Siapa Umat Yang Hilang Dari Israel Itu?

Pdt. Bigman Sirait

 Pak Pdt Bigman yang kami hormati, saya atau mungkin sebagian besar orang Kristen sangat tidak mudah memahami maksud dari isi Alkitab dari penulis yang satu ke penulis yang lain. Dalam hal ini saya melihat adanya perbedaan atau bertolak belakang, seperti contoh di bawah ini:
Dalam Matius  15: 24 tertulis,  Jawab Yesus: Aku diutus  hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel; Lalu di Matius 28: 19   Karena itu pergilah jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus. Kemudian, di Injil Markus 16: 5  Lalu Ia berkata kepada mereka: Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.
Intinya, saya hanya ingin bertanya, kenapa banyak ayat yang seolah bertentangan antara ayat yang satu dengan ayat yang lain. Apakah kata “Israel”  bukan hanya dimaksud kepada bangsa Israel yang ada di negara Israel sana? Atau termasukkah kita ini  umat yang hilang dari Israel?
Terimakasih, Tuhan memberkati.
Abd Pasaribu
Jemaat HKBP

Reformata.com – SAUDARA Pasaribu yang dikasihi Tuhan, memang ada  beberapa bagian Alkitab yang tampaknya agak mengganggu. Khususnya jika sedang berusaha memahami dengan teliti. Bagi kebanyakan orang Kristen, tidak ada yang mengganjal, karena semua hanya serba menerima, tanpa minat meneliti. Padahal itu adalah Firman Tuhan kepada setiap orang percaya (1 Tesalonika 5:19-22). Tak ada yang salah ketika pertanyaan akan Alkitab itu muncul, justru itu sudah seharusnya, mengingat keterbatasan pengeta-huan kita. Pasti ada, bahkan banyak pertanyaan. 
Mari kita mulai dengan Matius 15: 24, ketika Yesus mengatakan bahwa DIA diutus hanya untuk domba Israel. Dalam Matius 10: 5-6, Yesus juga mengatakan hal yang mirip dengan ini. Namun itu bukan meniadakan yang bukan Israel. Dalam konteks Matius 15, jelas kalimat ini lebih berupa pengujian kepada perempuan Kanaan. Hal itu tampak pada dikabulkannya apa yang menjadi kerinduan perem-puaan Kanaan tersebut (ayat 28). Jika memang Yesus hanya untuk Israel secara harafiah, pastilah perempuan Kanaan itu akan diabaikan. Begitu juga dengan perintah kepada murid-murid-Nya, jika itu hanya untuk Israel, pastilah Yesus tidak akan menyatakan amanat agung agar murid mem-beritakan Injil ke seluruh dunia. Apakah ini bertentangan? Jelas sama sekali tidak.

Yang jadi masalah adalah pemahaman kita tentang apa yang dimaksud Alkitab. Siapa yang dimaksud dengan Israel? Mari kita telusuri dengan baik. Israel adalah nama yang mulai dipanggil sebagai nama pemberian Allah kepada Yakub (Kejadian 32: 28). Yakub adalah Israel, dan Israel dikenal dengan 12 suku, yang adalah anak-anak Yakub (Israel). Kisah Israel sebagai bangsa dimulai dari merdekanya umat Israel dari penindasan di Mesir. Yakub dan anak-anaknya ke Mesir karena kelaparan yang melanda tempat tinggal mereka. Dan, ternyata penguasa Mesir yang menjadi tangan kanan Firaun adalah Yusuf anak Yakub, yang dijual oleh saudaranya sendiri sebagai budak. Kematian Yusuf, dan berjalannya waktu, telah membawa Israel menjadi budak di Mesir. Dalam kepemimpinan Musa, Israel keluar dari Mesir. Nah, di sini kita akan melihat, ternyata tak semua Israel itu Israel. Itu sebab dalam perjalanan selama 40 tahun, Tuhan menghu-kum mati puluhan ribu orang Israel secara langsung atas ketegaran tengkuk mereka (1 Korintus 10: 2-5). Jika Israel otomatis adalah umat pilihan Tuhan, pasti tidak akan ada yang dibinasakan bukan? Maka jelaslah Israel sejati muncul dari Israel kebanyakan, ketika memasuki tanah perjanjian, mereka ada di bawah pimpinan Yosua.
Jadi Israel adalah umat pilihan? Jawabannya “ya”. Tapi apakah semua orang Israel itu pilihan, jawabnya jelas tidak. Penegasan Yesus sangat jelas dalam Yohanes 8: 37-59, di mana Yesus menyebut Israel sebagai anak setan, bukan anak Abraham (ayat 39, 44). Ternyata anak Abraham atau Israel bukan soal darah dan daging, melainkan kualitas keimanan. Alkitab menyebutnya sebagai anak yang dilahirkan bukan oleh keinginan daging, melainkan oleh Roh. Jadi Israel, sekali lagi, tidak otomatis umat pilihan. Israel memang anak Abraham secara darah daging, tetapi bukan secara rohani. Itu sebab, jika Abraham disebut sebagai bapa segala orang percaya, maka keterikatannya adalah dalam keimanan. Artinya, siapa saja yang percaya kepada Allah, dan Yesus Kristus Tuhan, maka dia dapat disebut anak Abraham.

Dalam terang ini kita melihat sejak Perjanjian Lama (PL) Allah sudah menyatakan kasih-NYA kepada yang bukan Israel secara darah. Lihatlah Rahab perempuan Yerikho yang masuk dalam garis umat pilihan, atau Rut perempuan Moab (baca Matius 1:1-17). Lalu secara kebangsaan, Tuhan menyatakan kasih dan penyelamatan-NYA atas Niniwe kerajaan yang kafir. Yunus sebagai nabi protes terhadap Allah karena mengasihi Niniwe. Dia tak bisa mengerti, itu fakta. Mereka bukan umat pilihan (Israel), tetapi ternyata mereka umat pilihan (Allah) yang diselamatkan. Artinya, umat pilihan Allah adalah umat yang diperkenan Allah berdasarkan kerelaan kehendak-NYA sendiri (band. Efesus 1).     Bahwa Israel yang dipakai sebagai jalan Allah ke dalam dunia, itu betul. Lihat saja janji Allah akan juru selamat dalam Kejadian 3: 15. Keturunan “perempuan yang akan meremukkan kepala ular” itu adalah Yesus Kristus. Bagaimana dengan garis keturunannya, secara garis besar saja: Adam – Nuh – Abraham – Ishak – Yakub – Yehuda – Daud – Yesus Kristus.

Jadi Israel adalah betul bangsa yang dipilih Tuhan. Untuk apa? Untuk menyelamatkan umat pilihan-NYA, yang diperkenan-NYA, menurut ukuran-NYA, bukan berdasarkan daging atau garis keturunan. Sama seperti DIA berkenan memilih Maria, bukan perempuan lain. Itu kan tidak berarti hanya Maria yang hanya selamat, sementara perempuan lain tidak. Tuhan ada di surga, di dalam kekekalan, Dia datang ke dalam dunia, ke dalam hidup manusia. Untuk itu, Dia menjadi sama dengan manusia, manusia yang bernama Yesus Kristus, dari garis bangsa Israel, suku Yehuda, keturunan Daud.     Apakah yang bukan suku Yehuda tidak selamat? Atau sebaliknya, apakah suku Yehuda akan mendapat prioritas? Jelas Alkitab tidak mengajarkan hal itu. Di sisi lain harus kita sadari, bahwa Tuhan memilih dengan rela menjadi manusia, dan dalam kedaulatan-Nya Dia memilih Israel menjadi jalan Nya, dan Maria menjadi ibu-Nya, untuk menjadi manusia. Semua ada dalam kedaulatan-Nya, jadi bukan keunggulan sebuah bangsa, atau sebuah pribadi. Dia, Yesus Tuhan, tidak bergantung pada apa pun, namun dengan rela Dia melibatkan apa pun, seturut kehendak-Nya.
Jadi Israel harus dipahami dalam makna rohani, bukan lahiriah, sebagaimana yang TuhanYesus sendiri katakan dalam Injil Yohanes. Israel bukan sekadar Israel, negara yang sekarang ada. Ada banyak hal yang tidak kita ketahui, apa yang kelak akan terjadi di sana. Itu wilayah Tuhan, tidak layak menjadi spekulasi teologi.  Kita bukan Israel terhilang, tidak ada konsep itu di dalam Alkitab, sekalipun ada saja yang memakai istilah itu. Kita, adalah kita, sebagai orang percaya. Sebagai manusia, kita anak-anak Adam dalam keberdosaan, tetapi juga anak-anak Abraham dalam keberimanan, dan anak-anak Allah dalam keselamatan oleh Tuhan Yesus Kristus.

Seluruh orang percaya di seluruh dunia, di segala abad, terikat menjadi satu tubuh yaitu tubuh Kristus, itu ajaran Alkitab. Ingat, bukan tubuh bangsa Israel. Tak perlu kita memiripkan diri dengan Israel, tetapi harus menjadi sama seperti yang Yesus Kristus kehendaki.

Akhirnya, Saudara Pasaribu yang dikasihi Tuhan, betul Israel dipakai Tuhan sebagai jalan untuk datang, tetapi bukan otomatis mereka terselamatkan karena itu. Orang hanya diselamatkan karena percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juru selamat (Yohanes 3:16, 14:6). Yang tidak percaya, siapa pun dia, termasuk Israel, akan binasa pada dirinya.
Semoga kita setia memelihara iman percaya kita kepada Yesus, agar terbukti kualitas keimanan kita sebagai Israel sejati, sebagai anak-anak rohani Abraham, sehingga kita bersama ada di Yerusalem baru, bukan Yerusalem yang di Israel sekarang. Selamat merenung, semoga menjadi berkat.v

Recommended For You

About the Author: Reformata

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *