Masih Ada Harapan

Tetapi harta ini kami miliki dalam bejana tanah liat, supaya nyata bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak hancur terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa. (2 Korintus 4:7-9)

Beberapa waktu lalu, negeri kita dikejutkan dengan berita meninggal dunianya satu keluarga (ayah, ibu dan dua anak) dengan cara melompat, dari lantai 22 sebuah apartemen di wilayah Jakarta Utara. Mereka melompat bersama-sama. Tangan ayah dan putrinya terikat. Pun demikian dengan tangan ibu dan putranya.

Keluarga ini dikenal tertutup. Dua tahun sudah tidak berkomunikasi dengan keluarga besarnya, dan kedua anaknya pun sudah setahun tidak lagi bersekolah. Penyelidikan masih terus dilakukan, apakah ini murni kasus bunuh diri atau bukan. Bukti-bukti yang dihimpun, masih sangat terbatas. Motifnya pun masih belum ditemukan.

Tindakan mengakhiri hidup, dimulai dari pikiran yang sudah kehilangan harapan. Putus asa dan pupus asa. Pikiran dan perasaan yang buntu, pada umumnya disebabkan karena keadaan yang tidak sesuai dengan harapan dan Impian. Semakin besar perbedaan antara kenyataan dan harapan, maka semakin berat pula beban yang dirasakan.

Setiap orang tentu pernah mengalami goncangan perasaan, karena hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan perencanaan. Mungkin saja karena kurang matangnya sebuah rencana atau juga karena ada faktor eksternal, yang terjadi di luar perkiraan.

Yang menjadi pertanyaan, apakah masih ada harapan, walaupun hidup dijejali dengan kesusahan bahkan kegagalan? Harapan akan selalu ada, bagi orang yang percaya dan memercayakan hidupnya pada Tuhan. Tuhan adalah sumber kekuatan dan pengharapan. Selama orang percaya terus bergaul karib dengan Tuhan, maka kekuatan dan pengharapan akan terus ditambahkan oleh Tuhan.

Rasul Paulus benar-benar menyadari bahwa Tuhan adalah sumber kekuatan sejati yang berlimpah-limpah. Itulah yang membuatnya tidak pernah menyerah dalam kehidupan. Bukan karena ia kuat, melainkan karena rasul Paulus mengandalkan kekuatan dari Tuhan. Ia sendiri menyebut diri sebagai bejana tanah liat. Ini adalah kerendahan hati sekaligus kesadaran diri di hadapan Tuhan.

Rasul Paulus dan banyak tokoh Alkitab lainnya banyak menjalani kesulitan kehidupan. Menderita sakit, dipukul, dicambuk, dipenjara, dipatuk ular, karam kapal, kelaparan, difitnah, bahkan sampai dibunuh oleh karena kebenaran Injil yang terus diimani dan diberitakan. Apakah itu semua membuat putus asa? Jelas tidak! Hidup dalam kebenaran tidak mengecewakan. Tidak selalu menyenangkan, namun tidak pernah hilang harapan. Bahkan ancaman kematian pun merupakan sebuah kemuliaan bagi Tuhan (2 Korintus 4:16-18).

Doa yang terus dipanjatkan dan firman Tuhan yang terus direnungkan dan dilakukan dengan taat, adalah langkah terbaik dan konkret untuk tetap memiliki pengharapan. Langkah tersebut akan sangat membantu akal pikiran untuk menemukan solusi, yang tidak bertentangan dengan kehendak Tuhan. Hati dan perasaan juga, tidak mudah terguncang keadaan.

Mentor, konselor maupun komunitas orang percaya, juga diperlukan untuk dapat memberikan masukan, teguran dan dorongan, agar pengharapan tidak padam, walaupun situasi kehidupan kadang mencekam. Karena masa depan, sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang. (Amsal 23:18)

Aahh, SUP ini nikmat, juga hangat. Aromanya sungguh memikat. Suguhan yang lezat dan bermanfaat. Berguna untuk di dunia sampai di akhirat. Lebih asyik jika dinikmati bersama sahabat dan orang-orang terdekat. Nikmati perlahan-lahan agar lebih melekat. Kiranya para pembaca beroleh berkat, melalui setiap makna yang tersurat dan tersirat.

Masih ada harapan di dalam Kristus Tuhan, wahai sahabat!

Recommended For You

About the Author: Pdt. Gelen Marpaung

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *