Tuhan Tidak Mendirikan Agama!

Pdt. Bigman Sirait
Reformata.com – DALAM Yohanes 14: 6, Yesus menegaskan bahwa Dia adalah jalan, kebenaran, dan hidup. Tidak ada seorang pun akan sampai ke Bapa tanpa melalui Dia. Tetapi di sini, kita akan mencoba membahas tentang Dia sebagai jalan. Pada pembahasan berikutnya kita akan coba menelusuri tentang Dia sebagai kebenaran.
Mari kita lihat apa yang dikatakan Alkitab tentang manusia yang mencari jalan. Usaha ini sudah dimulai ketika manusia membangun menara Babel. Ada usaha manusia untuk menggapai Allah. Apakah Allah suka? Tidak. Upaya manusia untuk menggapai langit justru dibubarkan. Sejak itu manusia terpisah-pisah karena bahasanya kacau balau. Artinya, agama yang dihasilkan manusia hanya menghasilkan perpecahan, bukan persatuan. Orang terpecah-pecah, karena satu kelompok merasa yakin dengan dirinya, dan membunuh kelompok lain untuk kebenaran yang diyakininya. Agama menimbulkan permasalahan.
Ketika Yesus mengatakan bahwa Dia-lah jalan itu, Dia menempatkan diri melawan semuanya, termasuk para ahli Taurat yang merasa paling hebat dan paling benar. Mereka tidak bisa menerima ucapan-ucapan Yesus, mereka marah, sampai menyalibkan Yesus. Mereka merasa terganggu dengan apa yang dikatakan Yesus.
Di jaman Rasul Paulus, hidup dua unsur besar: Stoa dan Epicuros. Keduanya filsuf besar. Stoa berkata: Jalan menggapai hidup yang benar dan utuh adalah penderitaan. Maksudnya, hiduplah menderita, hiduplah susah, maka kamu akan menggapai hidup ini. Maka penderitaan dibuat untuk menjadi jalan menuju kehidupan surga. Ada istilah askese, di mana orang menyiksa diri supaya sampai ke surga. Lain dengan Epicuros, yang mengatakan bahwa jalan untuk mendapatkan hidup adalah kenikmatan. Maka nikmati apa yang enak bagi mata, telinga, tangan, tubuh, kaki, penuhi keinginannya, maka engkau menemukan dan menggapai jalan hidup ini. Pemikiran ini bertumbuh terus hingga kita mengenal hedonisme: hidup yang mau senang-senang saja.
Agama adalah tentang perintah melakukan ini dan itu. Ada yang menekankan agar kita berbuat baik, berkata baik, amal dan ibadah, dan sebagainya supaya masuk surga. Tetapi Yesus meniadakan semua itu. Kalau kau berpikir dengan kebaikan bisa membeli surga, itu salah besar. Kalau kau pikir bisa mengapai sorga dengan usaha dan perbuatan, itu juga salah besar. Sebagai manusia, kita terbatas dalam memahami jalan ke surga. Maka kita tidak mungkin menggapai surga. Itu sebab Yesus turun dari surga. Dia yang datang dari surga dan kembali ke surga, pasti bisa dipercaya. Dia tahu surga, sebab Dia dari sana. Dia bisa ke sorga, sebab Dia berasal dari sana. Ada banyak cerita tentang orang yang dari bumi naik ke surga, balik ke bumi lagi. Ini lucu. Orang sudah sampai ke sorga yang enak, kok mau turun lagi ke bumi.
Ketika Yesus mengatakan Akulah jalan, di situlah Yesus menerobos misteri jalan menuju hidup. Apa kata Alkitab tentang hal itu? Dalam Keluaran 33: 13 Musa berteriak, Beritahukanlah kepadaku jalan-MU ya Tuhan! Orang-orang di masa Perjanjian Lama (PL) sudah mencari-cari jalan itu, sampai kemudian Yesus menjawab: Akulah jalannya! Jadi kita bisa melihat ada rangkaian dari PL ke Perjanjian Baru (PB). Di jaman PL mereka sudah memiliki dahaga yang besar untuk menantikan, mengenal dan mengerti jalan itu. Daud juga menggunakan kata yang berbeda tetapi maksud yang sama. Ya Tuhan, tunjukkan jalanmu kepadaku. Maka jeritan ribuan tahun lalu di masa PL, digenapi Yesus di PB.

Tuhan tidak bikin agama
Oleh karena itu di tengah-tengah pergulatan pergumulan hidup, manusia berputar-putar mencari jalan, dan akhirnya banyak agama. Ada yang bertanya: Kalau Tuhan ada kenapa banyak agama? Mestiya kan agama satu saja. Ijinkan saya menjawab: Yang bikin agama banyak bukan Tuhan. Tuhan tidak mendirikan agama. Tuhan menciptakan umat untuk mengabdi kepada-Nya. Umat manusialah yang tidak mau mengerti, lalu lari ke mana-mana. Maka Yesus datang dan berkata, Ikut aku, sangkal dirimu, pikul salibmu. Manusia diminta kembali kepada polanya. Tetapi dasar manusia, itu pun tidak cukup. Firman Tuhan masih dimanipulasi sehingga menjadi berbagai kebenaran menurut pemimpinnya. Di dalam Kristen muncul blok-blok. Protestan melahirkan banyak aliran. Ini maunya Tuhan? Tidak. Ini maunya manusia. Karena itu labelisasi keimanan kepada Kristus harus lebih kuat dari labelisasi kegerejaan kita. Keyakinan dan kepercayaan kita kepada Kristus harus melebihi penghargaan kita kepada merek gereja kita. Di situlah kita akan menemukan kesejatian hidup. Jangan pernah takut.

Ketika Yesus berkata, Akulah jalannya, sadarilah bahwa tidak ada jalan yang lain di luar Dia. Waktu Yesus berteriak, Akulah jalannya!, artinya Kristus menjawab jeritan manusia. Kristus menyelesaikan upaya pencarian manusia dan agama. Agama mencari, namun tidak selesai. Manusia menjerit, tidak ada yang menjawab. Itu sebab Yesus berkata, Bukan kau yang memilih aku, tetapi Aku yang memilih engkau. Bukan kita yang mencari Dia, tetapi Dia yang mencari kita. Itu sebab Dia meninggalkan surga, turun ke bumi mencari kita. Jadi bukan manusia yang ke surga mencari Dia.
Itu sebab Kristen disebut agama kasih karunia, agama anugerah. Solagracia, hanya anugerah. Yesus Kristus jalannya. Kalau Yesus jalannya, kenapa Dia pilih kita masuk sorga? Karena kebaikan kita? Tidak. Karena kita layak? Juga tidak. Mana ada manusia yang layak masuk surga. Memilh jalan pun kita tidak mampu karena kita sudah rusak karena dosa, sampai Yesus datang dan berkata, Akulah jalan. Jangan kau tersesat, ikutlah aku!
Kristus menjawab jeritan manusia. Kristus menyelesaikan pencarian manusia. Kristus juga menggugurkan segala keyakinan akan jalan yang hidup. Ia kuburkan seluruh konsep agama. Berbuat baik supaya selamat, kata Yesus tidak.Tidak ada yang baik, satu pun tidak. Yesus bilang, Akulah jalan. Bukan dengan berbuat kebaikan engkau mendapat keselamatan. Ada yang bilang supaya masuk surga harus menderita. Tidak! kata Yesus. Sebab, Akulah jalannya, akulah puncak penderitaan.
Benar. Yesuslah puncak kebenaran, puncak kesalehan, puncak kesucian. Supaya manusia sampai ke surga, Yesuslah jalannya. Waktu Dia berteriak, Akulah jalannya, Dia menunjukkan kepada kita jalan yang sejati. Waktu Dia berkata, Akulah jalan, Dia mengakhiri kebingungan manusia. Ia mengakhiri pencarian agama yang salah. Dia membawa kita menuju kesejatian.v

(Diringkas dari CD khotbah oleh Hans P Tan)

Recommended For You

About the Author: Reformata

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *