“Kasih itu Murah Hati”

“…kasih itu murah hati… 1 Korintus 13:4

Pada tulisan sebelumnya kita sudah mulai membahas 1 dari 15 atribut kasih agape – dalam bentuk kata kerja, yang mendefinisikan kasih dalam 1 Korintus 13:4-7. Dalam kesempatan ini kita akan membahas kata kerja kedua, yaitu ‘Kasih itu Murah Hati.’

Di masyarakat yang semakin modern ini, kemurahan-hati semakin sulit ditemukan: orang saling mengabaikan, tidak mau menyapa lebih dahulu, tidak saling melempar senyum, apa lagi menolong, sebaliknya orang mudah menghakimi, mengritik, memaki dengan kasar, berkelahi, dsb. Orang fokus hanya pada kepentingan sendiri. Orang semakin jauh dari sikap murah hati, semakin jauh dari kasih. Karena mengasihi itu utama bagi kita orang percaya, kita seharusnya mau memahami arti kebaikan hati dan bertumbuh di dalamnya.

Mengapa orang percaya bersikap murah hati? Pertama, karena kasih adalah perintah utama, dan murah hati adalah satu wujud dari mengasihi, maka orang percaya sejati bermurah-hati. Dan karena Allah demikian perhatian terhadap pembangunan karakter kemurahan hati anak-anak-Nya, Dia sedang membangun kemurahan-hati, sebagai bagian dari buah Roh (Gal 5:22-23) – buah yang menjadikan orang percaya bertumbuh menjadi semakin seperti Kristus dalam karakter. Di samping itu, kemurahan adalah bagian dari karakter Allah, bahkan kemurahan ada pada pusat karakter-Nya (Keluaran 34:6). Sementara kita diciptakan dalam gambar Allah dan sedang dipulihkan kepada gambar itu.

Bagaimana bermurah-hati? Kemurahan hati datang dari dalam (hati) dan diwujudkan dalam tindakan luar yang sesuai; dan tindakan itu termasuk dalam berkata-kata, memberi dan melakukan sesuatu untuk penerima kemurahan: memberi dorongan, penghiburan, sapaan, pujian, nasehat dan bahkan koreksi; di samping memberi finansial, materi, pertolongan, perhatian, dll sesuai kebutuhan. Karena itu tindakan kemurahan melibatkan pengorbanan baik materi mau pun waktu.

Orang percaya secara aktif mencari kesempatan untuk menunjukkan perbuatan murah hati. Karena itu ketika kita melihat satu peluang, kita bertindak dengan cepat sebelum kesempatan itu menghilang. Kita murah hati dimulai terhadap orang-2 yang dekat dengan kita: keluarga, teman tapi juga dengan setiap orang (Lukas 6:31-34) – bahkan termasuk terhadap ‘musuh’ kita.

Motivasi kita berbuat kemurahan bukan untuk membuat orang kagum (Mat 6:1-4) atau berharap balasan orang – jika demikian kita sudah mendapatkan pahalanya, bahkan dicela Allah karena dipandang munafik; tapi untuk menyenangkan hati Allah – yang akan membalasnya. Kemurahan yang sejati tidak mengharapkan balasan dari orang lain tapi hanya dari Allah.

Bagaimana kita menumbuhkan kemurahan hati? Pertama, tentu melalui doa. Karena Allah-lah yang mengembangkan buah Roh kemurahan dalam diri kita, karena itu kita minta Allah melalui doa untuk mengembangkan buah kemurahan itu dalam diri kita. Bagian kita adalah ikut pada pimpinan-Nya dan taat pada perintah-perintah-Nya.

Berikut, ingat kebaikan dan kemurahan-Nya yang dapat kita ketahui dari Firman dan pengalaman kebaikan-Nya dalam hidup kita. Kemurahan Allah terbesar ditunjukkan dengan kematian Kristus di kayu salib. Biarlah kemurahan Allah memotivasi kita untuk bertumbuh dalam kemurahan kita kepada orang lain (Efesus 4:32). Satu cara adalah dengan membaca dan melakukan meditasi Firman Tuhan, yang berbicara tentang kebaikan dan kemurahan-Nya. Kita juga mengingat kemurahan Allah yang kita alami. Kita bisa bersaksi tentang kebaikan-kebaikan Allah itu.

Harapkan pahala dari Allah. Dalam melakukan kemurahan kepada siapa pun, kita tidak boleh mengharapkan untuk mendapatkan sesuatu dari mereka (Luk 6:35-36); tapi kita bisa mengharap untuk menerima pahala dari Allah, sebab Dia berjanji untuk membalas mereka yang murah hati. Lihat Amsal 19:17; 19:17; Ibrani 6:10; dsb.).

Perbuatan kemurahan menuntut pengorbanan. Kita bisa belajar mewujudkan kemurahan dengan memberi kepada mereka yang membutuhkan dengan berkorban. 2 Kor 8:1-2.  Yesus adalah contoh memberi yang berkorban paling besar sebab pengorbanan yang terbesar dengan memberikan diri hingga nyawa-Nya. Dengan memberi dengan berkorban kita meneladani Yesus dan melatih diri untuk bertumbuh dalam ‘kemurahan’ dan kasih-Nya. Dan memberi tidak sekedar finansial, tapi kita bertumbuh dalam kemurahan dengan memberi waktu, perhatian, tenaga, pengetahuan, relasi, dan lain-lain untuk menolong orang lain yang membutuhkan.

Kemurahan lain yang bisa kita lakukan adalah berkata-kata kebaikan, yang dapat kita lakukan, dan sering menjadi sangat berarti bagi orang lain (Amsal 12:25). Kita tidak tahu beban yang dialami orang hari ini dan dalam berbicara kita bisa menambah beban mereka dengan kata-kata kita yang pedas atau melemahkan, atau kita berbicara kata-kata yang baik kepada mereka dalam pergumulan mereka untuk mengangkat dan membahagiakan mereka. Mari melatih untuk selalu berbicara kebaikan untuk memberkati orang-orang lain.

Sebagai orang percaya marih kita hidup dan bertumbuh sebagai orang-orang yang ‘pemurah’ kepada orang lain. Mari kita menjadi seorang yang pemurah melalui: perkataan, perbuatan, harta, talenta dan waktu kita. Jangan sia-siakan kesempatan untuk berbuat kemurahan mulai hari ini! Tuhan Yesus memberkati!

Ev. Harry Puspito

Recommended For You

About the Author: EV. Harry Puspito

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *