Persenjatai Diri dengan Pikiran Kristus

 Pdt. Bigman Sirait

 I Pet 4: 1-3 membawa kita mengarah bagaimana Kristus mengalami pergumulan penderitaan badani, sehingga dengan demikian kita juga harus mempersenjatai diri dengan pikiran: berani menderita. Jadi, antara pikiran dan sebuah tindakan atau sebuah keberanian, itu sangat penting kita sadari bersama-sama. 

Bagaimana Kristus berpikir, seperti itulah kita mestinya berpikir. Ukuran-ukuran pikiran kita itu harus diukur dari pikiran Kristus. Apakah kita berpikir benar atau tidak, itu harus kembali kepada Kristus. Kristus menjadi tolok ukur dari seluruh pemikiran kita. Ini penting sekali kita pahami, sehingga kita tidak bisa berpikir mandiri tanpa membandingkan pemikiran itu dengan pemikiran Kristus. Karena Kristus Tuhan yang datang ke dunia sebagai manusia, menjadi satu ukuran dari seluruh manusia untuk berpikir seperti Dia berpikir.
Sebagai orang percaya, kita tidak bisa mengukur pikiran, hanya berdasarkan nilai-nilai jaman, tetapi melihat dan memahami itu berkaitan dengan penderitaan Yesus untuk menebus dosa manusia. Sehingga semangat hidup seperti itu membawa kita untuk tidak lagi melakukan apa yang tidak menyenangkan bagi Tuhan, seperti: pesta pora, mabuk-mabukan, dan sebagainya. Bisa saja teman mengatakan kalau minum-minum, mabuk-mabuk sedikit tidak apa-apa, asal tidak mengganggu orang. Silakan saja berkeyakinan seperti itu, tetapi kita tidak bisa mengukur dengan kata teman, tetapi kembali pada ukuran bagaimana Kristus menolak mabuk-mabukan, pesta pora, kepuasan hawa nafsu, dan memilih menderita. Di Taman Getsemane Yesus berkata: “Bapa kalau boleh cawan ini lalu daripada-Ku…”. Dia punya pilihan, tetapi Dia tidak menaklukkan diri pada apa yang diinginkan-Nya, tetapi sebaliknya, Kristus melawan pikiran-Nya, dan mengutamakan Tuhan: “Bukan kehendak-Ku tetapi kehendak-Mu-lah yang jadi”.
Kristus harus menjadi kekuatan pikiran kita, sehingga kita berani melawan arus, tegar dalam ukuran kebenaran tadi. Mabok sekali-kali, menurut pikiran Kristus, itu enggak benar, tetapi apakah kita memiliki kekuatan pikiran itu untuk menerobos dan melawan sehingga tidak melakukannya? Seperti Kristus di Taman Getsemane, Dia ingin lepas dari cawan, tetapi Dia menaklukkan diri-Nya. Nah, penaklukan diri ini menjadi satu kekuatan yang sangat penting kita miliki. Kekuatan untuk mengatakan “tidak” kepada pikiran yang tidak sesuai dengan yang dipikirkan Kristus, maka pilihan-pilihan, tindakan-tindakan kita, akan menyenangkan hati Tuhan. Di situlah perlunya sebuah keberanian untuk menjadi seorang Kristen. Kita mesti berani berpikir. Kalau takut berpikir, bagaimana kita melawan jaman ini, dan bertanding di dunia ini?
Ketika ukuran dari pikiran Yesus itu kita pakai, maka itulah yang akan membawa kita pada puncak pemikiran yang mungkin kita gapai. Karena itulah pikiran-pikiran kita itu akan mampu menembus kesementaraan, sehingga kita terikat dengan kekekalan di mana Allah Bapa ada. Dengan demikian, pikiran-pikiran kita akan mempunyai penghiburan yang solid sekali. Karena kita tidak terbentur kepada kesementaraan dunia, yang membuat kita takut menghadapi realita, yang membuat kita berhenti bertarung di dalam kehidupan. Tetapi kita bertarung dengan serius dan kuat, sehingga bisa menciptakan terobosan-terobosan, menggapai keme-nangan demi kemenangan untuk kemuliaan Tuhan karena kita memiliki satu pemikiran yang luar biasa yang menembus kese-mentaraan menggapai kekekalan.

Merdeka dan puas
Manusia yang tidak mengenal Kristus tentu tidak akan mampu berpikir menggapai kekekalan. Mereka hanya merekayasa kekekalan, tidak ada kepastian akan kekekalan yang diyakininya. Tetapi ketika Kristus menjadi inti daripada pemikiran kita, kita bisa menerobos kesementaraan, karena Kristus itu sudah mati dan bangkit kembali, naik ke surga dan akan datang kembali. Maka itu menjadi satu jembatan (jalan) yang luar biasa. Itu sebab Dia berkata: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup, tiada seorang pun sampai kepada Bapa bila tidak melalui Aku.”
Jadi, kekuatan-kekuatan pikiran seperti ini akan memberikan ketenangan kelegaan, di dalam hidup kita. Ini akan membuat kita jauh dari stres. Tidak tertimpa kesulitan yang mewarnai kehidupan orang-orang di masa kini. Tetapi sebaliknya kita mempunyai kemer-dekaan, kepuasan, kelegaan menikmati hidup. Tetapi, kembali kepada pertanyaan tadi: berani tidak kita berpikir seperti Kristus berpikir, menaklukkan diri sepenuhnya kepada ketetapan-ketetapan Allah?  
Betapa indahnya ketika anak-anak Tuhan mampu memainkan peran seperti ini. Betapa hebatnya ketika kita mampu menaklukkan seluruh pemikiran kita ke dalam kuasa pemeliharaan Tuhan. Apa yang Tuhan ciptakan pada diri kita: kemampuan berpikir, merasa, bertindak, itu adalah anugerah yang harus kita kembalikan kepada Tuhan sehingga kita menjadi elegan, yang punya perasaan, punya ukuran, tidak mau menang sendiri, punya pemikiran yang mampu menerobos kesementara-an, karena bisa melihat dan memikirkan kekekalan karena kuasa Tuhan. Sehingga tindakan-tindakan pun menjadi spektakuler, termasuk tindakan untuk berani membagi diri dan mengorbankan diri untuk kemuliaan Tuhan.
Sekarang bagaimana kita melihat pikiran itu sebagai senjata? Sebagaimana saya katakan tadi, memahami pikiran Kristus dalam konteks penderitaan ternyata bisa menjadi kekuatan. Hidup kita ini di dalam struktur dosa, mana ada yang tidak bermasalah. Mana ada yang tidak menderita? Semua kita akan menderita, baik fisik maupun batin. Tetapi ketika kita mengingat penderitaan Kristus di kayu salib untuk menebus dosa kita, supaya kita kuat di dalam kesulitan hidup yang diakibatkan oleh dosa, sehingga kita punya pengharapan yang kuat kepada kekekalan itu, dan kita mampu menerobos berbagai kesulitan tadi.
Nah dengan demikian, ini menjadi senjata kita. Ketika setan mulai menggoda, menjatuhkan dengan berbagai penderitaan, akhirnya kita berkompromi dengan ketidakbenaran dan kesalahan. Hancur kan? Tetapi di situlah sebenarnya kita menaruh pengharapan kepada Tuhan sehingga Dia menguatkan dan meneguhkan kita. Hanya dengan demikianlah kita bisa bertumbuh, karena mempunyai kekuatan, buah dari pemahaman akan pikiran Kristus di dalam pikiran kita.v
(Diringkas dari kaset khotbah oleh Hans P.Tan)

Recommended For You

About the Author: Reformata

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *