Kasih Tidak Cemburu

“Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.” 1 Korintus 13:4-7

Pada tulisan sebelumnya kita sudah membahas 2 dari 15 atribut kasih pertama, yang berbentuk kata kerja positif,  yaitu definisi kasih agape dari 1 Korintus 13:4-7. Dalam kesempatan ini kita akan membahas kata kerja ke 3 atau kata kerja negatif pertama dari 7 kata kerja negatif tentang kasih agape itu, yaitu ‘Kasih tidak cemburu.’

Apa Itu cemburu? Dalam Bahasa asli Alkitab Perjanjian Baru, yaitu Bahasa Yunani, ‘tidak cemburu’ adalah ‘ou zēloi’ yang berarti menginginkan dengan berlebih, atau terbakar dengan cemburu, atau mendidih dengan iri hati. Cemburu adalah ketidakpuasan atau kebencian terhadap seseorang yang memiliki sesuatu yang Anda sangat inginkan. Cemburu adalah kemarahan atas kebaikan pada orang lain dan keinginan untuk merebutnya. Berbeda dengan iri (jealous), yang sekedar menginginkan milik seseorang, cemburu ingin memiliki apa yang orang lain miliki dan mengambil dari orang itu.

Cemburu adalah keinginan seseorang yang berlebih terhadap sesuatu yang dimiliki orang lain, bisa berupa apa saja seperti harta, pengakuan atau hal-hal lain yang meningkatkan ego. Cemburu timbul dari membandingkan diri dengan orang lain sehingga menginginkan apa yang orang lain itu miliki dengan tujuan meningkatkan egonya. Cemburu membuat seseorang tidak menyukai orang itu karena dia memiliki sesuatu itu. Sebenarnya cemburu kurang terkait dengan obyek cemburu itu sendiri tapi lebih karena status atau nilai yang dikaitkan dengan memiliki obyek itu. Cemburu adalah sikap hati dari dalam yang dapat menyebabkan banyak sikap negatif lain dan tindakan buruk eksternal. Cemburu bisa memicu perselisihan, kemarahan, dan perpecahan hubungan.

Kisah Yusuf dan saudara-saudaranya dalam Perjanjian Lama menggambarkan sifat cemburu yang merusak itu. Mereka membenci Yusuf karena ayah mereka lebih menyayangi Yusuf. Mereka menunjukkan sikap bermusuhan terhadap Yusuf. Pada satu kesempatan mereka memcoba membunuh Yusuf dengan memasukkan ke sumur, tap akhirnya menjual kepada orang-orang Ismael sebagai budak di Mesir. Kecemburuan menyebabkan keinginan akan kehancuran orang lain. Dia tidak menginginkan orang-orang berhasil dalam hidup mereka.

Kita tidak cemburu dengan semua orang tapi cenderung cemburu dengan mereka yang kita pandang setara dan terkait dengan bidang-bidang kehidupan yang kita hargai. Seseorang, misalnya, tidak akan cemburu dengan pemain olah raga professional yang berkiprah internasional. Tapi sebagai pembicara seminar, dia bisa cemburu dengan pembicara lain di areanya, yang dia kenal, yang menunjukkan popularitas yang lebih. Karena itu kita harus hati-hati dengan orang-orang yang di sekitar kita seperti itu.

Dari mana timbul sikap cemburu pada diri seseorang? Pada akhirnya cemburu adalah dari keinginan orang untuk lebih hebat dari orang lain, dan merasa kecewa ketika orang lain tampak lebih berhasil. Berarti akar dari cemburu adalah dari membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Ketika cemburu terjadi maka dia bisa membangkitkan rasa benci, pahit dan marah terhadap orang yang terkait. Tidak hanya itu cemburu bisa mewujudkan tindakan-tindakan untuk merendahkan orang, menjatuhkan, mengharapkan kemalangan dan bahkan kematian orang itu. Alkitab menggambarkan cemburu adalah emosi yang jelek dan menyebabkan orang merasa tidak puas, berpikiran negatif dan kemarahan. Jelas semua ini berlawanan dengan kasih yang fokus pada kebaikan orang lain.

Untuk melawan cemburu jelas tidak cukup dengan nasehat ‘jangan cemburu.’ Kita perlu memahami akar dari cemburu – nilai diri, dan usaha mencari nilai diri yang rohani dan sehat. Kita perlu memahami sebagai orang percaya kita berharga tidak dari diri sendiri atau manusia lain, tapi dari Allah, Sang Pencipta. Nilai diri kita adalah dari menjadi anak Allah yang Dia kasihi. Kasih Allah kepada anak-anak-Nya tidak bergantung kepada kehebatan atau prestasi mereka, tapi karena Allah memang adalah kasih dan kita ciptaan yang Dia memang kasihi.

Selanjutnya sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk mengasihi sesama, dan satu aspek dari mengasihi dengan kasih agape adalah tidak cemburu terhadap sesama. Karena itu kita harus melawan cemburu ketika timbul dalam diri kita. Bagaimana kita melawan kecemburuan dalam diri kita? Satu langkah, sebagai manusia yang masih berdosa, kita harus dengan rendah hati mengakui memiliki kecenderungan cemburu. Kita harus melihat cemburu adalah dosa, karena Firman menyatakan demikian. Ketika kita jatuh dalam dosa cemburu, kita meminta pengampunan-Nya dan bertobat.

Kita perlu terus mengingat kebaikan Allah yang menyediakan pengampunan atas dosa secara cuma-cuma. Keyakinan yang kuat akan kasih dan kebaikan Allah akan menolong mengusir kecemburuan dalam diri kita. Kita perlu menyadari akibat dari cemburu yang sangat merusak, baik dalam diri sendiri mau pun kepada orang lain. Cemburu membawa rasa ketidak-puasan, tidak bersyukur, benci dan merusak hubungan kita dengan Tuhan. Cemburu juga potensi membuat kita melakukan perbuatan-perbuatan jahat kepada orang lain.

Mari kita fokus pada mengerjakan tugas-tugas panggilan kita dengan tulus, dengan tanggung jawab dan dengan kasih. Kita memohonkan kepenuhan Roh Kudus agar dimampukan menjalankan berbagai tugas dengan kasih.

Kita melatih diri tidak cemburu dengan menyerang pada akarnya, ego dan kesombongan. Karena itu kita mengembangkan sikap menyangkal diri dan rendah hati. Kita belajar dari teladan Kristus bagaimana Dia mengosongkan diri dan bersikap rendah hati dalam kehidupan-Nya di bumi seperti dicatat dalam Injil. Dia selalu fokus kepada kehendak Bapa-Nya dan kebutuhan manusia-manusia yang Dia jumpai.

Sebagai penutup, kita diingatkan bahwa setiap orang memiliki keinginan-keinginan kuat yang mudah dirusak oleh dosa menjadi apa yang Alkitab sebut sebagai ‘cemburu.’ Mari kita arahkan keinginan-keinginan kita itu untuk mencari Kerajaan Allah dan segala kebenaran-Nya. Maka kita akan memusatkan perhatian kita pada kebaikan orang lain, tidak kepada diri sendiri.

Mari kita mencari kepuasan diri pada melakukan kehendak-Nya. Dengan demikian kita akan hidup dalam kasih sejati kepada Allah dan sesama. Pada akhirnya hidup kita akan menyenangkan Dia dan memuliakan Allah. Tuhan Yesus memberkati!

Recommended For You

About the Author: EV. Harry Puspito

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *