Tujuh Dosa Maut

Oleh: Harry Puspito

Dosa dan maut adalah tema penting dalam Alkitab yang menjadi masalah besar manusia dan Allah yang mengasihi ciptaan-Nya itu. Oleh karena itu tidak heran Alkitab banyak berbicara tentang dosa dan memperingatkan manusia akan bahaya dosa. Tidak heran para bapa gereja memikirkan bagaimana memahami dan mengajarkan tema dosa ini kepada umat. Tujuh dosa maut (TDM) atau dalam Bahasa Inggris Seven Deadly Sins tidak dikenal dalam Alkitab, namun konsep ini sudah dikenal lama, dan masih terus dipakai oleh gereja untuk mengajarkan masalah dosa kepada jemaat dan menghindari melakukan dosa-dosa itu. Mereka membagi dosa menjadi dua jenis, yaitu dosa mematikan dan dosa ringan. Bagi para bapa gereja itu menggunakan TDM sebenarnya bukan dosa-dosa yang mematikan namun menjadi jalan kepada dosa-dosa yang lebih serius, dan yang berlawanan langsung dengan ajaran Katolik lain, yang Tujuh Kebaikan Katolik atau Seven Virtues of Catholicisme, yaitu Chastity (kesucian), temperance (kesederhanaan), liberality (kemurahan hati), diligence (kerajinan), patience (kesabaran), kindess (kebaikan) dan humility (kerendahan hati).

Tampaknya daftar dosa dalam TDM itu mengalami perubahan, namun pada sekitar abad 6 Paus Gregory adalah yang pertama kali merevisi daftar TDM itu memasukkan dosa-dosa yang kita sekarang kenal, yaitu pride (kesombongan), envy (iri hati), wrath (kemarahan), greed (ketamakan, serakah), lust (nafsu birahi), sloth (kemalasan), gluttony (rakus). Mereka meyakini, TDM ini yang mendasari dan menumbuhkan dosa-dosa yang lain. Ketujuh dosa ini dianggap berbahaya sebab mereka memiliki sifat yang sangat merusak. Dan dosa-dosa itu cenderung menjebak seseorang yang melakukan ke dalam dosa-dosa yang lain.

Para bapa gereja mula-mula mengajarkan TDM sebagai dosa utama atau kejahatan besar dan lebih jauh mengajarkan bahwa dosa-dosa itu tidak bisa diampuni. Sudah barang tentu pengajaran ini tidak (sepenuhnya) sesuai dengan pengajaran Alkitab. Tanpa anugerah pengampunan dari Allah, jangankan TDM, semua dosa apapun, membawa kepada maut (Lihat Roma 6:23). Manusia memiliki keinginan-keinginan yang sudah dirusak oleh dosa sehingga mudah sekali jatuh dalam cobaan yang menjatuhkannya dalam perbuatan dosa, dan kalau sudah demikian, maka menurut Alkitab akan membawa maut (Yakobus 1:15).

Dan sebagai turunan Adam dan Hawa semua manusia telah jatuh dalam dosa sehingga semua manusia potensi mengalami maut. Namun Puji Tuhan, karena karya Allah Tritunggal, manusia mendapatkan kesempatan menerima anugerah Allah melalui pengorbanan Kristus di kayu salib. Ketika kita menerima anugerah itu, maka bagi Allah kita tidak ada dosa yang tidak bisa diampuni sejauh seseorang menerima anugerah keselamatan Yesus dan mengakuinya (1 Yoh 1:9). Yesaya 1:18b menegaskan: “Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu w  domba.”

Namun menurut Alkitab ada dosa yang tidak bisa diampuni adalah penolakan total terhadap anugerah Allah, yang adalah pemberontakan terhadap Allah dan dikenal dengan ‘menghina Roh Kudus.’ Sebab itu Aku berkata kepadamu: Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni.’ (Matius 12:31). Ketika seseorang terus menerus menolak keselamatan dari Allah yang terus menerus ditawarkan oleh Roh Kudus kepada seseorang hingga akhir hidupnya, maka memang tidak ada lagi jalan bagi dia untuk menerima pengampunan dan mendapatkan tempat di Kerajaan Allah.

Namun dalam Alkitab ada penekanan pada dosa-dosa tertentu yang Tuhan perhatikan, bahkan menyebut angka yang mirip, yaitu tujuh, seperti diungkapkan dalam Amsal 6:16-19:

‘Enam perkara ini yang dibenci TUHAN, bahkan, tujuh perkara yang menjadi kekejian bagi hati-Nya:  mata sombong, lidah dusta, tangan yang menumpahkan darah orang yang tidak bersalah, hati yang membuat rencana-rencana yang jahat, kaki yang segera lari menuju kejahatan, seorang saksi dusta yang menyembur-nyemburkan kebohongan dan yang menimbulkan pertengkaran saudara.’ Namun jelas ini tidak ada hubungan dengan TDM yang dikembangkan para bapa gereja itu.

Walau pun konsep TDM ini tidak didukung sepenuhnya oleh Alkitab, namun dosa-dosa yang didaftar memiliki referensi-referensi di Alkitab. Pemahaman konsep itu membantu mengajarkan kepada umat percaya tentang dosa, bahaya dosa dan pentingnya menghindari dosa itu dan bagaimana menghindari dosa-dosa itu. Tidak heran hingga sekarang, topik TDM masih banyak diajarkan dan dikotbahkan oleh para pemimpin gereja, tidak saja di gereja Katolik tapi juga gereja-gereja lain. Bahkan banyak tulisan dan buku tentang TDM ini yang beredar. Oleh karena itu penulis ingin memperkenalkan TDM kepada pembaca dan membahas masing-masing dosa pada kesempatan tulisan yang akan datang. Tuhan memberkati!!! (BERSAMBUNG).

Recommended For You

About the Author: Reformata

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *