Pdt. Bigman Sirait
Follow Twitter: @bigmansirait
ORANG yang memiliki kesabaran, tidak mudah putus asa. Kenapa? Karena ada sesuatu yang kuat di dalam dirinya. Jadi sekalipun datang berbagai masalah secara bertubi-tubi, dia tidak mudah putus asa. Sementara orang yang tidak memiliki kesabaran, jika didera aneka persoalan, kemungkinan besar akan langsung kecewa dan menyerah pasrah. Orang seperti ini dengan sendirinya tidak bisa lagi menikmati bagaimana seharusnya mampu bertahan oleh karena cinta kasih dan pertolongan Tuhan di dalam kehidupannya. Dia pun tidak akan pernah merasakan munculnya kesabaran sebagai suatu sudut pertahanan yang bisa menguatkan dirinya.
Orang yang memiliki kesabaran, tidak akan marah tanpa arah. Dalam Alkitab ada tertulis: janganlah amarahmu bertahan sampai matahari tenggelam. Maksudnya, sebelum matahari tenggelam, perasaan amarah itu sudah harus hilang dari hati. Secara sederhana, ungkapan di atas itu menganjurkan agar sifat amarah itu jangan berlarut-larut. Sebab jika kemarahan dibiarkan berlarut-larut dalam hati, maka akan timbul kebencian. Perasaan benci yang dipelihara akan berubah menjadi dendam. Adanya dendam dalam hati, berpotensi mengarahkan kita melakukan suatu tindakan dosa yang dampaknya bisa sangat mengerikan.
Meski demikian, bukan berarti pula kita tidak boleh marah, sebab Yesus sendiri pernah marah. Marahlah kalau kebenaran dipermainkan. Marahlah kalau kebebalan dipertontonkan. Marahlah karena kedegilan dan ketololan dilakukan secara berulang-ulang. Marah karena hal-hal seperti tersebut terakhir itu jelas memiliki arah. Tetapi marah tanpa arah adalah marah tanpa sebab dan tujuan yang jelas. Tidak ada masalah, marah. Salah sedikit, marah-marah. Itu contoh-contoh kemarahan yang tidak punya arah.
Orang yang suka marah tanpa arah, pada dasarnya sedang mempertontonkan bahwa dirinya tidak punya pegangan. Orang seperti ini sangat sensitif, sangat emosional. Orang yang memiliki sifat semacam ini kondisinya juga sangat labil. Kenapa? Karena dia tidak memiliki akar atau pegangan yang kuat, sehingga tidak punya daya tahan. Dan orang-orang semacam inilah yang gampang putus asa.
Dari sini dapat pula ditarik semacam kesimpulan bahwa, kemarahan itu timbul karena faktor keputusasaan. Kemarahan itu timbul karena tidak berakar pada satu kekuatan yang solid sehingga membuatnya sangat labil, yang pada gilirannya membuatnya tidak memiliki kemampuan mengendalikan diri. Oleh karena itu, kita mutlak harus memiliki kesabaran dalam hidup kita, sebagai sesuatu yang telah Allah anugerahkan kepada kita. Dan itu wajib kita aplikasikan dalam hidup kita sehari-hari.
Yang kedua, orang-orang yang mempunyai kesabaran melihat permasalahan sebagai anak tangga menuju kemajuan. Jika dia terbentur pada suatu masalah, dia tidak lari. Sebab dia justru melihatnya sebagai anak tangga menuju kemajuan. Maju selangkah lagi. Karena jika ada orang yang sudah biasa dan bisa melewati masalah demi masalah, dengan sendirinya dia punya pengalaman dalam menangani atau mengatasi masalah. Maka orang-orang yang sudah terbiasa mengatasi masalah, dengan sendirinya daya tahannya pun semakin bertambah. Jadi adanya masalah merupakan sebuah latihan baginya. Sebuah ujian yang sangat penting sekali.
Orang-orang Kristen saat ini, kebanyakan cenderung menjadi cengeng. Ini terjadi pada orang-orang yang punya anggapan bahwa dengan percaya kepada Tuhan, maka kita tidak bakal mendapat masalah lagi. Bagi orang-orang seperti ini, Tuhan adalah sebagai tempat untuk membereskan semua persoalan. Tuhan hanya sebagai tempat pelarian atau pelampiasan emosi. Sikap ini jelas kontra produktif dengan ucapan Yesus yang mengatakan, “Mau ikut Aku? Sangkal dirimu, pikul salibmu.” Ucapan Yesus di atas tentu tidak sejalan dengan kecenderungan kebanyakan orang Kristen masa kini yang berlari ke arah Tuhan hanya jika sedang dilanda persoalan. Sebaliknya, jika sedang merasa senang, kita tidak punya waktu untuk Tuhan, tetapi sibuk dengan hantu. Maksudnya kita berasyik-masyuk dengan kenikmatan duniawi yang justru akan menjerumuskan ke neraka.
Inilah bentuk kecenderungan yang salah, sehingga keberimanan kita kepada Tuhan, seringkali bukan ditakar atau diukur dari bagaimana kita menyenangkan Tuhan, tetapi bagaimana disenangkan oleh Tuhan. Orang Kristen yang punya sifat semacam ini, yang inginnya hanya disenangkan oleh Tuhan, tentu memiliki mentalitas yang sangat payah, dan sangat tidak layak menyandang predikat sebagai laskar Kristus. Sebab yang namanya laskar, tempatnya di medan tempur, dan permintaannya bukan bagaimana disenangkan oleh Tuhan. Laskar adalah suatu posisi yang sangat terhormat, karena dia diberi kepercayaan untuk berjuang. Jadi, namanya bukan laskar jika meminta baju dengan tanda bintang kehormatan di bagian pundaknya. Laskar bukan orang yang tahunya hanya makan enak dan minum nikmat. Kecenderungan semacam ini tentu membuat orang menjadi malas dan bahkan membahayakan bagi orang lain.
Seorang pengusaha sukses, tentu sudah berjuang dengan gigih sehingga dia mampu membangun perusahaannya. Tidak ada orang menjadi pengusaha top tanpa melalui perjuangan hebat. Itulah sebabnya, orang yang selama ini mendapatkan banyak fasilitas, kebanyakan selalu mengalami kegagalan. Banyak contoh yang telah membuktikan bahwa generasi pertama yang membangun sebuah perusahaan besar adalah orang-orang gigih, punya semangat juang tinggi, pantang menyerah dalam membangun perusahaannya meskipun didera oleh berbagai kesulitan dan kesusahan yang luar biasa . Kemudian anak-anaknya atau cucu-cucunya yang merupakan generasi kedua dan ketiga, yang tidak pernah merasakan masa-masa susah dan sulit, justru mereka inilah yang membuat perusahaan hancur. Tapi perlu diingatkan pula bahwa tidak semua orang mesti dibuat susah dahulu, supaya bisa berhasil. Yang jelas kita dituntut untuk bisa menghadapi segala masalah dan bertumbuh di situ. Itulah namanya daya tahan.
Oleh sebab itu konsep ini harus ditanamkan supaya semua kita akan melihat bahwa setiap permasalahan itu adalah anak tangga menuju kemajuan. Jangan memotong kompas untuk bisa lari ke jalan yang mungkin lebih mudah, tetapi salah. Memotong kompas yang salah misalnya, jika kita sakit, kita berdoa meminta kepada Tuhan supaya disembuhkan. Namun pada saat Tuhan ‘memperlambat’ proses penyembuhan dalam rangka menguji, kita yang tidak sabar sudah lari ke dukun. Ini jelas suatu contoh mentalitas yang payah.
Selanjutnya, orang-orang yang memiliki kesabaran akan memiliki daya tahan yang tangguh karena ada pengharapan yang kuat. Pengharapan dari mana? Pengharapan akan kasih Kristus. Pengharapan akan kasih yang menggelora dan terus berkembang di dalam batin, membuat kita sangat kuat luar biasa.