa memberikan kesaksian hidup yang benar – sehingga dia memang bisa menjadi Bos yang efektif.
Misalnya saja, Sofia – seorang Bos yang cukup berpengaruh di sebuah perusahaan jasa boga. Sofia berhasil meluncurkan program yang bertujuan mendisiplinkan karyawan untuk masuk kantor tepat waktu dan juga berhemat dalam pengeluaran biaya operasional. Banyak karyawan mengidolakan Ibu Sofia, terutama karyawan-karyawan di cabang-cabang yang jarang bertemu dengan beliau. Namun untuk rekan-rekannya di Kantor Pusat, Sofia mungkin bukan tokoh panutan yang baik. Kampanye tepat waktunya sangat bertentangan dengan kehadirannya di kantor secara harian. Sofia sering terlambat, dan itu dilakukannya dengan berbagai alasan dari kemacetan Jakarta sampai dengan mogoknya kendaraan yang ditumpanginya. Jadi Sofia, mungkin bukan menjalankan fungsinya melalui kesaksian pekerjaan yang benar. Ini tantangan buat pemimpin seperti Sofia, kredibilitasnya menjadi pertanyaan rekan-rekan yang menyaksikan sepak terjangnya. Di mata orang yang jauh, dia tampak bagus – namun di lingkungan terdekatnya menjadi cemoohan.
Lain halnya dengan Padmasari. Dia juga seorang eksekutif muda yang sedang naik daun di sebuah perusahaan Public Relation. Padmasari sering mengampanyekan “integritas” yang tinggi dalam bekerja. Integritas waktu, integritas perkataan, integritas dalam melakukan pekerjaan dan integritas keuangan. Begitu selalu didengungkannya dalam rapat-rapat, pertemuan-pertemuan atau diskusi-diskusi di kantornya. Namun, hal lucu terjadi ketika seorang rekannya menemukan Padma melakukan klaim entertainment yang tidak tepat. Padma memasukkan tagihan restoran dengan mencantumkan bahwa itu adalah biaya entertainment dengan klien yang bernama Bapak “A”. Namun ternyata itu adalah biaya entertainment pribadinya yang diklaim sebagai biaya kantor. Hal ini langsung merebak sebagai pembicaraan di kantornya.
Lain lagi hal yang dialami Richard. Dia tertangkap basah kamera CCTV sedang mencium seorang rekan wanitanya di dalam sebuah elevator. Wow, ini adalah kenyataan yang harus dihadapi Richard setelah gambar-gambar itu beredar di lingkungan kantornya. Langsung Richard dipanggil oleh direktur SDM-nya dan dipindahkan ke bagian yang diduga bisa mengurangi keterlibatannya dengan sang “pacar” alias dikucilkan, dan dia kehilangan jabatannya yang sangat bagus sebelumnya.
Rekan professional yang budiman! Memang sulit menghadapi tantangan-tantangan dan gangguan-gangguan dalam bekerja. Kalau kita ingin hidup sebagai pemimpin dengan menjadi saksi yang baik, memang tantangannya akan sangat berat.
Sebagai orang percaya, kita sering beranggapan bahwa kita harus hidup kudus berdasarkan kekuatan kita sendiri. Kenyataannya dalam keberadaan kita sendiri, kita tidak bisa menghasilkan kekudusan, seberapa besarpun usaha yang kita lakukan. Hal ini dapat menyebabkan kita frustrasi karena selalu gagal menjaga kekudusan kita. Hal yang perlu kita mengerti adalah apabila kita percaya kepada Kristus sebagai juruselamat, maka Roh-Nya yang kudus akan tinggal bersama dengan kita. Semakin kita mengandalkan Roh Kudus, maka Ia akan menghasilkan buah-buah yang kudus melalui kita. Jadi kalau seseorang berusaha menjadi kudus dengan kekuatannya sendiri, maka dia akan menghadapi kesuksesan yang hanya sebahagian atau sementara. Namun kalau kita mengandalkan Roh Kudus, maka kita akan berhasil bersama-sama dengan Dia.
Sifat manusia menginginkan kontrol atas dirinya sendiri, ingin melakukan banyak hal berdasarkan keputusannya sendiri. Namun, ternyata apabila menyangkut keselamatan atau kehidupan, kita harus mengandalkan Tuhan untuk melakukan pekerjaan itu. Seperti dinyatakan dalam Galatia 2: 19 -20 sebagai beriku: “Sebab kau telah mati oleh hukum taurat untuk hukum taurat. Supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus. Namun aku hidup, bukan aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.”
Jadi untuk mengalami sukses dalam menghadapi raksaksa-raksaksa yang menghalangi kita untuk menjadi saksi yang benar sebagai profesional dalam pekerjaan, mulailah dengan mendeklarasikan kemenangan atas mereka setiap pagi. Pikirkan tekanan-tekanan yang kauhadapi dan bagaimana engkau sudah menang menghadapinya. Dengan melakukan itu, kita sudah mengaktivasi iman kita dan menghindari untuk menguduskan diri dengan kekuatan sendiri. Ingatlah bahwa Tuhan Yesus mati bukan hanya untuk menang atas dosa, namun juga untuk membuat kita menjadi sukses. Dengan pertolongan Roh Kudus, kita bisa menjadi pemimpin yang percaya dan hidup berdasarkan prinsip-prinsip Alkitabiah.