Jagalah Perkataanmu!

Harry Puspito
(harry.puspito@yahoo.com)*

Reformata.com – TEMA tulisan saya adalah change and grow yang seharusnya dialami oleh setiap umat bahkan setiap manusia. Sudah banyak topik tentang perubahan yang kita bahas, dan kali ini penulis ingin mengingatkan pentingnya perubahan dan pertumbuhan dalam perkataan kita. Masalah perkataan ini sangat penting bagi Tuhan seperti terlihat dengan banyaknya ayat-ayat dalam Alkitab yang berbicara tentang masalah perkataan atau lidah ini. Kitab Amsal sendiri menulis sekitar 150 ayat yang berbicara tentang masalah ini.

Mari kita renungkan bagaimana kita telah berkata-kata selama ini dan melihat dampaknya pada orang lain. Apakah perkataan kita cenderung positif – manis, mem-bangun, mendorong, memuji, menghormati, bersih, rohani atau cenderung negatif, pahit, mengkritik, menghancurkan, melemahkan, melecehkan, kotor, munafik? Apakah perkataan kita cenderung benar atau penuh kebohongan? Ketika kita berkata-kata apakah kita sering memiliki motivasi yang benar atau sering motivasi kita jahat? Hanya Tuhan yang paling tahu, tapi kita bisa menilai sejauh kita jujur terhadap diri.

Namun pengalaman dan statisitik menunjukkan manusia sangat mudah berbohong. Statisitik yang dikutip oleh Daily Bread (1992), misalnya, mem-berikan statistik sebagai berikut: 91% berbohong tentang hal-hal remeh; 36% berbohong tentang hal-hal penting; 86% berbohong secara teratur kepada orang tua; 75% berbohong secara teratur kepada teman-teman; 73% berbohong secara teratur ke-pada saudara; dan, 69% berbo-hong secara teratur kepada pasangan. Suatu riset yang lain menunjukkan 60% orang ber-bohong paling tidak 1 kali dalam pembicaraan 10 menit, mengatakan rata-rata 2.92 hal-hal yang tidak akurat. Seringkali mereka berbohong tidak untuk tujuan jahat tapi agar tidak ada dalam situasi pertentangan dengan pihak lain, situasi sosial lebih mulus dan mudah, menghindari menghina orang lain dan kelihatan lebih baik. Suatu studi di Inggris yang lebih baru (2008) menyatakan rata-rata orang berbohong 4 kali dalam 1 hari, yang berarti 1.460 dalam 1 tahun.
Dalam Alkitab kita melihat contoh-contoh ketidakbenaran dalam perkataan, dimulai dari kata-kata iblis yang memu-tarbalikkan kebenaran kepada Hawa di Taman Eden. Dalam Perjanjian Baru ada kisah suami istri yang sudah baik-baik menjual propertinya untuk disumbangkan untuk orang-orang yang membutuhkan tapi kemudian berbohong tentang jumlah dana yang didapat (lihat Kisah Para Rasul 5). Tuhan menghukum mereka dengan kematian yang mendadak di tengah-tengah umat.

Mengapa seseorang berbohong? Apakah tujuannya ‘baik’ atau ‘tidak baik’, pada ujungnya orang berbohong untuk kepentingan diri, apakah keuntungan materi atau non-materi. Orang berbohong bisa untuk melindungi diri, menghin-darkan hukuman, keluar dari masalah; mendapatkan sesuatu seperti uang, penghargaan – dengan cara mudah, tidak keta-huan; kebiasaan, menutupi suatu kebohongan dengan kebohongan lain; membalas dendam (melalui fitnah); tampil bagus, menghindari masalah, tidak melukai orang lain, menghindarkan konfrontasi; bahkan untuk menolong orang lain.
Pada dasarnya berbohong adalah komunikasi dengan tujuan menciptakan kepercayaan yang salah, yang tidak sesuai dengan realitas. Kebohongan adalah ketika kita tahu apa yang benar tapi kita berbicara sebaliknya untuk motivasi yang tidak murni. Kebohongan meliputi kemauan dari si pembohong. Dalam bahasa yang dipakai dalam Alkitab Perjanjian Baru, bohong mengan-dung arti kepalsuan dengan sadar dan sengaja. Alkibat jelas menegaskan bahwa berbohong adalah dosa (Efesus 4: 25; Kolose 3: 9; Yohanes 8: 44).
Tanpa kejujuran berbagai relasi sosial tidak bisa berfungsi karena tidak ada kepercayaan kepada orang lain. Pengusaha tidak bisa merekrut orang lain, tapi famili untuk bekerja dalam usahanya. Transaksi dagang sulit dilakukan. Setiap ungkapan orang tidak dipercaya apa adanya tapi tidak diyakini kebenarannya, dicoba dipikirkan maksud-maksud di balik perkataannya. Para pe-mimpin tidak dipercaya sehingga bawahan atau rakyat sulit menghormati dan patuh.

Perkataan adalah bagian dari integritas sese-orang yang harus dija-ga. Ketika sese-orang tidak ber-integritas dalam satu hal, misal-nya perkataan, maka dia akan cenderung mela-kukan dalam hal yang lain. Prinsip Alkitab adalah setia dalam hal yang kecil, setia dalam segala hal. Kalau ya katakan ya, kalau tidak katakan tidak.
Sebagai orang yang mau bertumbuh kita perlu menyadari bagaimana perilaku bicara kita. Ketika berkata-kata, kita perlu lebih berpikir, agar bisa diarahkan kepada kualitas yang lebih baik, tidak dikuasai oleh kebiasaan dan ketidaksadaran kita. Kita perlu memiliki hati untuk kejujuran. Ketika sadar kita telah salah berbicara, minta ampun kepada Tuhan dan bertobat. Dan yang utama, hiduplah dalam persekutuan dengan Sang Kebenaran agar hidup kita, termasuk perkataan-perkataan kita, dipengaruhi Dia. Maka seharusnya kita akan bertumbuh dalam satu aspek hidup kita, perkataan kita. Tuhan memberkati. v

Recommended For You

About the Author: Reformata

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *