Jangan Sampai Terjebak Di Comfort Zone Anda!

Terhadap peluang untuk keluar dari Comfort Zone, ada kemungkinan kita tidak mau meresponi dengan melangkah keluar, dan memasuki situasi yang baru. Dalam kehidupan peluang-peluang itu banyak dan beragam. Misalnya, dalam pekerjaan ada tawaran promosi tapi kita tolak karena kita takut tidak bisa memiliki kinerja yang baik; ada peluang di perusahaan lain tapi menuntut tanggung-jawab yang lebih besar; ada tawaran mengikuti pendidikan yang lebih tinggi tapi ini berarti selama masa pendidikan tidak menerima berbagai tunjangan dan tidak ada kenaikan pangkat. Bagi seorang hamba Tuhan ada tawaran melayani di gereja yang kecil tapi dengan tanggung jawab yang lebih besar; atau panggilan melayani ke pulau lain atau tempat yang jauh dari rumah sekarang; atau kepada tugas pelayanan yang berbeda.

Ketika orang terus menghindar dari peluang-peluang yang terbuka, maka jelas dia tidak akan pernah mengalami kehidupan yang melampaui realitas hidupnya yang sekarang. Dia tidak pernah mengalami pekerjaan dengan tanggung-jawab yang lebih luas, tidak pernah mengalami bekerja di tempat lain, tidak pernah mengalami pendidikan yang lebih tinggi dan peluang karir yang lebih besar ke depannya. Bagi hamba Tuhan yang menutup peluang perubahan pelayanan, maka dia tidak pernah mengalami tanggung-jawab yang lebih besar di gereja lain, dan memimpin suatu gereja untuk berkembang. Dia tidak pernah akan mengalami pelayanan di tempat lain; atau dalam tugas yang lain, yang mungkin lebih sesuai dengan talentanya sehingga berpeluang mengalami keberhasilan yang lebih lagi. Mereka hanya melanjutkan kehidupan yang sedang mereka jalani. Kemungkinan tugas dan kehidupan itu menjadi membosankan karena tidak memiliki tantangan yang sebenarnya dia sudah lebih siap untuk menghadapi.

Bagi orang percaya, meninggalkan Comfort Zone sebenarnya adalah 'wajib', karena Tuhan menghendaki kita untuk terus bertumbuh dan bahkan dengan target 'sempurna.' "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna." Matius 5:48. Tanpa melangkah dalam tuntunan Tuhan, maka proses penyempurnaan yang dikerjakan Allah menjadi terhenti. Menanggapi panggilan-panggilan baru itu juga menjadi bagian wujud iman percaya kita kepada Allah. Sementara sebagai orang percaya, semua hidup kita haruslah dilandaskan pada iman (2 Kor 5:7).

Bertahan dalam Comfort Zone, banyak disebabkan karena rasa takut dan khawatir menghadapi situasi yang baru, sehingga orang kehilangan rasionalitasnya. Dalam Perjanjian Lama kita membaca kisah 12 mata-mata Israel yang dikirim oleh Musa untuk menyelidiki Tanah Kanaan yang Tuhan janjikan kepada Israel (Bilangan 13, 14). Mereka melihat tanah itu sungguh-sunguh bagus, yang 'berlimpah-limpah susu dan madunya.' Namun ketakutan terhadap tantangan musuh yang menguasai tanah itu dan Comfort Zone dengan situasi di Mesir dan padang, yang sangat buruk sekali pun, membuat mereka kehilangan kemampuan berpikir yang wajar dan optimis.

Mereka tidak bisa melihat betapa keadaan mereka akan jauh lebih baik di Tanah Kanaan dan untuk menghadapi musuh, mereka tidak bisa memikirkan bahwa itu hal kecil bagi Allah, yang telah menolong mereka menghadapi tantangan-tantangan yang jauh lebih besar sebelumnya. Allah telah mengalahkan Mesir dengan 10 tulah yang hebat untuk membebaskan Israel; menyeberangi Lautan Teberau dengan membelah laut itu sehingga mereka bisa berjalan, dan setelah mereka lewat, Tuhan menenggelamkan tentara Mesir yang mengejar mereka. Tuhan telah memeliharakan mereka dengan memberikan makanan manna yang ajaib. Orang yang berpikir normal, seperti Kaleb dan Yosua, percaya mengalahkan bangsa-bangsa yang menduduki Tanah Kanaan adalah kecil bagi Allah mereka yang besar.

Tidak saja orang yang terjebak dalam Comfort Zone bisa kehilangan kemampuan berpikir mereka tapi juga bisa membuat mereka meninggalkan prinsip-prinsip kebenaran yang selama itu mereka pegang. Dalam kisah pengintaian itu, untuk menolak memasuki Tanah Perjanjian, para pemimpin Israel itu sampai melaporkan 'kabar busuk,' laporan palsu bahwa negeri itu 'memakan penduduknya' dan semua penduduknya tinggi-tinggi dan raksasa. Kita sering merekayasa alasan untuk menolak suatu penugasan baru padahal kita tahu itu tidak benar.

Kesimpulannya, kita tidak bisa maju ketika kita tidak bersedia meninggalkan Comfort Zone kita memasuki tantangan-tantangan baru yang Tuhan hamparkan ke hadapan kita. Secara pribadi kita tidak bisa mengalami pertumbuhan dalam iman dan kehidupan kita. Pelayanan tidak berkembang, dan berhenti pada tingkat yang macet sementara Tuhan menyediakan tantangan pelayanan yang lebih lagi. Peluang pelayanan tidak diambil, sehingga 'tuaian banyak tapi pekerja sedikit' (Lukas 10:2). Gereja tidak menjangkau ladang yang sudah menguning, karena tidak pergi, keluar dari Comfort Zone untuk memenuhi panggilan Tuhan. Kita tidak menjadi mitra Allah yang berkembang.

Bagaimana dengan kita sebagai orang percaya? Apakah mau terus tinggal dalam kenyamanan kita, atau siap keluar untuk kehidupan yang 'penuh kelimpahan' (Yoh 10:10) yang Tuhan siapkan, tapi perlu langkah iman untuk meraihnya? Pikirkan potensi yang bisa kita gapai dan Allah kita yang penuh kasih karunia dan berkuasa untuk menolong kita memasuki zona tantangan baru kita. Mari kita terus bergerak dalam tuntunan-Nya. Tuhan Yesus memberkati!

Recommended For You

About the Author: Reformata

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *