Pdt.Bigman Sirait
Follow @bigmansirait
Kejadian 25:29-34, menceritakan tentang bagaimana Yakub meminta kepada Esau untuk menjual hak kesulungannya, dan Esau pun bersumpah untuk menjualnya.
Pertanyaannya:
1. Apa yang di maksud dengan hak kesulungan?
2. Apakah hak kesulungan memang bisa dijual?
3. Mengapa Ishak dan Ribka bisa lupa menyampaikan kebenaran tentang hak kesulungan ini, bahkan Ribka harus melakukan kesalahan dengan menjerumuskan Yakub dalam kebohongannya?
Willy, Jakarta
Willy yang dikasihi Tuhan, senang bisa berbagi lewat Reformata yang juga boleh menjadi berkat bagi banyak orang. Pertanyaan soal hak kesulungan, dimasa kini menciptakan rasa penasaran. Karena hal ini juga ditaur pada kehidupan budaya tertentu, sementara yang lain menganut emansipasi. Dalam paham emansipasi, masalah hak dianggap sama, baik antara pria dan wanita, atau sulung dan bungsu. Semua hal, yang menyangkut warisan, seringkali pembagiannya sepenuhnya merupakan keputusan orang tua dan tidak tergantung pada posisi tertentu. Sementara jika kita berbicara tentang anak sulung dalam konteks umat pada masa pra Taurat, maupun Taurat, tentu berbeda. Dalam masyarakat Israel yang pada masa itu poligami, hak anak sulung dari pihak bapak dianggap lebih tinggi. Anak sulung disebut sebagai kekuatan, permulaan kegagahan, yang terutama dalam keluhuran, yang terutama dalam kesanggupan (Kejadian 49:3). Jelas terlihat pengagungan pada anak sulung. Disisi lain, secara gender anak sulung, hak kesulungan jatuh pada laki-laki dan bukan wanita. Dalam perspektif masa kini, hal seperti ini kita sebuat sebagai diskriminasi. Karena itu, seperti yang sudah disebutkan diatas, era yang berbeda membuat juga perbedaan nilai. Hal, laki-laki diutamakan juga banyak pada era kerajaan. Anak laki-laki akan menggantikan posisi ayahnya sebagai raja. Sekalipun ada juga kerajaan tertentu yang mengenal dan menganut tradisi, dimana ratu sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi.
Alasan mengapa anak sulung disebut sebagai permulaan kegagahan, kekuatan, merupakan ekspresi kesukacitaan karena memiliki keturunan, terlebih lagi karena laki-laki. Kain adalah anak sulung pertama. Ketika melahirkan anak pertama, Hawa bersukacita, dan memberi nama Kain, Hawa berkata; Aku telah mendapatkan seorang anak laki-laki dengan pertolongan Tuhan (Kejadian 4:1). Kain bukan saja anak pertama dimuka bumi ini, tetapi juga sekaligus juga anak laki-laki. Nah, dalam soal hak Kesulungan, itu bisa dipindahkan apabila anak sulung tidak berlaku benar. Kain juga adalah anak sulung pertama yang dicabut hak kesulungannya oleh Tuhan sendiri, karena dia telah membunuh adiknya Habel (Kejadian 4:11). Posisi Kain digantikan oleh Set (Kejadian 4:25), yang Tuhan berikan bagi Adam sebagai ganti Habel. Kelak semua keturunan Kain habis pada waktu air Bah. Nuh yang sekeluarga diselamatkan adalah merupakan keturunan dari Set (kejadian 5:29). Henokh yang disebut hidup bergaul dengan Tuhan, dan diangkat oleh Tuhan, adalah keturunan Set (Kejadian 5:22), bukan Henokh keturunan Kain (Kejadian 4:17). Jelas sekali semua limpahan berkat Allah, ada pada Set dan keturunannya, bukan Kain dan keturunannya.
Jadi sangatlah jelas, hak kesulungan seharusnya dijaga sebagai kebanggaan, keperkasaan keluarga. Anak sulung meneruskan kehidupan keluarga ayahnya, dan demikianlah seterusnya. Sementara hak kesulungan dijual, itu berarti tidak menghargai posisinya, berlaku tidak benar. Bisa seperti kain yang membunuh adiknya. Atau seperti Ruben, sehingga keperkasaan, kebanggan diberikan kepada Yehuda (Kejadian 49:4-11). Sementara dalam kasus Esau, dia tidak menghargai hak kesulungannya yang sejatinya sangat berharga. Sehingga Esau dengan mudahnya, menghina dengan menggantikan hak kesulungannya dengan roti dan masakan kacang merah (Kejadian 25:29-33).
Pertanyaan mengapa Ishak dan Ribkah bisa lupa mengajarkan soal hak kesulungan, dugaan ini tidaklah tepat. Soal hak kesulungan, pertama; Itu sudah ada sejak era Kain, yang dituturkan terus menerus dari keturunan kepada keturunan. Kedua; jika itu adalah kelalaian Ishak, Ribkah, maka dialog Yakub dan Esau pasti tidak seperti tercatat. Sangat jelas Esau tahu soal hak kesulungan, tetapi tidak menghargainya, demi keinginannya atas sup kacang merah. Disisi lain, Yakub sangat menginginkan hak kesulungan yang memang bisa dipindahkan jika hidup anak sulung tidak benar. Dan, ketiga; Esau terhukum karena menganggap rendah hak kesulungannya. Jika dia tidak tahu, tentu dia tidak layak dihukum. Sementara masalah kebohongan Ribkah, jelas tindakannya salah dan mengakibatkan anak kembarnya bermusuhan. Begitu juga dengan kebohongan Yakub, dan untuk itu dia menerima akibatnya dalam kehidupan keluarganya. Ishak dan Ribkah memang sudah tahu sejak awal, Firman Allah soal yang tua akan menjadi hamba yang muda (Kejadian 25:23).
Cobalah bandingkan dengan kasus anak Yusuf yang diberkati Yakub. Efraim yang bungsu justru menerima berkat kesulungan, dan bukan Manasye (Kejadian 48:16-20). Tak perlu ada kebohongan, kuasa Allah lebih dari segala rencana manusia. Allah berdaulat memberikan berkat NYA, dan DIA memimpin orang percaya menjalankan perannya. Akhirnya, dari kasus-kasus yang ada di Alkitab, maka amatlah jelas apa yang menjadi ketetapan Allah, dan DIA tidak membutuhkan bantuan manusia untuk menggenapinya. Namun DIA melibatkan manusia dalam rencana NYA, itulah kehormatan yang luar biasa. Demikianlah jawabannya Willy. Tuhan menolong kita.