
Ardo. R. Dwitanto*
Reformata.com – Beberapa waktu lalu, kompetisi bulutangkis bergengsi di dunia, All England, telah bergulir. Indonesia hanya meloloskan satu pasangan ganda campuran ke final. Di final pasangan Indonesia tersebut, bertemu dengan pasangan ganda campuran Cina. Pertandingan berlangsung alot, dan di saat-saat yang menentukan pasangan ganda Indonesia memimpin cukup jauh dalam perolehan angka. Namun, pada akhirnya pasangan ganda Indonesia tersebut menyerah kalah.
Sungguh ironis! Kemenangan di depan mata, namun apa daya kemenangan akhirnya jatuh ke tangan lawan. Apa yang membuat mereka kalah? Seorang pengamat mengatakan bahwa kelelahan membuat mereka kehilangan fokus dan mulai membuat kesalahan-kesalahan sendiri sehingga lawan mengambil kendali dan meng-akhirinya dengan kemenangan. Kelelahan membuat mereka kehilangan fokus pada kemenangan.
Kejadian di atas memberikan suatu gambaran sebuah kegagalan yang disebabkan oleh kehilangan fokus akibat kelelahan. Bagaimanapun juga, kelelahan tidak dapat dihindari. Setiap orang pasti mengalami kelelahan. Namun, kelelahan bukanlah inti permasalahannya, melainkan bagaimana seseorang dapat tetap mengendalikan dirinya dalam kelelahan.
Ada beberapa tips bagaimana kita dapat tetap mengendalikan diri meski kita lelah. Namun, sebelum itu, kita perlu mendalami sumber-sumber dari kelelahan itu sendiri.
Sumber-sumber kelelahan
Pertama adalah rutinitas. Setiap orang pasti mempunyai suatu jadwal kegiatan-kegiatan yang selalu dilakukan setiap hari, setiap minggu, maupun setiap bulan. Rutinitas sangat membantu kita dalam membuat hidup terorganisir dan tertata rapi. Rutinitas dapat menolong kita untuk tidak terombang-ambing oleh kegiatan-kegiatan yang tidak jelas. Namun, rutinitas dapat menimbulkan kepenatan dan akhirnya kehilangan gairah dalam menjalankan rutinitas tersebut.
Bagaimana rutinitas dapat menimbulkan kepenatan? Orang-orang yang mengalami kepenatan dalam rutinitas mengeluhkan tidak ada hal-hal yang baru yang dapat mendorong hidupnya. Mereka kehilangan makna untuk setiap kegiatan yang mereka jalani. Mereka merasa telah terjebak di dalam suatu repetisi atau pengulangan-pengulangan yang tidak bermakna. Akhirnya, semakin lama mereka menarik diri dari rutinitas tersebut dan mencoba kegiatan-kegiatan lain yang baru.
Sumber kelelahan berikutnya adalah kegagalan yang terus-menerus. Meskipun ada pepatah, “kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda”, tetapi kegagalan yang berulang kali cenderung dipandang sebagai bukan rejekinya atau bukan jodohnya. Kegagalan yang terus-menerus sering juga diartikan bahwa sebenarnya tidak mampu dan terlalu dipaksakan. Mengapa dapat demikian?
Orang yang mengalami kegagalan berulang kali dan akhirnya menyerah tidak belajar dari kegagalan-kegagalan tersebut dan kehilangan kesabaran. Dia tidak mempunyai tim pendukung yang dapat memberikan dorongan. Dia lebih cenderung untuk mendengar suara hatinya yang telah putus asa.
Beberapa tips
Setiap orang pasti tidak dapat menghindar dari sumber-sumber kelelahan tersebut. Kita semua hidup dalam rutinitas dan senantiasa bergumul dengan kegagalan kita. Nah, sekarang bagaimana kita dapat mengatasi sumber-sumber kelelahan tersebut?
Pertama, kejar sesuatu yang baru dalam rutinitas. Rutinitas bukanlah musuh dari kreativitas. Rutinitas hanyalah suatu kendaraan bagi kita untuk hidup secara rapi. Dengan kata lain, rutinitas bukanlah inti masalahnya, tetapi sikap kita dalam menjalani rutinitas tersebut. Kita harus lebih peka dalam mengamati, mencerna semua pengalaman rutinitas kita dan pasti ada hal-hal yang baru yang dapat kita peroleh.
Di samping itu, pengulangan tidak selalu buruk. Ada seorang teman yang sering mengeluh tidak mendapatkan hal-hal yang baru dari setiap pelajaran yang diterimanya akhir-akhir ini. Dia mempelajari hal-hal yang sudah dia ketahui sebelumnya dan dia tidak perlu mempelajarinya lagi.
Kita dapat melihat pengulangan sebagai suatu reminder (peringatan). Meskipun kita sudah mengetahuinya, kadangkala kita masih belum mahir melakukannya. Kita perlu mengulang hal-hal yang kita pernah pelajari supaya kita makin mahir. Ada pepatah, “practice (repetitions) makes you perfect.”
Tips berikutnya adalah belajar dari setiap kegagalan. Kita hidup di dalam masyarakat yang sangat menjunjung tinggi kesempurnaan. Sepertinya mereka tidak memberikan ruang bagi kita untuk melakukan kesalahan. Memang sedapat mungkin kita harus menghindar dari kesalahan. Namun, dalam suatu pembelajaran, membuat kesalahan dapat menuntun kepada kesempurnaan.
Sebaiknya kita jangan terlalu tenggelam dalam kegagalan-kegagalan. Akan tetapi, kita harus berpikir secara mendalam untuk belajar dari kegagalan tersebut. Kita seharusnya mencari hal-hal apa yang perlu kita perbaiki. Tanpa kegagalan kita tidak akan pernah tahu hal-hal apa yang perlu kita perbaiki. Apa rahasia dari orang-orang yang berhasil? Bukan saja mereka pernah gagal, tetapi mereka telah mengalami kegagalan berkali-kali. Misalnya, Thomas Alfa Edison, harus menjalani percobaan sebanyak 9.998 kali sebelum akhirnya menemukan lampu pijar. Ini berarti Thomas harus mengalami kegagalan sebanyak 9.998 kali dan akhirnya pada percobaan ke 9.999 dia berhasil. Apa kuncinya? Ini yang dia katakan, “Dengan kegagalan tersebut, saya justru dapat mengetahui ribuan cara agar lampu tidak menyala.”
Tips terakhir adalah buat tim pendukung. Di setiap pertandingan olahraga, kita selalu melihat suporter dari masing-masing tim. Tim supporter akan terus-menerus meneriakkan dukungannya di tengah-tengah ejekan dari suporter lawan. Meskin tim tersebut lelah secara fisik, namun teriakan suporter mereka dapat seperti pembangkit dahaga yang sangat ampuh.
Demikian kita juga, hendaknya kita dikelilingi dengan orang-orang yang senantiasa menghujani kita dengan kata-kata yang menguatkan untuk berhasil dan fokus kepada tujuan. Kata-kata tersebut akan menjadi suatu pendorong yang sangat ampuh untuk membangunkan kita dari kelelahan.
Nah, apakah selanjutnya? Seperti yang dikatakan sebelumnya, kelelahan akan senantiasa menjadi bagian dalam kehidupan kita. Kita dapat mengatasinya. Tips-tips ini tidaklah membuat kita secara “sim salabim” akan berhasil. Kita perlu berlatih untuk mengaplikasikannya sehingga akhirnya menjadi karakter kita. Selamat berusaha!vð
Dosen UPH Business School
Email: ardo_rdwitanto@uph.edu