Kasih tidak Memegahkan Diri

“Ia tidak memegahkan diri…” 1 Korintus 13:4

Di masa sekarang, orang menekankan pentingnya diri sendiri, meletakkan kepentingan diri sendiri paling utama; mengekspresikan ego mereka melalui media social dengan memamerkan kehidupan mereka. Ini adalah sikap dan perbuatan yang bacaan kita sebut sebagai ‘memegahkan diri.’

Ada orang yang seperti bekerja keras untuk kasih, tapi bisa jauh dari kasih sesungguhnya. Mereka melakukan perbuatan-perbuatan kasih itu untuk pujian. Ini bukan kasih tapi perbuatan mencari kemuliaan diri dengan penampilan kasih. Alkitab menegaskan kasih sejati tidak memegahkan diri, tidak sombong dan mengutamakan orang lain.

Frasa ‘memegahkan diri’ dalam bacaan kita asalnya berarti: “menumpuk pujian pada diri sendiri” atau menjadi “kantong angin” – berbicara dengan sombong, membual atau menyombongkan diri. Kata ini dipilih untuk menekankan konotasi negatif memegahkan diri, yang menghubungkan dengan kesombongan dan mementingkan diri sendiri.

Orang yang menyombongkan diri suka memastikan bahwa semua orang mengetahui apa yang dia miliki atau apa yang telah dia lakukan. Memegahkan diri adalah upaya untuk mendapatkan pengakuan atau menarik perhatian orang pada diri mereka. Ini adalah upaya untuk membuat Anda tampak lebih penting dan membuat orang lain kurang.

Pada era digital dengan media sosial kita terdorong untuk memamerkan kehidupan kita, bahkan memoles untuk tampil lebih baik – dengan mudah. Kita memamerkan apa yang kita makan, dimana, dengan siapa; tempat yang kita kunjungi, keluarga kita, gereja kita, dll. Kita ingin orang melihat ‘kehebatan’ kita dan membuat orang-orang lain cemburu dengan apa yang kita miliki dan alami.

Sebenarnya kita bisa menerima segala berkat itu, menggunakan atau mengerjakan, tanpa memegahkan diri tapi dengan ucapan syukur. Kasih sejati tidak menjadikan pencapaian kita berhala atau pameran di depan publik tentang diri kita. Kasih tidak mempromosikan nilai diri. Namun kedagingan manusia menjadikan apa saja yang kita lakukan melenceng menjadi dosa.

Tidak memegahkan diri bukan berarti kita rendah diri. Bukankah kita diciptakan sesuai dengan gambar Allah (Kejadian 1:27). Kita bisa berpikir diri tinggi karena hal itu, tapi tidak berpikir lebih dari yang patut kita terima (Roma 12:3).  Mengasihi dengan tidak memegahkan diri, berarti kita mengasihi dengan memahami kelemahan kita, menghormati orang lain, dan menjaga rasa kagum kita pada hadirat Allah yang gambar-Nya kita miliki itu.

Mengapa Paulus menulis tentang kasih, ‘kasih yang tidak memegahkan diri’ ini? Kalau dibaca pasal-pasal sebelumnya, latar belakangnya bukan tentang pernikahan, tapi menjawab persoalan-persoalan kehidupan jemaat Korintus, bagaimana mereka memperlakukan satu dengan yang lain, bagaimana mereka membanggakan diri tentang banyak hal.

Ada yang membanggakan pemimpin kelompok mereka – Saya pengikut Apolos. Saya pengikut Petrus. Saya pengikut Kristus. Dengan menjadi pengikut pemimpin tertentu, mereka menyatakan paling unggul dalam kerohanian mereka. Sikap memegahkan diri diikuti mencari pendukung dan akhirnya terjadilah kelompok-kelompok dan perpecahan di jemaat (pasal 1-3). Jemaat Korintus membanggakan karunia-karunia rohani yang bisa mereka pamerkan – Saya berbahasa roh (pasal 12). Berbagai kesombongan ini dan berbagai masalah lain-lain dijawab Paulus dalam pasal 13, dengan kasih sebagai koreksi yang tepat. Dan menurut pasal 4, kasih tidak memegahkan diri. Dalam kasih tidak ada kesombongan.

Tindakan-tindakan sombong jemaat Korintus itu juga bisa kita lihat pada orang-orang Kristen masa kini. Daripada hidup dengan kesabaran dan kebaikan hati (1 Kor 13:4), banyak orang-orang Kristen membanggakan pemimpin atau denominasi mereka, mengkritik pemimpin mereka, mempromosikan perpecahan, membanggakan kerohanian mereka, dsb.

Sebenarnya semua yang kita terima atau alami itu bisa baik kalau apa yang Tuhan anugerahkan itu, kita terima dengan ucapan syukur. Paulus menyatakan kalau ada yang mau bermegah, bermegahlah dalam Tuhan. Paulus melanjutkan, bukan mereka yang memuji dirinya yang diterima Tuhan, tapi mereka yang Tuhan puji. Kasih tidak memegahkan diri, tapi memegahkan Allah.

Kasih sejati atau kasih agape berakar kepada penyangkalan diri, dan dengan rendah hati fokus pada orang yang dikasihi, tidak pada diri sendiri. Dengan hati yang dipenuhi dengan kasih kepada Allah dan sesama, fokus orang adalah keluar, tidak ke dalam – tidak kepada memegahkan diri. Sementara seorang pembual mementingkan dirinya sendiri, mengagung-agungkan prestasinya sendiri, dan sibuk meninggikan diri sendiri hingga tidak memperhatikan orang lain. Jika kita mengasihi seseorang maka kita memutuskan untuk mengusahakan kebaikan orang itu dengan kasih dan tanggung-jawab. Filipi 2:3 memberitahu kita untuk dengan rendah hati memandang orang lain lebih utama dari diri sendiri. Pada akhirnya memegahkan diri adalah merupakan perbuatan dosa karena tidak memuliakan Allah tapi meninggikan diri.

Ia (kasih) tidak memegahkan diri…”1 Korintus 13:4. Kasih sejati, kasih agape, beraksi dengan diam-diam. Dia tidak perlu kepuasan diri untuk hasilnya atau sorotan atau perhatian orang untuk mengerjakan yang terbaik. Kasih bertindak bukan karena pujian tapi karena dia memang suka memberi dan siap berkorban untuk menyenangkan hati Allah.

Obat memegahkan diri adalah kasih yang rendah-hati. Alkitab mendorong orang Kristen untuk membangun sikap rendah hati, melihat diri seperti Allah melihat kita dan sesama, dan mengakui ketergantungan mereka kepada Tuhan. Fokus pada sikap bersyukur dengan segala yang Tuhan anugerahkan kepada kita. Daripada bermegah dengan apa yang kita terima, sebaiknya kita mensyukuri segala berkat yang telah kita terima.

Ketika kita mengalami berkat-berkat-Nya, mari kita bermegah dalam Tuhan, dengan mengembalikannya kepada kemuliaan-Nya, Allah sumber anugerah dan berkat. Kita gunakan karunia dan talenta Anda terima untuk melayani. Kasih Kristen sejati memotivasi kita untuk menggunakan kemampuan dan kesempatan kita untuk menjadi berkat bagi orang lain. Tuhan Yesus memberkati!

Recommended For You

About the Author: EV. Harry Puspito

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *